Akademisi IPB: Swasembada Beras Sudah di Depan Mata
loading...
A
A
A
BOGOR - Program peningkatan produksi beras yang dijalankan Kementerian Pertanian (Kementan) sudah terlihat dampaknya pada peningkatan produksi. Hal itu diungkapkan akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi dengan mengacu data yang dirilis BPS sehingga menurutnya swasembada sudah di depan mata.
Mengacu data BPS, selalu surplus beras dari tahun ke tahun. Tahun 2018 itu surplus beras 4,37 juta ton, selanjutnya 2019 surplus 2,38 juta ton, terus 2020 surplus 1,97 juta ton. “Ini kan surplus bisa dijumlah menjadi surplus kumulatif 8,72 juta ton, karena pengertian surplus ini adalah produksi dikurangi konsumsi setiap tahunnya dan tidak ada impor, sedangkan ekspornya belum terlalu banyak. Saat ini dalam tahap inisiasi ekspor,” demikian dikatakan Prima Gandhi di Bogor, Rabu (1/9/2021).
(Baca juga:Mentan: Swasembada Pangan Faktor Penting Tingkatkan Ekonomi Masyarakat)
Menurut Prima Gandhi, melihat program-program yang dilaksanakan Kementan saat ini seperti peningkatan Indek Pertanaman (IP) 400 dan berbagai program strategis lainnya, produksi beras tahun 2021 ini diyakini mengalami peningkatan atau surplus.
Pada musim tanam (MT) I pada bulan Oktober-Maret 2020/2021 ini diprediksi surplus lebih dari 3 juta ton. Mudah-mudahan, lanjut Prima, pada MT II April-September 2021 juga mampu panen. Juli-Desember 2021 mampu mempertahankan produksi di saat musim kemarau, sehingga akhir Desember 2021 juga tetap surplus secara signifikan.
(Baca juga:Kapolri dan Mentan Bahas Swasembada Beras hingga Pendistribusian Pupuk Subsidi)
“Dan kita ketahui sejak tahun 2019 hingga Agustus 2021 ini Indonesia mampu mempertahankan produksi, tidak ada kebijakan impor beras dan tidak ada impor beras umum untuk konsumsi maupun untuk cadangan stok,” sambung Prima Gandhi.
Oleh karena itu, Prima Gandhi menegaskan apabila pemerintah mampu meningkatkan produksi, stok banyak dan tidak impor beras konsumsi hingga akhir Desember 2021, berarti Indonesia mutlak sudah swasembada beras.
Melihat program-program yang dilaksanakan Kementan saat ini pun telah menunjukkan hasilnya, di mana data dan kondisi lapangan terlihat setiap tahun diperoleh surplus. Artinya produksi lebih tinggi dibanding konsumsinya.
(Baca juga:Demi Swasembada Beras, DPRD Kobar Minta Pemkab Petakan Wilayah Cocok Tanam)
Mengacu data BPS, selalu surplus beras dari tahun ke tahun. Tahun 2018 itu surplus beras 4,37 juta ton, selanjutnya 2019 surplus 2,38 juta ton, terus 2020 surplus 1,97 juta ton. “Ini kan surplus bisa dijumlah menjadi surplus kumulatif 8,72 juta ton, karena pengertian surplus ini adalah produksi dikurangi konsumsi setiap tahunnya dan tidak ada impor, sedangkan ekspornya belum terlalu banyak. Saat ini dalam tahap inisiasi ekspor,” demikian dikatakan Prima Gandhi di Bogor, Rabu (1/9/2021).
(Baca juga:Mentan: Swasembada Pangan Faktor Penting Tingkatkan Ekonomi Masyarakat)
Menurut Prima Gandhi, melihat program-program yang dilaksanakan Kementan saat ini seperti peningkatan Indek Pertanaman (IP) 400 dan berbagai program strategis lainnya, produksi beras tahun 2021 ini diyakini mengalami peningkatan atau surplus.
Pada musim tanam (MT) I pada bulan Oktober-Maret 2020/2021 ini diprediksi surplus lebih dari 3 juta ton. Mudah-mudahan, lanjut Prima, pada MT II April-September 2021 juga mampu panen. Juli-Desember 2021 mampu mempertahankan produksi di saat musim kemarau, sehingga akhir Desember 2021 juga tetap surplus secara signifikan.
(Baca juga:Kapolri dan Mentan Bahas Swasembada Beras hingga Pendistribusian Pupuk Subsidi)
“Dan kita ketahui sejak tahun 2019 hingga Agustus 2021 ini Indonesia mampu mempertahankan produksi, tidak ada kebijakan impor beras dan tidak ada impor beras umum untuk konsumsi maupun untuk cadangan stok,” sambung Prima Gandhi.
Oleh karena itu, Prima Gandhi menegaskan apabila pemerintah mampu meningkatkan produksi, stok banyak dan tidak impor beras konsumsi hingga akhir Desember 2021, berarti Indonesia mutlak sudah swasembada beras.
Melihat program-program yang dilaksanakan Kementan saat ini pun telah menunjukkan hasilnya, di mana data dan kondisi lapangan terlihat setiap tahun diperoleh surplus. Artinya produksi lebih tinggi dibanding konsumsinya.
(Baca juga:Demi Swasembada Beras, DPRD Kobar Minta Pemkab Petakan Wilayah Cocok Tanam)