Negara Lain Krisis, Ekspor China Tetap Tak Tertandingi

Senin, 13 September 2021 - 18:52 WIB
loading...
Negara Lain Krisis, Ekspor China Tetap Tak Tertandingi
Ekspor China tetap tak tertandingi di tengah pembatasan pengiriman global. REUTERS/Stringer
A A A
JAKARTA - Ekspor China mencapai level tertinggi bulan lalu kendati terjadi krisis global. Aktivitas ekspor melesat di seluruh penjuru dunia. Dilansir dari CNN International Senin (13/9), Bea Cukai Tiongkok melaporkan pada Agustus 2021 ekspor melonjak 25,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD294,3 miliar.

Sementara itu kinerja impor pada Agustus 2021 melonjak 33,1% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar USD236 miliar. Nilai ekspor impor berhasil mencetak rekor tertinggi. Sepanjang Januari-Agustus 2021 ekspor China meningkat 34% sedangkan impor melonjak 35% dibandingkan tahun lalu. Surplus perdagangan China mencapai USD362,5 miliar naik hampir 30%. Lonjakan kinerja ekspor perdagangan China diluar ekspektasi para ekonom.

"Data perdagangan yang sangat solid menunjukkan ketahanan ekonomi China," ungkap Kepala Ekonomi Asia dari Oxford Economics. "Hambatan kinerja perdagangan tetap ada tapi pemulihan ekonomi gpobal akan terus menopang ekspor China sampai akhir tahun ini sampai 2022 mendatang," tulisnya dalam sebuah laporan penelitian.

Peningkatan ekspor China ditopang oleh pengiriman barang elektronik dan peralatan rumah tangga. Amerika Serikat adalah pasar ekspor utama China. Negara tersebut membeli barang senilai USD51,7 miliar secara total pada Agustus. "Intinya adalah bahwa data perdagangan China untuk mengurangi dampak dari perlambatan pertumbuhan domestik," kata Mitul Kotecha, kepala strategi Asia dan Eropa untuk TD Securities.



Ekonomi China telah melewati pandemi Covid 19 lebih kuat dibandingkan negara lain meskipun menghadapi banyak rintangan. Baru-baru ini, China mengalami wabah virus corona terburuk dalam setahun yang mendorong pihak berwenang untuk mengambil tindakan dramatis untuk menghentikan infeksi baru, termasuk mengunci kota, membatalkan penerbangan, dan menangguhkan perdagangan.

Berhentinya pasokan dan kondisi kredit yang lebih ketat juga membebani aktivitas, sementara tindakan keras regulasi terhadap teknologi, pendidikan, dan sektor lainnya telah mengguncang kepercayaan investor dan menghapus triliunan dolar dari nilai pasar perusahaan China.

Data survei terbaru menunjukkan ekonomi China goyah. Survei resmi aktivitas manufaktur bulan lalu menunjukkan tingkat pertumbuhan terendah sejak awal pandemi, sementara survei swasta menunjukkan kontraksi pertama sejak April 2020. Industri jasa juga menderita, dengan survei non-manufaktur resmi mencatat kontraksi pertama sejak Februari 2020.

Perdagangan juga menjadi perhatian besar. Bulan lalu, pihak berwenang menutup sebagian pelabuhan Ningbo-Zhoushan merupakan pelabuhan peti kemas terbesar ketiga di dunia selama berminggu-minggu setelah seorang pekerja dermaga dinyatakan positif Covid-19.



Pelabuhan ini menangani barang-barang yang akan mengisi sekitar 78.000 kontainer berukuran 20 kaki setiap hari. Hal itu memicu kekhawatiran memperburuk kemacetan di pelabuhan-pelabuhan China dan menambah gangguan ekstra pada rantai pasokan yang sudah membentang.

Ekonom Goldman Sachs mengatakan pembatasan aktivitas di Ningbo memiliki dampak terbatas. "Kemungkinan karena pembatasan altivitas di pelabuhan, volume throughput dialihkan ke pelabuhan terdekat," kata mereka dalam sebuah penelitian.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1837 seconds (0.1#10.140)