Pulihkan Pariwisata, Kemkominfo Latih Ribuan UMKM Sektor Pengolahan di 10 Destinasi Prioritas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Langkah pemerintah dalam memulihkan dan membuka kembali destinasi pariwisata secara bertahap di tengah pandemi Covid-19 perlu dibarengi dengan upaya menyiapkan ekosistem pendukungnya dengan baik.
Salah satu aspek pendukung tersebut adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memproduksi beragam produk seperti makanan dan minuman atau kuliner dan cenderamata.
Melalui program Active Selling, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyasar UMKM produsen sektor pengolahan di 10 wilayah Destinasi Wisata Pioritas, salah satunya Bangka Belitung (Babel).
Untuk menumbuhkembangkan UMKM di daerah yang masyhur dengan wisata pantainya tersebut, Ditjen Aptika Kemkominfo menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital agar proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien, serta memperluas jangkauan pasar dari produk UMKM.
Program yang mengikutsertakan 2.600 peserta ini juga mengajarkan cara mengoptimalkan media sosial dan lokapasar (marketplace) untuk memperluas pasar melalui berbagai tips dan trik. Kemudian, peserta juga dipandu juga untuk menggunakan aplikasi agregator dan P.O.S. agar monitoring dan pencatatannya lebih baik. Dengan durasi pelatihan dan pendampingan selama enam bulan, diharapkan peserta bisa langsung mempraktekan materi-materi yang diajarkan.
Vida, salah satu peserta Active Selling dari provinsi penghasil timah ini merasa beruntung karena kini dia memiliki tips-tips berjualan online dan sudah menjajal sendiri di aplikasi.
Dengan bantuan fasilitator, Vida tak lagi bingung mengaplikasikan materi-materi pelatihan karena dia didampingi secara langsung. Kini sambalingkung produksi Vida sudah bisa ditemui di berbagai marketplace.
“Meskipun hanya sekali seminggu dikunjungi, tapi ini jauh lebih baik karena langsung praktek di handphone saya. Terkadang karna kesibukan di rumah dan sedang produksi, saya kurang nyangkut dengan pelatihan-pelatihan online,” ujarnya, dikutip Sabtu (23/10/2021).
Tantangan untuk meningkatkan pendapatan bagi usaha mikro cukup banyak, mulai dari perizinan, standarisasi, permodalan hingga pemasaran. Active selling mencoba memberikan solusi bagi permasalahan pemasaran. Ketika barang yang diproduksi cepat laku, maka irama produksi dapat terus berdetak.
Peserta lain dari Babel adalah Sri Anggi, pengusaha buket hadiah. Berbagai cara untuk mempertahankan bisnis di kala pandemi sudah dilakukan. Anggi mengaku sudah mengenal berbagai media sosial sebagai sarana pemasaran digital.
Setelah mengikuti beberapa kelas di Active Selling, Anggi faham bahwa ternyata tips-trik berjualan online cukup mudah dipelajari dan diterapkan pada bidang usahanya.
“Ternyata untuk membuat posting kita menarik calon pembeli itu mudah ya. Di pelatihan ini ada fasilitator yang datang ke rumah saya untuk mendampingi kita pelatihan offline secara praktek seminggu sekali,” tuturnya.
Di Tanjung Pandan, fasilitator membuat jadwal visit bagi para peserta-peserta seperti Anggi. Pendampingan secara offline dilakukan untuk peserta secara kelompok maupun personal untuk memudahkan penyerapan materi-materi pelatihan.
Direktur Ekonomi Digital Kemkominfo I Nyoman Adhiarna mengatakan bahwa ada dua kelebihan kegiatan active selling. Pertama adalah pelatihan dengan durasi waktu yang cukup lama, yakni selama enam bulan sehingga materi bukan hanya diterapkan, namun peserta juga diharapkan terampil. Kedua adalah adanya fasilitator yang siap mendampingi para peserta belajar praktek di lokasi usaha mereka.
“Kenapa harus enam bulan, ya agar tidak setengah-setengah. Agar para peserta UMKM ini terampil dalam memanfaatkan aplikasi-aplikasi digital supaya jualan mereka lebih laku, karena pasarnya jadi lebih luas," ucapnya.
Dia menambahkan, peserta juga bisa menyampaikan kendala yang dihadapinya kepada tenaga fasilitator yang bertugas. "Jika perlu, ada kendala waktu misalnya waktu peserta habis untuk produksi, tidak bisa datang ke tempat pelatihan atau mungkin ada masalah perangkat kerasnya, ya sudah nanti fasilitator yang visit, supaya bisa langsung praktek. Kendalanya apa saja bisa diberikan solusi,” bebernya.
