Bisnis Melejit, Bos-Bos Perusahaan Teknologi Kian Tajir saat Pandemi
loading...
A
A
A
"Pengusaha yang berada di sisi yang salah atau bukan pada tren teknologi memiliki kekayaan yang tidak bertambah," demikian pernyataan UBS dan PricewaterhouseCoopers (PwC).
Analisis IPS di AS juga menyebutkan pandemi justru menjadi "durian runtuh" bagi para pengusaha di bidang teknologi. Mereka yang mengambil untung berlimpah dari pandemi adalah bisnis di bidang ritel online, pelayanan dan hiburan.
"Itu dikarenakan banyak warga berbelanja, berinvestasi dan mengalihkan perhatian di tengah isolasi," demikian keterangan IPS.
Mereka menyebutkan bahwa 19 miliarder mengalami kenaikan kekayaan lebih dari 200%, dan kekayaan 48 miliarder meningkat lebih dari 100%.
Misalnya, Bom Kim, miliarder AS yang mendirikan e-commerce Coupang berbasis di Seoul, Korea Selatan, mengalami kenaikan 670% hingga USD7,7 miliar. Keuntungan besar itu dikarenakan penjualan saham perdana atau IPO pada awal Maret lalu yang menghasilkan USD11 miliar.
Kemudian, Dan Gilbert, pemilik Quicken Loans, mengalami kenaikan 642% atau menambah kekayaan USD41,7 miliar. Selanjutnya, Ernest Garcia II mampu mengalami peningkatan kekayaan hingga 567% atau USD13,6 miliar karena menjadi pemegang saham terbesar Carvana, raksasa finansial dalam penjualan mobil secara online.
Selain itu, Eric Yuan, pendidi Zoom, juga mengalami kenaikan kekakayan hingga USD8,4 miliar selama pandemi atau sebesar 153% pada Maret 2021. Sedangkan Elon Musk mengalami pertumbuhan kekayaan USD559% atau setara USD137,5 miliarder dan menjadi orang kedua terkaya di AS.
Adapun kekayaan Evan Spiegel, pendiri Snapchat, tumbuh 490% atau USD9,3 miliar. Selanjutnya, Jack Dorsey, pendiri Twitter dan Square, aplikasi pembayaran untuk bisnis berskala kecil dan menengah, mendapatkan kenaikan kekayaan 396% atau USD10,3%.
"Itu sepertinya para miliarder mendapatkan keuntungan ketika dunia kehilangan lebih setengah juta nyawa dan jutaan orang kehilangan kekayaan, kesehatan, dan pekerjaan," kata Chuck Dollins, direktur program ketidakseteraan di IPS.
Frank Clemente, direktur Americans for Tax Fairness menambahkan, kesenjangan pendapatan akibat pandemi seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintahan.
Analisis IPS di AS juga menyebutkan pandemi justru menjadi "durian runtuh" bagi para pengusaha di bidang teknologi. Mereka yang mengambil untung berlimpah dari pandemi adalah bisnis di bidang ritel online, pelayanan dan hiburan.
"Itu dikarenakan banyak warga berbelanja, berinvestasi dan mengalihkan perhatian di tengah isolasi," demikian keterangan IPS.
Mereka menyebutkan bahwa 19 miliarder mengalami kenaikan kekayaan lebih dari 200%, dan kekayaan 48 miliarder meningkat lebih dari 100%.
Misalnya, Bom Kim, miliarder AS yang mendirikan e-commerce Coupang berbasis di Seoul, Korea Selatan, mengalami kenaikan 670% hingga USD7,7 miliar. Keuntungan besar itu dikarenakan penjualan saham perdana atau IPO pada awal Maret lalu yang menghasilkan USD11 miliar.
Kemudian, Dan Gilbert, pemilik Quicken Loans, mengalami kenaikan 642% atau menambah kekayaan USD41,7 miliar. Selanjutnya, Ernest Garcia II mampu mengalami peningkatan kekayaan hingga 567% atau USD13,6 miliar karena menjadi pemegang saham terbesar Carvana, raksasa finansial dalam penjualan mobil secara online.
Selain itu, Eric Yuan, pendidi Zoom, juga mengalami kenaikan kekakayan hingga USD8,4 miliar selama pandemi atau sebesar 153% pada Maret 2021. Sedangkan Elon Musk mengalami pertumbuhan kekayaan USD559% atau setara USD137,5 miliarder dan menjadi orang kedua terkaya di AS.
Adapun kekayaan Evan Spiegel, pendiri Snapchat, tumbuh 490% atau USD9,3 miliar. Selanjutnya, Jack Dorsey, pendiri Twitter dan Square, aplikasi pembayaran untuk bisnis berskala kecil dan menengah, mendapatkan kenaikan kekayaan 396% atau USD10,3%.
"Itu sepertinya para miliarder mendapatkan keuntungan ketika dunia kehilangan lebih setengah juta nyawa dan jutaan orang kehilangan kekayaan, kesehatan, dan pekerjaan," kata Chuck Dollins, direktur program ketidakseteraan di IPS.
Frank Clemente, direktur Americans for Tax Fairness menambahkan, kesenjangan pendapatan akibat pandemi seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintahan.