Cerita Sri Mulyani Soal Lonceng Kebebasan, Utang, dan Dana Perang Amerika

Senin, 18 Oktober 2021 - 18:56 WIB
loading...
Cerita Sri Mulyani Soal...
Sri Mulyani bersama rombongan berpose di dekat replika lonceng kebebasan. Foto/Instagram/SriMulyani
A A A
JAKARTA - Dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Amerika Serikat , Menteri Keuangan Sri Mulyani menyempatkan diri berkunjung ke Washington DC, tepatnya ke Gedung Kementerian Keuangan Amerika (US Treasury Building). Sri Mulyani bersama rombongan pun "disambut" oleh sebuah lonceng raksasa yang berada di depan pintu masuk gedung.

Tentu saja bukan sembarang lonceng. Sri Mulyani sendiri menyebutnya Liberty Bell replica atau replika lonceng kebebasan.

"Ini adalah replika dari Liberty Bell asli yang berada di Pennsylvania yang menjadi lambang Kemerdekaan Amerika Serikat yang dibunyikan pada saat deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat Juli 1776," tulis Sri Mulyani di akun Instagramnya, dikutip Senin (18/10/2021).



Sri Mulyani kemudian menuturkan sebuah cerita menarik mengenai keuangan Amerika yang dikaitkan dengan semangat kemerdekaannya. Waktu Perang Dunia I (1914-1918), Amerika butuh biaya perang sangat besar.

"Sumber dana perang hanya tiga: (1) Memungut dan menaikkan Pajak, (2) Utang, atau (3) Mencetak Uang yang tentu menimbulkan inflasi," tambah Sri.

Sri Mulyani melanjutkan, Menkeu AS waktu itu, William McAdoo, yang sekaligus Ketua Bank Sentral (Federal Reserve), memutuskan pendanaan perang 1/3 berasal dari pajak dan 2/3 berasal dari utang. Pajak progresif dinaikkan, bahkan untuk penduduk sangat kaya (pendapatan di atas USD1 juta) membayar pajak sangat tinggi, yaitu 77%.

US Treasury menerbitkan Liberty Bonds empat kali sepanjang 1917-1918 dan satu kali Victory Bonds di 1919. Denominasi Liberty Bond terkecil USD50 atau setara 1/2 bulan gaji pekerja pabrik waktu itu. Jangka waktunya 30 tahun, suku bunga 3,5%, 4%, 4,25%. Masyarakat dapat membeli dengan mencicil 25 sen (tahun 1917 upah buruh per jam 35 sen).

Penerbitan surat utang Liberty dan Victory Bond 1917-1919 menggunakan semangat patriotisme rakyat Amerika menghasilkan dana lebih dari USD17 miliar atau setara USD6,5 triliun saat ini. 68% rakyat Amerika membeli Liberty dan Victory bonds untuk membiayai Perang Dunia I. Sedangkan sebesar USD8,8 miliar biaya perang diperoleh dari pajak.



"Belanja perang AS sungguh besar, sebelum Perang Dunia I (1913-1916) belanja pemerintah federal AS setahun hanya USD 750 juta, dengan perang belanja Federal (1919) melonjak mencapai USD 18,5 miliar! Biaya perang sungguh sangat mahal!" lanjut Sri.

Menurut Sri Mulyani, sejarah, data, dan fakta memberikan perspektif dan kesempatan kita belajar agar mampu menghadapi tantangan ke depan dan terus menempuh perjuangan mencapai cita-cita bangsa kita sendiri.

"Tidak ada cita-cita dicapai tanpa perjuangan!" tandasnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1700 seconds (0.1#10.140)