Kisah Para Birokrat Sukses Membangun Karir, Tanpa Melupakan Keluarga
loading...
A
A
A
“Apalagi kalau anak sakit, nggak bisa ditinggalkan meskipun saya dipanggil Menteri,” ujar alumni IPB, Jurusan Agribisnis Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian tersebut.
Dalam mengurus rumah tangga, Inti harus berbagi peran dengan suami dan asisten rumah tangga. Ia bersyukur memiliki keluarga yang penuh pengertian danmendukungnya. Kesukesan yang diraihnya tidak lepas dari dukungan mereka.
Bahkan demi memastikan waktu yang tersedia untuk keluarga tidak berkurang di akhir pekan, kadang-kadang Inti mengajak keluarganya ikut dalam kegiatan kantor di hari libur, misalnya ketika Inti harus mengurus Toko Tani Indonesia—tempat belanja bahan pangan berkualitas dengan harga terjangkau yang dikembangkan Kementerian Pertanian–keluarganya juga akan diajak ikut serta.
Tidak hanya sekedar membantunya, Inti berharap hal tersebut bisa memberikan pengalaman berharga bagi anak-anaknya. Suami juga berperan penting dalam mendukung karirnya. Seringkali suami bekerja di rumah sambil mengurus keperluan sekolah daring bagi anak-anaknya selama masa pandemi ini. Tentunya dibutuhkan kesepakatan, kerja sama, dan komitmen yang kuat menghadapi situasi tersebut.
Sama seperti Kusdiantoro, Inti juga merupakan Pejabat Eselon II di Kementerian dan berhasil meraih gelar Doktor di usianya yang masih muda. Menurutnya untuk meraih kesuksesan karir memang tidak bisa bekerja biasa-biasa saja, tetapi harusselalu berbuat lebih dibandingkan kebanyakan orang.
Berbeda dengan Kusdiantoro dan Inti yang telah lama menjadi birokrat di kementeriannya masing-masing, narasumber lainnya, Frans Tambunan, Direktur Komersial PT. Rajawali Nusantara Indonesia, yang juga alumni angkatan 33 IPB, memiliki pengalaman kerja yang cukup banyak.
Frans sempat berpindah-pindah pekerjaan dari perusahaan swasta hingga akhirnya kini menjadi pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Alumni Jurusan Teknologi Hasil Ternak IPB ini, baik bekerja di swasta maupun birokrat, keduanya harus memiliki totalitas yang tinggi, namun keluarga tetap harus menjadi prioritas.
“Dukungan anak dan pasangan itu nomor satu. Itu yang membuat kita kuat. Tanpa dukungan bisa bubar semua. Istri bahkan bersedia resign dari pekerjaannya karena prioritas mengurus anak,” Ujar Frans.
Ia memberikan tips pentingnya quality time bersama keluarga. Tidak perlu jauh dan mahal. Misalnya saat akhir pekan disepakati sebagai hari tidur bersama, anak boleh tidur bersama di kamar orang tua. Bisa juga dengan bersepeda atau lari pagi bersama.
Dalam mengurus rumah tangga, Inti harus berbagi peran dengan suami dan asisten rumah tangga. Ia bersyukur memiliki keluarga yang penuh pengertian danmendukungnya. Kesukesan yang diraihnya tidak lepas dari dukungan mereka.
Bahkan demi memastikan waktu yang tersedia untuk keluarga tidak berkurang di akhir pekan, kadang-kadang Inti mengajak keluarganya ikut dalam kegiatan kantor di hari libur, misalnya ketika Inti harus mengurus Toko Tani Indonesia—tempat belanja bahan pangan berkualitas dengan harga terjangkau yang dikembangkan Kementerian Pertanian–keluarganya juga akan diajak ikut serta.
Tidak hanya sekedar membantunya, Inti berharap hal tersebut bisa memberikan pengalaman berharga bagi anak-anaknya. Suami juga berperan penting dalam mendukung karirnya. Seringkali suami bekerja di rumah sambil mengurus keperluan sekolah daring bagi anak-anaknya selama masa pandemi ini. Tentunya dibutuhkan kesepakatan, kerja sama, dan komitmen yang kuat menghadapi situasi tersebut.
Sama seperti Kusdiantoro, Inti juga merupakan Pejabat Eselon II di Kementerian dan berhasil meraih gelar Doktor di usianya yang masih muda. Menurutnya untuk meraih kesuksesan karir memang tidak bisa bekerja biasa-biasa saja, tetapi harusselalu berbuat lebih dibandingkan kebanyakan orang.
Berbeda dengan Kusdiantoro dan Inti yang telah lama menjadi birokrat di kementeriannya masing-masing, narasumber lainnya, Frans Tambunan, Direktur Komersial PT. Rajawali Nusantara Indonesia, yang juga alumni angkatan 33 IPB, memiliki pengalaman kerja yang cukup banyak.
Frans sempat berpindah-pindah pekerjaan dari perusahaan swasta hingga akhirnya kini menjadi pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Alumni Jurusan Teknologi Hasil Ternak IPB ini, baik bekerja di swasta maupun birokrat, keduanya harus memiliki totalitas yang tinggi, namun keluarga tetap harus menjadi prioritas.
“Dukungan anak dan pasangan itu nomor satu. Itu yang membuat kita kuat. Tanpa dukungan bisa bubar semua. Istri bahkan bersedia resign dari pekerjaannya karena prioritas mengurus anak,” Ujar Frans.
Ia memberikan tips pentingnya quality time bersama keluarga. Tidak perlu jauh dan mahal. Misalnya saat akhir pekan disepakati sebagai hari tidur bersama, anak boleh tidur bersama di kamar orang tua. Bisa juga dengan bersepeda atau lari pagi bersama.