Krisis Energi Mulai Terasa di Singapura, Ini Tanda-tandanya
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Tanda-tanda krisis energi mulai dirasakan di Singapura. Sejumlah penyedia listrik swasta tumbang akibat melambungnya harga energi global. Penyedia listrik independen terbesar di negara itu, iSwitch dan tiga perusahaan lain mulai meninggalkan pasar.
iSwitch Energy sebagai pengecer listrik swasta terbesar di Singapura pada 11 November 2021 memutuskan menghentikan penjualan akibat dihantam lonjakan harga energi global. Tiga penyedia listrik swasta lainnya, yakni Diamond Electric, Best Electricity Supply dan Ohm Energy telah berhenti menerima pelanggan baru dan menyerahkan kontrak jangka panjang ke penyedia lain.
"Penyedia listrik swasta tidak bisa menjual kepada pelanggan ritel karena tidak ekonomis. Soalnya, tarif triwulanan ditetapkan jauh di bawah harga pasar berjangka maupun spot," kata Kepala Energi Global di Simpson Spence Young James Whistler seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa (19/10/2021).
Berdasarkan laporan, dari total 12 penyedia listrik swasta sekarang tinggal 8 pengecer akibat dihantam lonjakan harga energi global. Hal itu disampaikan oleh salah satu pelaku industri di Singapura.
Tak hanya Singapura, penyedia listrik swasta di Inggris juga mengalami hal yang sama sehingga memaksa sekitar 1,7 juta pelanggan beralih ke pengecer lain.
Pemerintah Singapura pun berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan para penyedia listrik swasta menhadapi gejolak pasar energi global sehingga diharapkan tidak mengganggu pasokan listrik kepada masyarakat. Singapore LNG Corp saat ini juga gencar mencari pasokan LNG untuk meningkatkan persediaan gas di dalam negeri.
Sebagai informasi, harga LNG di pasar spot Asia melonjak lebih dari 500% sejak tahun lalu menjadi lebih dari USD30 per juta british thermal unit (MMBTU) bulan ini. Sementara harga minyak mentah Brent yang sebagian besar kontrak gas jangka panjang Singapura naik ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
iSwitch Energy sebagai pengecer listrik swasta terbesar di Singapura pada 11 November 2021 memutuskan menghentikan penjualan akibat dihantam lonjakan harga energi global. Tiga penyedia listrik swasta lainnya, yakni Diamond Electric, Best Electricity Supply dan Ohm Energy telah berhenti menerima pelanggan baru dan menyerahkan kontrak jangka panjang ke penyedia lain.
"Penyedia listrik swasta tidak bisa menjual kepada pelanggan ritel karena tidak ekonomis. Soalnya, tarif triwulanan ditetapkan jauh di bawah harga pasar berjangka maupun spot," kata Kepala Energi Global di Simpson Spence Young James Whistler seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa (19/10/2021).
Berdasarkan laporan, dari total 12 penyedia listrik swasta sekarang tinggal 8 pengecer akibat dihantam lonjakan harga energi global. Hal itu disampaikan oleh salah satu pelaku industri di Singapura.
Tak hanya Singapura, penyedia listrik swasta di Inggris juga mengalami hal yang sama sehingga memaksa sekitar 1,7 juta pelanggan beralih ke pengecer lain.
Pemerintah Singapura pun berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan para penyedia listrik swasta menhadapi gejolak pasar energi global sehingga diharapkan tidak mengganggu pasokan listrik kepada masyarakat. Singapore LNG Corp saat ini juga gencar mencari pasokan LNG untuk meningkatkan persediaan gas di dalam negeri.
Sebagai informasi, harga LNG di pasar spot Asia melonjak lebih dari 500% sejak tahun lalu menjadi lebih dari USD30 per juta british thermal unit (MMBTU) bulan ini. Sementara harga minyak mentah Brent yang sebagian besar kontrak gas jangka panjang Singapura naik ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
(nng)