Asa Bangkit Pelaku UMKM Desa Adat Sade dengan Transaksi QRIS BRI
loading...
A
A
A
Mengalirnya wisatawan mencuatkan kembali asa bagi para pelaku UMKM. Tak terkecuali Maliki Akbar (26). Pedagang tenun khas Lombok dan kerajinan tangan itu dapat tersenyum karena pembeli telah datang.
"Meski belum seramai dulu, namun satu-dua (pembeli) sudah ada. Terutama akhir pekan atau hari libur, lumayan yang datang dan belanja," tuturnya, Jumat (15/10/2021).
Maliki mengisahkan, usaha tenun songket Lombok itu meneruskan orang tua. Bersama istrinya, dia menjalankan bisnis kecil tersebut. Tenun diperoleh dari para perajin, yang kebanyakan masih kerabat.
Menurut Maliki, saat menghasilkan tenun biaya terbesar biasanya untuk pembelian benang emas karena mereka tak dapat memproduksi sendiri. Benang emas itu, kata dia, salah satunya digunakan untuk menghasilkan tenun motif Rangrang. Tak hanya itu, ada pula motif Sasambo.
Maliki mengaku sangat bersyukur karena permodalan dari bank sangat membantu. Dia merasakan betul manfaat dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI. "Pada 2019 saya ambil Rp15 juta. Setelah itu pada 2020 kembali ambil Rp15 juta," ujarnya.
Khusus tahun lalu, selain untuk belanja bahan baku, dana KUR juga digunakan untuk membetulkan atap took. Kebetulan ilalang yang merupakan atap tradisional rumah-rumah di Kampung Sasak telah lapuk sehingga harus diganti.
Bukan itu saja yang membuatnya tersenyum, Bank BRI juga mengenalkan sistem transaksi nontunai berupa pembayaran digital berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
"Sudah sebulan lalu pakai (QRIS). Sangat membantu karena wisatawan-wisatawan sekarang banyak juga yang bayar gak pakai uang langsung (nontunai)," ujarnya.
![Asa Bangkit Pelaku UMKM Desa Adat Sade dengan Transaksi QRIS BRI]()
Maliki mengaku senang dengan metode pembayaran digital tersebut. Selain dianggapnya kekinian, dia merasa gerainya terasa keren. "Jadi gak ketinggalan zaman gitu," ucapnya, seraya tersenyum.
"Meski belum seramai dulu, namun satu-dua (pembeli) sudah ada. Terutama akhir pekan atau hari libur, lumayan yang datang dan belanja," tuturnya, Jumat (15/10/2021).
Maliki mengisahkan, usaha tenun songket Lombok itu meneruskan orang tua. Bersama istrinya, dia menjalankan bisnis kecil tersebut. Tenun diperoleh dari para perajin, yang kebanyakan masih kerabat.
Menurut Maliki, saat menghasilkan tenun biaya terbesar biasanya untuk pembelian benang emas karena mereka tak dapat memproduksi sendiri. Benang emas itu, kata dia, salah satunya digunakan untuk menghasilkan tenun motif Rangrang. Tak hanya itu, ada pula motif Sasambo.
Maliki mengaku sangat bersyukur karena permodalan dari bank sangat membantu. Dia merasakan betul manfaat dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI. "Pada 2019 saya ambil Rp15 juta. Setelah itu pada 2020 kembali ambil Rp15 juta," ujarnya.
Khusus tahun lalu, selain untuk belanja bahan baku, dana KUR juga digunakan untuk membetulkan atap took. Kebetulan ilalang yang merupakan atap tradisional rumah-rumah di Kampung Sasak telah lapuk sehingga harus diganti.
Bukan itu saja yang membuatnya tersenyum, Bank BRI juga mengenalkan sistem transaksi nontunai berupa pembayaran digital berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
"Sudah sebulan lalu pakai (QRIS). Sangat membantu karena wisatawan-wisatawan sekarang banyak juga yang bayar gak pakai uang langsung (nontunai)," ujarnya.
.jpg)
Maliki mengaku senang dengan metode pembayaran digital tersebut. Selain dianggapnya kekinian, dia merasa gerainya terasa keren. "Jadi gak ketinggalan zaman gitu," ucapnya, seraya tersenyum.
Lihat Juga :