Batu Bara Dorong Nilai Ekspor, Cek Pergerakan Saham 8 Emiten Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor komoditas batu bara mengalami peningkatan 21,42 persen secara bulanan pada Juni 2021, sementara secara tahunan (year-on-year/YoY) melonjak 148,94 persen.
Hal ini mendorong peningkatan ekspor Indonesia pada Juni 2021 mencapai USD18,55 miliar. Angka ini naik 9,52 persen dibandingkan Mei 2021. Sementara secara akumulasi, ekspor Indonesia mencapai USD102,87 miliar, meroket 34,78 persen (YoY).
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, komoditas pertambangan yang meningkat secara bulanan adalah tembaga, batu bara, lignit, bijih logam lainnya. Harganya yang tinggi di pasar internasional membuat sejumlah perusahaan di Tanah Air menggenjot produksi komoditas ini.
Ditambah, ada dorongan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) untuk memacu produksi, dengan harapan produksi si hitam ini dapat mencapai 625 juta ton, dengan kuota produksi untuk ekspor sebesar 75 juta ton.
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada mengungkapkan bahwa peningkatan ekspor batu bara menjadi berkah bagi emiten-emitennya. "Kalau melihat dari angka ekspor memang sudah mulai tercatat meningkat, dan ini akhirnya memberikan berkah bagi emiten batu bara yang memang kegiatan usahanya melakukan eksplorasi dan ekspor ke luar," kata Reza kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Selasa (3/8/2021) sore.
Kendati demikian, masa depan batu bara dibayangi dengan gerak cepat implementasi energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air. Menanggapi hal ini, Reza menyebut bahwa ini tidak serta-merta mengganggu kinerja perusahaan produksi.
Meski ada anggapan masa depan batu bara bisa turun seiring dengan masifnya EBT, Reza menyatakan bahwa selama masa migrasi inilah keuntungan bisa diperoleh oleh emiten batubara.
"Walaupun mungkin ada anggapan masa depan batu bara bisa turun seiring dengan masifnya energi terbarukan, tapi kan tidak secepat itu, jadi butuh waktu untuk migrasi ke sana, jadi selama proses ini, migrasi ini lah keuntungan dapat didapat oleh emiten batu bara," terangnya.
Gencarnya produksi membuat kinerja perusahaan batu bara di Indonesia diproyeksikan akan memicu pergerakan saham-saham batu bara di bursa efek. Berikut 8 emiten batu bara dan pergerakan sahamnya pada perdagangan saham, Selasa (3/8/2021):
1. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ditutup melemah 20 poin (-1,46 persen) di level 1350. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih mencapai Rp16,42 miliar.
2. PT Indika Energy Tbk (INDY) ditutup anjlok 30 poin (-2,15 persen) di level 1365. Investor asing melakukan penjualan bersih sebanyak Rp842,35 juta.
3. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menurun tipis 20 poin (-0,89 persen) di level 2220. Asing memborong saham ini sebanyak Rp2,05 miliar.
4. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melemah 25 poin (-0,15 persen) di level 16.925. Asing memborong emiten ini sebesar Rp4,27 miliar.
5. PT Harum Energy Tbk (HRUM) menyenggol level ARB turun 400 poin (-6,90 persen) di level 5900. Asing mengobral emiten ini mencapai Rp16,16 miliar.
6. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) ikut melemah 8 poin (-2,53 persen) di level 308. Investor asing menjual bersih saham ini sebanyak Rp576,70 juta
7. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merosot 1 poin (-1,72 persen) di level 57. Investor asing tarik dana sebanyak Rp1,32 miliar.
8. PT Petrosea Tbk (PTRO) naik 5 poin (0,25 persen) di level 1970. Investor asing membeli saham ini sebanyak Rp14,45 juta.
Hal ini mendorong peningkatan ekspor Indonesia pada Juni 2021 mencapai USD18,55 miliar. Angka ini naik 9,52 persen dibandingkan Mei 2021. Sementara secara akumulasi, ekspor Indonesia mencapai USD102,87 miliar, meroket 34,78 persen (YoY).
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, komoditas pertambangan yang meningkat secara bulanan adalah tembaga, batu bara, lignit, bijih logam lainnya. Harganya yang tinggi di pasar internasional membuat sejumlah perusahaan di Tanah Air menggenjot produksi komoditas ini.
Ditambah, ada dorongan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) untuk memacu produksi, dengan harapan produksi si hitam ini dapat mencapai 625 juta ton, dengan kuota produksi untuk ekspor sebesar 75 juta ton.
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada mengungkapkan bahwa peningkatan ekspor batu bara menjadi berkah bagi emiten-emitennya. "Kalau melihat dari angka ekspor memang sudah mulai tercatat meningkat, dan ini akhirnya memberikan berkah bagi emiten batu bara yang memang kegiatan usahanya melakukan eksplorasi dan ekspor ke luar," kata Reza kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Selasa (3/8/2021) sore.
Kendati demikian, masa depan batu bara dibayangi dengan gerak cepat implementasi energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air. Menanggapi hal ini, Reza menyebut bahwa ini tidak serta-merta mengganggu kinerja perusahaan produksi.
Meski ada anggapan masa depan batu bara bisa turun seiring dengan masifnya EBT, Reza menyatakan bahwa selama masa migrasi inilah keuntungan bisa diperoleh oleh emiten batubara.
"Walaupun mungkin ada anggapan masa depan batu bara bisa turun seiring dengan masifnya energi terbarukan, tapi kan tidak secepat itu, jadi butuh waktu untuk migrasi ke sana, jadi selama proses ini, migrasi ini lah keuntungan dapat didapat oleh emiten batu bara," terangnya.
Gencarnya produksi membuat kinerja perusahaan batu bara di Indonesia diproyeksikan akan memicu pergerakan saham-saham batu bara di bursa efek. Berikut 8 emiten batu bara dan pergerakan sahamnya pada perdagangan saham, Selasa (3/8/2021):
1. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ditutup melemah 20 poin (-1,46 persen) di level 1350. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih mencapai Rp16,42 miliar.
2. PT Indika Energy Tbk (INDY) ditutup anjlok 30 poin (-2,15 persen) di level 1365. Investor asing melakukan penjualan bersih sebanyak Rp842,35 juta.
3. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menurun tipis 20 poin (-0,89 persen) di level 2220. Asing memborong saham ini sebanyak Rp2,05 miliar.
4. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melemah 25 poin (-0,15 persen) di level 16.925. Asing memborong emiten ini sebesar Rp4,27 miliar.
5. PT Harum Energy Tbk (HRUM) menyenggol level ARB turun 400 poin (-6,90 persen) di level 5900. Asing mengobral emiten ini mencapai Rp16,16 miliar.
6. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) ikut melemah 8 poin (-2,53 persen) di level 308. Investor asing menjual bersih saham ini sebanyak Rp576,70 juta
7. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merosot 1 poin (-1,72 persen) di level 57. Investor asing tarik dana sebanyak Rp1,32 miliar.
8. PT Petrosea Tbk (PTRO) naik 5 poin (0,25 persen) di level 1970. Investor asing membeli saham ini sebanyak Rp14,45 juta.
(ind)