Bangkit dari Covid-19, Hary Tanoesoedibjo: Buka Aktivitas Ekonomi dan Terapkan Pendekatan Moneter
loading...
A
A
A
JAKARTA - Membuka kembali aktivitas ekonomi dan penerapan kebijakan moneter diyakini mampu memulihkan kondisi ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Keyakinan itu disampaikan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo dalam Manager Forum XLVI & Halal Bi Halal melalui aplikasi webinar, Jumat, 29 Mei 2020.
"Kalau aktivitas ekonomi dibuka lagi, ditambah dengan penanganan ekonomi yang tepat sasaran atau istilahnya quantitative easing, mudah-mudahan ekonomi kita bisa cepat pulih," ujarnya.
Dua langkah tersebut, kata Hary, bisa dirasakan dampaknya dalam waktu singkat. "Kalau itu dilakukan, saya melihat kuartal ketiga akhir akan pick up lagi aktivitas ekonomi, karena banyak uang masuk ke semua sektor," tuturnya.
Pria yang hingga saat ini memimpin dua periode Federasi Futsal Indonesia itu berharap mulai bulan depan aktivitas ekonomi sudah dibuka kembali. Tentunya dengan skema new normal, yakni pembatasan-pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat.
"Pemerintah harus buka aktivitas ekonomi, tapi dengan penerapan yang disiplin. Jaga jarak, pakai masker, jaga kebersihan dan di-enforced. Paling tidak meringankan beban yang terjadi di ekonomi kita," kata Hary.
(Baca Juga: Corona Tekan Ekonomi Global, HT : Ada Peluang dalam Setiap Situasi)
Menurutnya, membuka kembali aktivitas ekonomi akan menekan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang marak akibat pandemi Covid-19 serta guna menyelamatkan Indonesia dari resesi ekonomi. "Kalau tidak dibuka, PHK akan berjalan terus, perusahaan makin banyak yang gulung tikar, ekonominya juga berantakan, karena penerimaan pajak turun, kejahatan juga pasti akan meningkat. Jadi, akan bisa timbul resesi yang cukup dalam," ungkap Hary.
Selain membuka kembali aktivitas ekonomi, pria asal Surabaya, Jawa Timur itu mengungkapkan pendekatan moneter bisa dilakukan dalam upaya menyelamatkan ekonomi nasional dari kehancuran akibat pandemi Covid-19. Kebijakan moneter telah diambil oleh Amerika Serikat, Singapura dan beberapa negara lainnya.
"Saat ini yang dilakukan, pendekatan fiskal. Menggeser anggaran yang dialokasikan ke kementerian dan lain-lain untuk menyelesaikan masalah Covid-19. Jadi, sektor-sektor tertentu mendapatkan subsidi, ada kartu pra kerja dan sebagainya," kata Hary.
Hary menegaskan pemerintah Indonesia harus melakukan pendekatan moneter, yakni quantitative easing, sehingga APBN tidak terganggu alias bisa berjalan sesuai yang dianggarkan.
"Jadi, Bank Indonesia cetak uang, kemudian pemerintah mengeluarkan Surat Berharga Negara dalam mata uang rupiah yang dibeli oleh Bank Indonesia, sehingga uangnya itu di tangan pemerintah," rinci Hary.
(Baca Juga: Halal Bihalal Virtual, Bos BI: Mari Dukung Pemulihan Ekonomi)
Terkait besarnya jumlah uang yang harus dicetak, Hary menyebut disesuaikan dengan kebutuhan. Uang itu yang nantinya dialokasikan untuk membantu sektor-sektor yang membutuhkan bantuan, seperti UMKM, pariwisata, perbankan dan sektor lainnya yang membutuhkan.
"Mudah-mudahan pemerintah mendengarkan masukan ini. Kalau dua itu dilakukan, mudah-mudahan ekonomi kita bisa cepat pulih," pungkas Hary yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia itu.
"Kalau aktivitas ekonomi dibuka lagi, ditambah dengan penanganan ekonomi yang tepat sasaran atau istilahnya quantitative easing, mudah-mudahan ekonomi kita bisa cepat pulih," ujarnya.
Dua langkah tersebut, kata Hary, bisa dirasakan dampaknya dalam waktu singkat. "Kalau itu dilakukan, saya melihat kuartal ketiga akhir akan pick up lagi aktivitas ekonomi, karena banyak uang masuk ke semua sektor," tuturnya.
Pria yang hingga saat ini memimpin dua periode Federasi Futsal Indonesia itu berharap mulai bulan depan aktivitas ekonomi sudah dibuka kembali. Tentunya dengan skema new normal, yakni pembatasan-pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat.
"Pemerintah harus buka aktivitas ekonomi, tapi dengan penerapan yang disiplin. Jaga jarak, pakai masker, jaga kebersihan dan di-enforced. Paling tidak meringankan beban yang terjadi di ekonomi kita," kata Hary.
(Baca Juga: Corona Tekan Ekonomi Global, HT : Ada Peluang dalam Setiap Situasi)
Menurutnya, membuka kembali aktivitas ekonomi akan menekan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang marak akibat pandemi Covid-19 serta guna menyelamatkan Indonesia dari resesi ekonomi. "Kalau tidak dibuka, PHK akan berjalan terus, perusahaan makin banyak yang gulung tikar, ekonominya juga berantakan, karena penerimaan pajak turun, kejahatan juga pasti akan meningkat. Jadi, akan bisa timbul resesi yang cukup dalam," ungkap Hary.
Selain membuka kembali aktivitas ekonomi, pria asal Surabaya, Jawa Timur itu mengungkapkan pendekatan moneter bisa dilakukan dalam upaya menyelamatkan ekonomi nasional dari kehancuran akibat pandemi Covid-19. Kebijakan moneter telah diambil oleh Amerika Serikat, Singapura dan beberapa negara lainnya.
"Saat ini yang dilakukan, pendekatan fiskal. Menggeser anggaran yang dialokasikan ke kementerian dan lain-lain untuk menyelesaikan masalah Covid-19. Jadi, sektor-sektor tertentu mendapatkan subsidi, ada kartu pra kerja dan sebagainya," kata Hary.
Hary menegaskan pemerintah Indonesia harus melakukan pendekatan moneter, yakni quantitative easing, sehingga APBN tidak terganggu alias bisa berjalan sesuai yang dianggarkan.
"Jadi, Bank Indonesia cetak uang, kemudian pemerintah mengeluarkan Surat Berharga Negara dalam mata uang rupiah yang dibeli oleh Bank Indonesia, sehingga uangnya itu di tangan pemerintah," rinci Hary.
(Baca Juga: Halal Bihalal Virtual, Bos BI: Mari Dukung Pemulihan Ekonomi)
Terkait besarnya jumlah uang yang harus dicetak, Hary menyebut disesuaikan dengan kebutuhan. Uang itu yang nantinya dialokasikan untuk membantu sektor-sektor yang membutuhkan bantuan, seperti UMKM, pariwisata, perbankan dan sektor lainnya yang membutuhkan.
"Mudah-mudahan pemerintah mendengarkan masukan ini. Kalau dua itu dilakukan, mudah-mudahan ekonomi kita bisa cepat pulih," pungkas Hary yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia itu.
(fai)