Salah satu aspek pendukung tersebut adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memproduksi beragam produk seperti makanan dan minuman atau kuliner dan cenderamata.
Melalui program Active Selling, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyasar UMKM produsen sektor pengolahan di 10 wilayah Destinasi Wisata Pioritas, salah satunya Bangka Belitung (Babel).
Untuk menumbuhkembangkan UMKM di daerah yang masyhur dengan wisata pantainya tersebut, Ditjen Aptika Kemkominfo menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital agar proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien, serta memperluas jangkauan pasar dari produk UMKM.
Program yang mengikutsertakan 2.600 peserta ini juga mengajarkan cara mengoptimalkan media sosial dan lokapasar (marketplace) untuk memperluas pasar melalui berbagai tips dan trik. Kemudian, peserta juga dipandu juga untuk menggunakan aplikasi agregator dan P.O.S. agar monitoring dan pencatatannya lebih baik. Dengan durasi pelatihan dan pendampingan selama enam bulan, diharapkan peserta bisa langsung mempraktekan materi-materi yang diajarkan.
Vida, salah satu peserta Active Selling dari provinsi penghasil timah ini merasa beruntung karena kini dia memiliki tips-tips berjualan online dan sudah menjajal sendiri di aplikasi.
Dengan bantuan fasilitator, Vida tak lagi bingung mengaplikasikan materi-materi pelatihan karena dia didampingi secara langsung. Kini sambalingkung produksi Vida sudah bisa ditemui di berbagai marketplace.
“Meskipun hanya sekali seminggu dikunjungi, tapi ini jauh lebih baik karena langsung praktek di handphone saya. Terkadang karna kesibukan di rumah dan sedang produksi, saya kurang nyangkut dengan pelatihan-pelatihan online,” ujarnya, dikutip Sabtu (23/10/2021).
Tantangan untuk meningkatkan pendapatan bagi usaha mikro cukup banyak, mulai dari perizinan, standarisasi, permodalan hingga pemasaran. Active selling mencoba memberikan solusi bagi permasalahan pemasaran. Ketika barang yang diproduksi cepat laku, maka irama produksi dapat terus berdetak.
Peserta lain dari Babel adalah Sri Anggi, pengusaha buket hadiah. Berbagai cara untuk mempertahankan bisnis di kala pandemi sudah dilakukan. Anggi mengaku sudah mengenal berbagai media sosial sebagai sarana pemasaran digital.
Setelah mengikuti beberapa kelas di Active Selling, Anggi faham bahwa ternyata tips-trik berjualan online cukup mudah dipelajari dan diterapkan pada bidang usahanya.
“Ternyata untuk membuat posting kita menarik calon pembeli itu mudah ya. Di pelatihan ini ada fasilitator yang datang ke rumah saya untuk mendampingi kita pelatihan offline secara praktek seminggu sekali,” tuturnya.
Di Tanjung Pandan, fasilitator membuat jadwal visit bagi para peserta-peserta seperti Anggi. Pendampingan secara offline dilakukan untuk peserta secara kelompok maupun personal untuk memudahkan penyerapan materi-materi pelatihan.
Direktur Ekonomi Digital Kemkominfo I Nyoman Adhiarna mengatakan bahwa ada dua kelebihan kegiatan active selling. Pertama adalah pelatihan dengan durasi waktu yang cukup lama, yakni selama enam bulan sehingga materi bukan hanya diterapkan, namun peserta juga diharapkan terampil. Kedua adalah adanya fasilitator yang siap mendampingi para peserta belajar praktek di lokasi usaha mereka.
“Kenapa harus enam bulan, ya agar tidak setengah-setengah. Agar para peserta UMKM ini terampil dalam memanfaatkan aplikasi-aplikasi digital supaya jualan mereka lebih laku, karena pasarnya jadi lebih luas," ucapnya.
Dia menambahkan, peserta juga bisa menyampaikan kendala yang dihadapinya kepada tenaga fasilitator yang bertugas. "Jika perlu, ada kendala waktu misalnya waktu peserta habis untuk produksi, tidak bisa datang ke tempat pelatihan atau mungkin ada masalah perangkat kerasnya, ya sudah nanti fasilitator yang visit, supaya bisa langsung praktek. Kendalanya apa saja bisa diberikan solusi,” bebernya.
(ind)