Kontainer Sempat Langka, Upaya Kemendag Bikin Lega Eksportir
loading...
A
A
A
Di kesempatan berbeda, Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebut, inisiasi Mendag Lutfi dan jajarannya bersama KADIN Indonesia soal kontainer begitu baik. Utamanya, jika dilihat dari momentum menjaga kinerja ekspor yang positif hingga semester pertama 2021.
"Apalagi beberapa pelaku usaha yang kekurangan kontainer ini merupakan industri unggulan, salah satunya makanan dan minuman," sebut Rendy.
Mengutip data GAPMMI berkaitan kekurangan kontainer sejauh ini. Ia menyebutkan ongkos logistik mengalami peningkatan, sehingga menekan volume angkut barang. Akibatnya, terjadi penurunan volume ekspor barang berupa produk mamin sekitar 6-7%.
Karena itu, sebut Rendy, semestinya potensi peningkatan nilai ekspor tanpa gangguan kontainer bisa lebih tinggi 6-7%, dari torehan ekspor mamin yang saat ini berkisar USD19,6 miliar.
Artinya, jika tanpa gangguan kelangkaan kontainer, ekspor mamin semestinya bisa tumbuh maksimal hingga menyentuh USD20,97 miliar. Ia pun menilai, inisiasi atas kontainer ini juga bisa menjaga kinerja perdagangan di sisa tahun.
"Ya terutama dalam meningkatkan kinerja ekspor di kuartal empat 2021," ujarnya.
Terhadap persoalan kontainer, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memastikan, ada tambahan suplai kontainer 800-1.000 unit per bulan. Lutfi menjelaskan, komitmen tambahan kontainer datang dari berbagai negara.
Kesepakatan terjadi setelah pemerintah mempertemukan eksportir dengan kalangan usaha. Kemendag menggamit Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, serta Operator pelayaran jalur utama (Main Line Operator/MLO) untuk mencari solusi akan kekurangan kontainer. Dan kelangkaan kontainer terjadi bukan hanya di Indonesia.
Meski begitu, ia menyebut Indonesia sebenarnya butuh hingga 1.000 kontainer per minggu. Hal ini untuk menunjang tingginya permintaan pasar. Hal ini untuk menunjang ekspor furnitur.
"Apalagi beberapa pelaku usaha yang kekurangan kontainer ini merupakan industri unggulan, salah satunya makanan dan minuman," sebut Rendy.
Mengutip data GAPMMI berkaitan kekurangan kontainer sejauh ini. Ia menyebutkan ongkos logistik mengalami peningkatan, sehingga menekan volume angkut barang. Akibatnya, terjadi penurunan volume ekspor barang berupa produk mamin sekitar 6-7%.
Karena itu, sebut Rendy, semestinya potensi peningkatan nilai ekspor tanpa gangguan kontainer bisa lebih tinggi 6-7%, dari torehan ekspor mamin yang saat ini berkisar USD19,6 miliar.
Artinya, jika tanpa gangguan kelangkaan kontainer, ekspor mamin semestinya bisa tumbuh maksimal hingga menyentuh USD20,97 miliar. Ia pun menilai, inisiasi atas kontainer ini juga bisa menjaga kinerja perdagangan di sisa tahun.
"Ya terutama dalam meningkatkan kinerja ekspor di kuartal empat 2021," ujarnya.
Terhadap persoalan kontainer, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memastikan, ada tambahan suplai kontainer 800-1.000 unit per bulan. Lutfi menjelaskan, komitmen tambahan kontainer datang dari berbagai negara.
Kesepakatan terjadi setelah pemerintah mempertemukan eksportir dengan kalangan usaha. Kemendag menggamit Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, serta Operator pelayaran jalur utama (Main Line Operator/MLO) untuk mencari solusi akan kekurangan kontainer. Dan kelangkaan kontainer terjadi bukan hanya di Indonesia.
Meski begitu, ia menyebut Indonesia sebenarnya butuh hingga 1.000 kontainer per minggu. Hal ini untuk menunjang tingginya permintaan pasar. Hal ini untuk menunjang ekspor furnitur.