Wall Street Naik 1% Lebih Seiring Kekhawatiran The Fed dan Evergrande Mereda

Jum'at, 24 September 2021 - 06:16 WIB
loading...
Wall Street Naik 1%...
Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street dibuka menguat pada perdagangan Kamis pagi waktu menyusul harapan krisis Evergrande Group di China mereda. Foto/Dok
A A A
NEW YORK - Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street dibuka menguat pada perdagangan Kamis pagi waktu setempat untuk memperpanjang tren kenaikan sejak kemarin. Hal ini menyusul harapan krisis Evergrande Group di China mereda sementara bank sentral AS (Federal Reserve/ The Fed ) terindikasi masih tetap dovish (pro-stimulus pasar).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) dibuka menguat 37,98 poin, atau 0,11%, pada pembukaan di 34.296,30. Hingga pukul 01.00 WIB, DJI berada di posisi 528,65 poin atau 1,54% menjadi 34.786,97.



Sedangkan S&P 500 (SPX) dibuka lebih tinggi sebesar 11,11 poin, atau 0,25%, pada 4.406,75. Hingga pukul 01.05 WIB SPX naik 54,57 poin, atau 1,24%, menjadi 4.450,21.

Nasdaq Composite (IXIC) naik 63,16 poin, atau 0,42%, menjadi 14.960,00 pada pembukaan. Kemudian IXIC naik 127,12 poin atau 0,85% menjadi 15.023,97.

Saham yang terkait dengan pemulihan ekonomi global menguat di pembukaan. Saham Freeport-McMoRan lompat nyaris 1%. Las Vegas Sands, yang memiliki eksposur China, melompat 1,5%. Saham energi juga menguat.

Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 9,84 miiar saham dengan rata-rata 10,07 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.

Di antara sektor industri utama S&P 500, sektor energi naik 3,4% dan saham keuangan mencatat kenaikan 2,5%. Real estate dan utilitas adalah satu-satunya sektor dari 11 yang mencetak kerugian, keduanya turun sekitar 0,5%.

Saham penyedia layanan TI, Salesforce, ditutup naik 7% dan perusahaan tersebut merupakan dorongan besar bagi S&P dan Dow selama sesi tersebut setelah menaikkan perkiraan pendapatan tahunannya.

Indeks Hang Seng Hong Kong berbalik menguat lebih dari 1% dari koreksi pekan ini. Saham Evergrande Group melesat lebih dari 17% setelah berkomitmen membayar kewajiban utangnya kepada para pemegang obligasi lokal.

Namun, investor global masih menunggu apakah perseroan akan membayar bunga obligasi, senilai USD 83 juta yang akan jatuh tempo pada Kamis. Pemerintah China menegaskan Evergrande untuk menghindari gagal bayar (default) obligasi berbasis dolar AS.

Secara bersamaan, Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintah China sudah bersiap menyikapi "kemungkinan badai" jika Evergrande gagal. Bursa saham menguat setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di level sekarang.

Dow Jones lompat 340 poin (+1%) kemarin, menjadi reli harian pertama dalam 5 hari terakhir, dan juga yang tertinggi sejak 20 Juli. Indeks S&P 500 melompat 0,95%, yang juga menghentikan koreksi 4 hari, menjadi yang terbaik sejak 23 Juli. Nasdaq lompat 1,02%, sedangkan Russell 2000 lompat 1,48%.

"Jika kemajuan terus terjadi seperti yang diharapkan, Komite menilai laju pembelian aset yang moderat mungkin bisa dijalankan," tutur The Fed usai rapat kemarin.

Bank sentral terkuat di dunia ini telah membeli aset obligasi dari pasar senilai USD 120 miliar per bulan. Departemen Tenaga Kerja AS merilis klaim tunjangan pengangguran awal, yang berujung pada angka 351.000 per pekan lalu, atau lebih buruk dari estimasi pasar sebanyak 320.000. Pekan sebelumnya, angka klaim tunjangan awal berada di level 332.000.

Beberapa perusahaan akan merilis kinerja keuangannya per kuartal III-2021, termasuk Nike. Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur dan jasa juga akan dirilis.

Meredanya kekhawatiran atas potensi default oleh pengembang properti China Evergrande juga menambah optimisme pasar. Namun Reuters melaporkan bahwa beberapa pemegang obligasi dolar perusahaan telah putus asa untuk mendapatkan pembayaran kupon pada batas waktu penting Kamis.



Investor mengabaikan data yang menunjukkan pertumbuhan aktivitas bisnis yang lesu dan kenaikan klaim pengangguran, sejalan dengan ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III.

"Sikap The Fed masih akomodatif dan masuk akal bagi The Fed untuk ingin kembali ke keadaan normal jika ekonomi sekuat yang ditunjukkan data (terbaru)," kata Direktur pelaksana strategi investasi di E*TRADE Financial Mike Loewengart, dilansir dari Reuters, Jumat (24/9/2021).

Data pekan lalu menunjukkan lonjakan mengejutkan dalam penjualan ritel, menunjukkan bahwa belanja konsumen, ukuran utama pertumbuhan ekonomi, tetap kuat meskipun ada dampak varian Delta Covid-19.

"Mengingat volatilitas baru-baru ini, kemungkinan investor melihat proyeksi taper dan potensi kenaikan suku bunga 2022 sebagai mosi percaya bahwa pemulihan berada di jalurnya," kata Loewengart.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1763 seconds (0.1#10.140)