Bandara Soedirman Sudah Sebulan Tak Layani Penerbangan, Pengamat: Semoga Tak Seperti Kertajati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bandara Jenderal Besar (JB) Soedirman di kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang baru empat bulan beroperasi dikabarkan saat ini tidak melayani penumpang pesawat. Pasalnya, satu-satunya maskapai penerbangan yaitu Citilink yang melayani rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya juga sudah sebulan tidak mengoperasikan rute tersebut.
Kabar Citilink tidak lagi beroperasi disampaikan pengamat kebijakan publik Agus Pambagio di akun media sosialnya pada hari ini. Agus yang sedianya hendak memesan tiket penerbangan ke wilayah tersebut untuk minggu depan harus gigit jari.
Saat dikonformasi MNC Portal Indonesia (MPI), Agus membenarkan perihal tersebut. Dia pun sebelumnya mengetahui bahwa ada maskapai Citilink yang melayani penerbangan di bandara tersebut. "Cuma saya tidak tahu, itu setiap hari atau tidak. Jadi, saya cari melalui aplikasi pemesanan tiket online, ternyata tidak ada," ujarnya, Minggu (24/10/2021).
Penasaran dengan hal tersebut, Agus pun lantas menghubungi rekannya yang bekerja di Citilink. Dari perbincangan tersebut, rekannya mengabarkan bahwa maskapai Citilink sudah tidak mengoperasikan rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya sejak satu bulan yang lalu.
Mendengar hal itu, Agus mengaku sudah memperkirakan hal tersebut sejak bandara diresmikan dan beroperasi pada awal Juni lalu. "Yang mau naik (pesawat) dari Purbalingga itu siapa? Ada kah orang mau terbang dari Purbalingga ke Surabaya atau ke Jakarta? mungkin ada tapi hanya satu-dua orang, sisanya tidak ada karena Purbalingga itu kota kecil," tuturnya.
Menurut dia, masyarakat Purbalingga dan sekitarnya ketika akan bepergian pasti banyak yang lebih memilih jalur darat seperti naik bus yang harganya tentu jauh lebih murah.
Agus menilai, pembangunan bandara JB Soedirman ada yang salah dari sisi studi kelayakan proyek (Feasibility Study) maupun peraturan. "Secara peraturan menteri kan jaraknya dari Cilacap (bandara) cuma 60 Km. Padahal, tidak boleh dalam jarak 60 Km dibangun 2 bandara, harus 100 Km. Itu berarti bikin FS-nya tidak serius," cetusnya.
Menurut dia, kejadian ini merupakan salah satu bukti lagi dari minimnya analisis kebijakan untuk pembangunan infrastruktur. "Satu lagi bukti, kalau bangun bandara tanpa FS yang rinci, yang penting cepat, cepat, cepat, terulang lagi. Semoga nasibnya tidak seperti bandara Kertajati," tukasnya.
Sebagai informasi, bandara JB Soedirman mulai beroperasi pada 1 Juni 2021 dengan penerbangan komersial perdana mulai 3 Juni 2021. Citilink menjadi satu-satunya maskapai yang beroperasi di bandara berkode PWL tersebut dan mendapatkan slot penerbangan pada Kamis dan Sabtu untuk mengoperasikan rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya dan sebaliknya.
“Slot penerbangan yang tersedia di Bandara Jenderal Besar Soedirman saat ini adalah rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya dan Surabaya-Purbalingga-Jakarta. AP II bersama Citilink berkomitmen untuk selalu fokus dalam melayani perjalanan masyarakat Purbalingga dan sekitarnya," ujar Executive General Manager Bandara JB Soedirman Catur Sudarmono dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.
Kabar Citilink tidak lagi beroperasi disampaikan pengamat kebijakan publik Agus Pambagio di akun media sosialnya pada hari ini. Agus yang sedianya hendak memesan tiket penerbangan ke wilayah tersebut untuk minggu depan harus gigit jari.
Saat dikonformasi MNC Portal Indonesia (MPI), Agus membenarkan perihal tersebut. Dia pun sebelumnya mengetahui bahwa ada maskapai Citilink yang melayani penerbangan di bandara tersebut. "Cuma saya tidak tahu, itu setiap hari atau tidak. Jadi, saya cari melalui aplikasi pemesanan tiket online, ternyata tidak ada," ujarnya, Minggu (24/10/2021).
Penasaran dengan hal tersebut, Agus pun lantas menghubungi rekannya yang bekerja di Citilink. Dari perbincangan tersebut, rekannya mengabarkan bahwa maskapai Citilink sudah tidak mengoperasikan rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya sejak satu bulan yang lalu.
Mendengar hal itu, Agus mengaku sudah memperkirakan hal tersebut sejak bandara diresmikan dan beroperasi pada awal Juni lalu. "Yang mau naik (pesawat) dari Purbalingga itu siapa? Ada kah orang mau terbang dari Purbalingga ke Surabaya atau ke Jakarta? mungkin ada tapi hanya satu-dua orang, sisanya tidak ada karena Purbalingga itu kota kecil," tuturnya.
Menurut dia, masyarakat Purbalingga dan sekitarnya ketika akan bepergian pasti banyak yang lebih memilih jalur darat seperti naik bus yang harganya tentu jauh lebih murah.
Agus menilai, pembangunan bandara JB Soedirman ada yang salah dari sisi studi kelayakan proyek (Feasibility Study) maupun peraturan. "Secara peraturan menteri kan jaraknya dari Cilacap (bandara) cuma 60 Km. Padahal, tidak boleh dalam jarak 60 Km dibangun 2 bandara, harus 100 Km. Itu berarti bikin FS-nya tidak serius," cetusnya.
Menurut dia, kejadian ini merupakan salah satu bukti lagi dari minimnya analisis kebijakan untuk pembangunan infrastruktur. "Satu lagi bukti, kalau bangun bandara tanpa FS yang rinci, yang penting cepat, cepat, cepat, terulang lagi. Semoga nasibnya tidak seperti bandara Kertajati," tukasnya.
Sebagai informasi, bandara JB Soedirman mulai beroperasi pada 1 Juni 2021 dengan penerbangan komersial perdana mulai 3 Juni 2021. Citilink menjadi satu-satunya maskapai yang beroperasi di bandara berkode PWL tersebut dan mendapatkan slot penerbangan pada Kamis dan Sabtu untuk mengoperasikan rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya dan sebaliknya.
“Slot penerbangan yang tersedia di Bandara Jenderal Besar Soedirman saat ini adalah rute Jakarta-Purbalingga-Surabaya dan Surabaya-Purbalingga-Jakarta. AP II bersama Citilink berkomitmen untuk selalu fokus dalam melayani perjalanan masyarakat Purbalingga dan sekitarnya," ujar Executive General Manager Bandara JB Soedirman Catur Sudarmono dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.
(ind)