BRGM Dorong Ekonomi Masyarakat Melalui Metode Paludikultur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terus berupaya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui metode demonstration plot (demplot) paludikultur. Paludikultur merupakan metode budidaya di lahan gambut tanpa adanya drainase. Praktiknya juga tidak dengan membakar lahan, sehingga lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sebagai pilot project (proyek percontohan), BRGM membangun demonstration plot paludikultur di Desa Tanjung Putri, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Kalimantan, Jany Tri Raharjo mengatakan kegiatan demplot paludikultur merupakan salah satu upaya BRGM dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat. “Sebab bila gambut basah dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupannya, pasti masyarakat akan melindunginya,” kata Jany dalam keteranga rilisnya di Jakarta, Rabu (15/9/2021)..
Lebih lanjut, Jany berharap metode pertanian ini diharapkan bisa memberikan hasil optimal dalam memberdayakan lahan gambut. “Sehingga bisa menjadi percontohan bagi petani di daerah lain,” pungkas Jany.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki, Ruslan Subakti mengatakan, demplot paludikultur di desanya kini mulai membuahkan hasil. Bahkan petani yang tergabung dalam kegiatan ini mengaku puas dengan hasil panen sayuran yang diperoleh.
“Masyarakat sangat semangat, terlebih setelah mereka bisa menuai hasilnya. Kini mereka paham jika panen sayuran juga bisa menghasilkan pendapatan, dulunya ketika mereka nanam paling untuk kebutuhan sendiri, namun setelah mengikuti kegiatan ini hasilnya bisa dijual ke pasar, dari situ mereka merasakan keuntungannya dan pendapatan meningkat,” ujar Ruslan.
Lebih lanjut Ruslan membeberkan, tanaman yang dikembangkan dalam demplot paludikultur lahan gambut ini adalah pare, kacang panjang, tomat, cabai dan terong.
“Luas demplot kurang lebih dua hektare, satu hektare untuk sayuran hortikulturanya dan satu hektare-nya lagi buah-buahan seperti alpukat, mangga, sawo, tapi itu dengan tumpang sari,” paparnya.
Dalam mengembangkan demplot paludikultur ini, Ruslan mengaku butuh strategi khusus agar petani tidak kecewa dan hasil yang didapat bisa sesuai target yang diinginkan.
“Kalau kami untuk sayuran, rencana kedepan apa, misal sawi sendok, kita lihat potensi mana yang bagus di pasar, kita ikuti pasar, kalau sayuran kan cepat panen, biasanya sawi 25 hari sudah panen,” ungkapnya.
Ruslan melihat ada potensi yang cukup besar dari kegiatan ini, sehingga petani di Desa Tanjung Putri pun berharap lahan yang digarap bisa lebih luas lagi sehingga bisa menambah pendapatan mereka.
“Petani yang tergabung dalam kegiatan ini sebelumnya kan ada yang berprofesi sebagai nelayan tapi gak ada penghasilan, ada juga petani yang jatuh bangun, jadi mereka yang kurang paham di situ kami kumpulkan. Jadi warga berharap lahan yang akan digarap lebih luas lagi,” harap Ruslan.
Lihat Juga: Wamentan Sudaryono Ajak Milenial Berperan dalam Ketahanan Pangan Nasional di Era Digital
Sebagai pilot project (proyek percontohan), BRGM membangun demonstration plot paludikultur di Desa Tanjung Putri, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Kalimantan, Jany Tri Raharjo mengatakan kegiatan demplot paludikultur merupakan salah satu upaya BRGM dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat. “Sebab bila gambut basah dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupannya, pasti masyarakat akan melindunginya,” kata Jany dalam keteranga rilisnya di Jakarta, Rabu (15/9/2021)..
Lebih lanjut, Jany berharap metode pertanian ini diharapkan bisa memberikan hasil optimal dalam memberdayakan lahan gambut. “Sehingga bisa menjadi percontohan bagi petani di daerah lain,” pungkas Jany.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki, Ruslan Subakti mengatakan, demplot paludikultur di desanya kini mulai membuahkan hasil. Bahkan petani yang tergabung dalam kegiatan ini mengaku puas dengan hasil panen sayuran yang diperoleh.
“Masyarakat sangat semangat, terlebih setelah mereka bisa menuai hasilnya. Kini mereka paham jika panen sayuran juga bisa menghasilkan pendapatan, dulunya ketika mereka nanam paling untuk kebutuhan sendiri, namun setelah mengikuti kegiatan ini hasilnya bisa dijual ke pasar, dari situ mereka merasakan keuntungannya dan pendapatan meningkat,” ujar Ruslan.
Lebih lanjut Ruslan membeberkan, tanaman yang dikembangkan dalam demplot paludikultur lahan gambut ini adalah pare, kacang panjang, tomat, cabai dan terong.
“Luas demplot kurang lebih dua hektare, satu hektare untuk sayuran hortikulturanya dan satu hektare-nya lagi buah-buahan seperti alpukat, mangga, sawo, tapi itu dengan tumpang sari,” paparnya.
Dalam mengembangkan demplot paludikultur ini, Ruslan mengaku butuh strategi khusus agar petani tidak kecewa dan hasil yang didapat bisa sesuai target yang diinginkan.
“Kalau kami untuk sayuran, rencana kedepan apa, misal sawi sendok, kita lihat potensi mana yang bagus di pasar, kita ikuti pasar, kalau sayuran kan cepat panen, biasanya sawi 25 hari sudah panen,” ungkapnya.
Ruslan melihat ada potensi yang cukup besar dari kegiatan ini, sehingga petani di Desa Tanjung Putri pun berharap lahan yang digarap bisa lebih luas lagi sehingga bisa menambah pendapatan mereka.
“Petani yang tergabung dalam kegiatan ini sebelumnya kan ada yang berprofesi sebagai nelayan tapi gak ada penghasilan, ada juga petani yang jatuh bangun, jadi mereka yang kurang paham di situ kami kumpulkan. Jadi warga berharap lahan yang akan digarap lebih luas lagi,” harap Ruslan.
Lihat Juga: Wamentan Sudaryono Ajak Milenial Berperan dalam Ketahanan Pangan Nasional di Era Digital
(dar)