Berisiko, Pemerintah Dinilai Terlalu Agresif Danai Pembangunan dengan Utang

Senin, 15 November 2021 - 18:22 WIB
loading...
Berisiko, Pemerintah...
Menggelembungnya utang luar negeri mencapai Rp6.008 triliun di akhir kuartal III 2021 dinilai berisiko. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal III 2021 meningkat 3,7% menjadi USD423,1 miliar (setara Rp6.008 triliun pada kurs Rp14.189 per USD). Menggelembungnya utang tersebut disebabkan naiknya pertumbuhan utang luar negeri di sektor publik dan swasta.

Utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar USD205,5 miliar atau naik 4,1% secara tahunan pada kuartal III 2021. Struktur utang Indonesia diklaim tetap sehat, karena tetap didominasi oleh utang berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 88,2% dari total utang.



Namun, Ekonom CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira tak sependapat. Dia menilai bengkaknya utang luar negeri itu perlu diwaspadai. Pertumbuhan utang pemerintah yang lebih tinggi dari utang swasta pun menurutnya menunjukkan bahwa pemerintah terlalu agresif mendanai pembangunan dengan utang.

"Kalau utang pemerintah di periode yang sama naiknya 4,1%, sementara swasta cuma 0,2% maka ini pertanda pemerintah terlalu agresif mendanai pembangunan dengan utang," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin (15/11/2021).

Bhima juga menggarisbawahi pertumbuhan utang riil sektor publik dengan riil ekonomi yang menurutnya tidak selaras. Buktinya, dengan utang jumbo, pertumbuhan ekonomi di kuartal III hanya mencapai 3,51%.

"Ini menunjukkan, peningkatan utang kurang berkualitas. Kalau utangnya produktif dan benar benar dibelanjakan untuk keperluan industrialisasi, konektivitas antarwilayah, penurunan biaya logistik maka bisa tercermin ke ekonomi," tandasnya.

Soal klaim terkendalinya utang luar negeri tersebut, Bhima menilai Indonesia tidak berkaca pada krisis utang di negara lain. Utang jangka panjang, tegas dia, tidak menjamin risiko default-nya juga rendah.



"Kalau utang jangka panjang bertambah tapi kemampuan bayarnya rendah, default risk tetap besar. Itu kenapa pada saat tekanan eksternal naik, credit default swap (CDS) utang Indonesia ikut naik ke level 90,3 bulan Oktober, jauh lebih tinggi dibanding 61,4 per Februari 2020," jelasnya.

Bhima melanjutkan, investor pun masih menganggap Indonesia memiliki risiko tinggi sehingga mereka meminta imbal hasil yang tinggi. Surat utang pemerintah indonesia tercatat memiliki imbal hasil sebesar 6,05% dengan inflasi 1,66%, yang artinya real rate of return dari investor mencapai 4,39%.

"Filipina saja memiliki CDS hanya 5,7 dengan tingkat imbal hasil 5,17% dan inflasi sebesar 4,8%. Real rate of return atau keuntungan riil surat utang pemerintah filipina hanya 0,37%. Filipina kalah menarik karena pemerintahnya tidak seagresif Indonesia dalam berutang," pungkasnya.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Waskita Ungkap Pembangunan...
Waskita Ungkap Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B rute Velodrome-Manggarai Capai 51,19%
BI Lapor Utang Luar...
BI Lapor Utang Luar Negeri Turun Jadi USD427,2 Miliar per Februari 2025
Utang Bengkak Lebih...
Utang Bengkak Lebih Rp596.880 Triliun, Amerika Akan Segera Bangkrut?
Utang Luar Negeri Indonesia...
Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi USD427,5 Miliar per Januari 2025
BI Lapor Utang Luar...
BI Lapor Utang Luar Negeri RI Turun Jadi USD424,8 Miliar per Kuartal IV 2024
Program BNI Dedikasi...
Program BNI Dedikasi Salurkan Pembiayaan Rp35,42 Miliar Sejak 2023
SIG Pasok Bahan Bangunan...
SIG Pasok Bahan Bangunan untuk Flyover Madukoro Semarang
Utang Luar Negeri Indonesia...
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.950 Triliun per November 2024
Cadangan Devisa Indonesia...
Cadangan Devisa Indonesia Naik Jadi USD150,2 Miliar, Efek Pemerintah Tambah Utang
Rekomendasi
4 Kata Ini Ternyata...
4 Kata Ini Ternyata Sudah Masuk KBBI, Ada Akamsi dan Doksing
Tren Makanan Manis Meningkat,...
Tren Makanan Manis Meningkat, Yuk Cegah Obesitas dengan 5 Tips Sederhana Ini
Usia Muda, Karya Mendunia:...
Usia Muda, Karya Mendunia: Brand Fesyen Ini Buktikan Perempuan Bisa Berdaya dan Memberdayakan
Berita Terkini
Rapor Bursa Sepekan:...
Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 3,74 Persen, Market Cap Tumbuh Rp441 Triliun
47 menit yang lalu
Intip Cara Hemat Belanja...
Intip Cara Hemat Belanja Online di Tengah Ekonomi Menantang
9 jam yang lalu
Teknologi AI Dorong...
Teknologi AI Dorong Pengembangan Industri Pertambangan
10 jam yang lalu
Dorong PNBP, AUKSI dan...
Dorong PNBP, AUKSI dan DJKN Jatim Perkuat Ekosistem Lelang Sukarela
10 jam yang lalu
Lawan Tarif Trump, Kemendag...
Lawan Tarif Trump, Kemendag Siapkan 21 Perjanjian Dagang Baru dengan Berbagai Negara
11 jam yang lalu
United Tractors Tebar...
United Tractors Tebar Dividen Rp7,81 Triliun, Catat Kapan Cairnya
12 jam yang lalu
Infografis
Senjata dengan Teknologi...
Senjata dengan Teknologi AI Dinilai terlalu Berbahaya
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved