Dana Talangan Garuda Indonesia Baru Sebatas Tos, Rp8,5 T Akan Jadi Modal Kerja

Jum'at, 05 Juni 2020 - 13:58 WIB
loading...
Dana Talangan Garuda Indonesia Baru Sebatas Tos, Rp8,5 T Akan Jadi Modal Kerja
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menerangkan, dana talangan atau pinjaman dari pemerintah senilai Rp8,5 triliun masih belum final. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menerangkan, dana talangan atau pinjaman dari pemerintah senilai Rp8,5 triliun masih belum final. Lebih lanjut Ia menerangkan, masih ada rincian-rincian yang harus disepakati dan disetujui dalam bentuk kesepakatan yang ditandatangani bersama.

"Yang sudah disepakati, tapi belum ditandatangani, baru 'Oh ini sepakat-sepakat, oke-oke', udah tos," kata Irfan kata Irfan dalam konferensi pers daring, Jumat (5/6/2020).

Sambung dia memaparkan, berdasarkan kesepakatan tersebut, Garuda Indonesia akan menggunakan dana talangan itu untuk modal kerja dan rencana-rencana efisiensi Garuda Indonesia "Bagaimana itu kita memberikan mereka program rencana ke depan dari sisi penjualan dan pendapatan, maupun efeisien perusahaan," ujarnya.

Irfan berharap pandemi COVID-19 bisa mereda dan dana talangan ini bisa segera turun untuk memaksimalkan kinerja Garuda Indonesia ke depannya. "Masih belum final karena ada beberapa rincian dan perlu tanda tangan," ungkapnya.

Meski sudah sepakat untuk penggunaan dana talangan, diterangkan olehnya masih ada rincian yang perlu disepakati dan ditandatangani berbagai pihak.

"Detail seperti apa, saya pikir sedang dijajaki, sudah mendekati instrumen-instrumen yang ada. In principe perlu menggunakan instrumen yang bisa diterima secara compliance oleh Kemenkeu. Karena ketika melibatkan kementerian seperti itu tentu saja dalam pengawasan banyak pihak," bebernya

Selain itu, ia juga menyebut masih memungkinkan terjadinya perubahan besaran dana talangan yang diberikan pemerintah. "Kalau pinjam-meminjam gak bisa tos, perlu tanda tangan. Nanti kita lihat detailnya apa ada tambahan, selipan, apakah 8,5 triliun, atau 8,9 triliun, 10 triliun atau jadi 5 triliun, saya juga belum tahu. Tapi kelihatan akan bertahap, doakan saja bahwa ini bisa cepat," pungkasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8291 seconds (0.1#10.140)