Butuh Terobosan untuk Genjot Pasar Gas Alam di Indonesia

Rabu, 22 September 2021 - 22:00 WIB
loading...
Butuh Terobosan untuk...
Narasumber ebinar FGD Arah Baru Industri Migas: Ketahanan Energi dengan Memaksimalkan Pemanfaatan Natural Gas dan LNG Dalam Negeri berpose bersama, Rabu (22/9/2021). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas ) menyatakan bahwa Indonesia memiliki banyak stranded gas alias ladang gas yang meski telah ditemukan, tetapi belum dapat dimanfaatkan. Diperlukan terobosan baru untuk dapat memasarkan stranded gas tersebut secara komersial.

Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus mengatakan, sebetulnya SKK Migas melihat ada kebutuhan energi dari fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) tambang yang bisa menjadi alternatif pemanfaatan gas tersebut. Namun, dia mengakui ada kendala dalam merealisasikan hal tersebut.



"Kita melihat saat ini kapal-kapal LNG kita belum bisa mensuplai yang dalam skala kecil. Ini merupakan tantangan ke depan. Kita harus bisa menggunakan kapal-kapal kecil untuk bisa mensuplai LNG kepada smelter di Sulawesi, Maluku dan juga di Papua," papar Taslim dalam webinar FGD bertajuk "Arah Baru Industri Migas: Ketahanan Energi dengan Memaksimalkan Pemanfaatan Natural Gas dan LNG Dalam Negeri" di Jakarta, Rabu (22/9/2021).

Taslim menyebutkan, stranded gas terdapat di lapangan South Sebuku, Wasambo, Jambu Aye Utara, Asap Kido dan Merah. Jika tidak bisa menemukan terobosan dalam waktu dekat untuk memasarkannya, maka cadangan gas tersebut akan tetap tidak dapat dimanfaatkan.

"Ini juga merupakan tantangan untuk berinvestasi di Indonesia. Kalau dia melihat cekungan (hidrokarbon) itu lebih banyak untuk gas, nanti kalau temukan gas, kira-kira kemana saya menjual gasnya," ujar dia.

Terkait dengan itu, Head Engineering and Technology PGN Suseno dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa pihaknya terus membuat inovasi dan terobosan baru untuk lebih meningkatkan pemanfaatan gas di dalam negeri.

"Pemanfaatan gas itu berbeda dengan BBM, karena harus didukung infrastruktur yang bagus. Untuk memanfaatkan gas, harus dibangun jaringan pipa gas, terminal timbun dan lainnya," ujarnya.

Namun, dalam dekade belakangan ini, PGN mulai mengembangkan gas menjadi LNG atau dalam bentuk cair. Dengan begitu, LNG bisa dikirimkan dengan kapal-kapal tangker dari pusat produksi atau kilang LNG ke konsumen. "Ini mulai dilakukan termasuk oleh PGN sekitar tahun 2012," jelas Suseno.

Suseno menambahkan, sejalan dengan program bauran energi nasional yang terus mengedepankan peran energi bersih, termasuk gas, maka pasar gas ke depan diyakini akan semakin besar. Terlebih, pemerintah akan menghentikan PLTU berbasis batu bara mulai tahun 2025.
"Implikasinya, kebutuhan gas di dalam negeri akan semakin besar. PGN pun harus menyikapi ini dengan bijak," ujar Suseso.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2028 seconds (0.1#10.140)