Ekonomi Jepang Bangkit Lebih Cepat, Bukan karena Olimpiade?

Senin, 16 Agustus 2021 - 14:05 WIB
loading...
Ekonomi Jepang Bangkit Lebih Cepat, Bukan karena Olimpiade?
Foto/Guardian
A A A
JAKARTA - Usai penyelenggaran Olimpiade 2020 , ekonomi Jepang bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan sejumlah kalangan. Data resmi ekonomi terbesar ketiga di dunia itu menunjukkan tumbuh dua kali lipat dari perkiraan semula.

Data awal menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Jepang tumbuh sebesar 1,3% secara tahunan pada kuartal kedua tahun ini. Pertumbuhan itu terjadi setelah penurunan 3,7% dalam tiga bulan sebelumnya.

"Angka-angka terbaru jauh lebih baik dari perkiraan kenaikan 0,7% karena pengeluaran masyarakat dan kembali bangkitnya bisnis setelah terdampak virus corona," tulis BBC, Senin (16/8/2021).

Namun demikian, jika dibandingkan dengan para kompetitornya, pemulihan ekonomi Jepang tetap jauh lebih lambat. AS misalnya yang mencatat lonjakan PDB sebesar 6,5% di kuartal kedua tahun ini.

Rebound Jepang yang relatif lemah menyoroti langkah pemerintah yang telah berjuang untuk menahan pandemi. Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura menyatakan, dirinya memiliki perasaan yang bercampur aduk tentang capaian pertumbuhan ini.



"Prioritas kami adalah mencegah penyebaran virus. Sangat buruk bagi perekonomian karena situasi ini berlarut-larut," tambahnya.

Pada tahun 2020, ekonomi Jepang menyusut lebih dari 4,8% sepanjang tahun, kontraksi pertama dalam lebih dari satu dekade. Ekonomi negara itu mulai bangkit dari pukulan awal tahun lalu berkat ekspor yang kuat, meskipun peluncuran program vaksinasi yang lambat dan serangkaian tindakan darurat telah mengurangi konsumsi.

Capaian ekonomi Jepang itu sendiri terjadi sebelum pelaksanaan Olimpiade. Sejumlah pendorongnya pun telah disebutkan di atas, mulai dari ekspor, konsumsi, dan aktivitas bisnis.

Namun apakah Olimpiade tak berkontribusi sama sekali? Tiga hari usai Olimpiade Tokyo 2020, Time melaporkan, bahwa untuk menyelenggarakan Olimpiade, Jepang telah menghabiskan biaya setidaknya USD15,4 miliar atau setara Rp221,7 triliun (kurs Rp14.400).

Jumlah itu menjadikan Olimpiade Tokyo termahal yang pernah ada. Bahkan, disebut-sebut secara tidak resmi biayanya bisa mencapai USD25 miliar.



Memang, sebelumnya Olimpiade Beijing 2008 secara luas pernah disebut-sebut menelan biaya lebih dari USD40 miliar. Namun, seperti ditulis Time, para peneliti menemukan sebagian besar pengeluaran itu tidak terkait langsung dengan Olimpiade.

Takahide Kiuchi, ekonom eksekutif di Nomura Research Institute, sebuah lembaga think tank, memproyeksikan bahwa manfaat ekonomi jangka pendek dari Olimpiade akan menjadi USD16,4 miliar pada bulan Juni.

Kiuchi menyatakan, beberapa tahun lalu, pemerintah Kota Tokyo memperkirakan warisan ekonomi Olimpiade mencapai 12 triliun yen atau USD109 miliar. Mereka mengharapkan penonton asing akan sering berkunjung ke Jepang dan mempercepat permintaan masuk. Menurut Kiuchi estimasi itu memang terasa lebay karena penonton asing tidak diperbolehkan.

“Namun, saya masih mengharapkan beberapa warisan ekonomi terwujud. Hotel dan restoran menghabiskan uang untuk renovasi demi kemudahan dan kenyamanan wisatawan asing. Saya pikir ini adalah salah satu warisan ekonomi dari Olimpiade dan akan berkontribusi untuk menarik wisatawan asing ke Jepang,” tandasnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2006 seconds (0.1#10.140)