China Kehilangan Tenaga, Ekonomi Tumbuh Melambat di Kuartal III/2021
loading...
A
A
A
BEIJING - Ekonomi China tumbuh 4,9% pada kuartal III tahun 2021 atau di periode Juli hingga September. Angka tersebut melambat bila dibandingkan tahun sebelumnya, serta lebih buruk dari perkiraan analis.
Seperti dikutip dari BBC, ekonomi China seakan kehilangan tenaga ketika kuartal sebelumnya tumbuh hampir 8%. Hal ini juga memperlihatkan tren pemulihan China tersendat akibat beberapa hal.
Mulai dari krisis energi yang membuat beberapa wilayah kekurangan listrik, wabah Pandemi Covid-19 yang pasang surut. Hingga kebijakan ketat Beijing pada sejumlah industri yang berdampak terhadap ekonomi mereka sendiri.
"Perkembangan ini dapat mengurangi pertumbuhan pada sisa tahun ini dan tidak boleh diremehkan," kata seorang ahli.
Ekonomi terbesar kedua di dunia telah menghadapi sejumlah tantangan dalam beberapa bulan terakhir.
Krisis Energi
Pertama, ketika krisis energi mencuat dimana berkurangnya pasokan listrik. Hal itu seiring melonjaknya harga komoditas global telah mempengaruhi biaya bahan baku.
Ini terjadi pada saat yang sama ketika Beijing telah meningkatkan tekanan pada pemerintah daerah untuk mengurangi emisi karbon. Kebijakan itu sejalan dengan target Chiba menjadi negara netral karbon pada tahun 2060.
Banyak provinsi menerapkan jatah untuk pasokan listrik, menyebabkan pemadaman pada rumah-rumah. Bahkan hingga membuat pabrik ditutup karena tidak dapat produksi akibat kekurangan listrik.
Ditambah bencana banjir melanda salah satu provinsi di China yang terkenal sebagai penghasil batubara terbesar di negara itu. Wilayah Shanxi menghasilkan sekitar 30% batubara China.
Hujan deras telah menyebabkan harga batu bara mencapai level tertinggi belum lama ini dan pemerintah telah membatasi produksi.
Pemadaman listrik telah mengganggu banyak industri di negara ini, terutama yang menggunakan sejumlah besar energi, termasuk produksi semen, baja dan peleburan aluminium.
Pada saat yang sama sektor properti China telah menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengendalikan utangnya. Contoh yang paling menonjol, China Evergrande Group, berutang lebih dari USD300 miliar dan menempatkan dirinya di ambang kebangkrutan.
Seperti dikutip dari BBC, ekonomi China seakan kehilangan tenaga ketika kuartal sebelumnya tumbuh hampir 8%. Hal ini juga memperlihatkan tren pemulihan China tersendat akibat beberapa hal.
Mulai dari krisis energi yang membuat beberapa wilayah kekurangan listrik, wabah Pandemi Covid-19 yang pasang surut. Hingga kebijakan ketat Beijing pada sejumlah industri yang berdampak terhadap ekonomi mereka sendiri.
"Perkembangan ini dapat mengurangi pertumbuhan pada sisa tahun ini dan tidak boleh diremehkan," kata seorang ahli.
Ekonomi terbesar kedua di dunia telah menghadapi sejumlah tantangan dalam beberapa bulan terakhir.
Krisis Energi
Pertama, ketika krisis energi mencuat dimana berkurangnya pasokan listrik. Hal itu seiring melonjaknya harga komoditas global telah mempengaruhi biaya bahan baku.
Ini terjadi pada saat yang sama ketika Beijing telah meningkatkan tekanan pada pemerintah daerah untuk mengurangi emisi karbon. Kebijakan itu sejalan dengan target Chiba menjadi negara netral karbon pada tahun 2060.
Banyak provinsi menerapkan jatah untuk pasokan listrik, menyebabkan pemadaman pada rumah-rumah. Bahkan hingga membuat pabrik ditutup karena tidak dapat produksi akibat kekurangan listrik.
Ditambah bencana banjir melanda salah satu provinsi di China yang terkenal sebagai penghasil batubara terbesar di negara itu. Wilayah Shanxi menghasilkan sekitar 30% batubara China.
Hujan deras telah menyebabkan harga batu bara mencapai level tertinggi belum lama ini dan pemerintah telah membatasi produksi.
Pemadaman listrik telah mengganggu banyak industri di negara ini, terutama yang menggunakan sejumlah besar energi, termasuk produksi semen, baja dan peleburan aluminium.
Pada saat yang sama sektor properti China telah menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengendalikan utangnya. Contoh yang paling menonjol, China Evergrande Group, berutang lebih dari USD300 miliar dan menempatkan dirinya di ambang kebangkrutan.
(akr)