Santri Digitalpreneur Bidik 1.000 Pesantren, Sandiaga Dorong Para Santri Ciptakan Lapangan Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berharap para santri yang telah mengikuti program “Santri Digitalpreneur Indonesia” dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi kreatif Tanah Air, khususnya di bidang teknologi digital hingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas.
Hal tersebut disampaikan Sandiaga dalam kegiatan Silaturahmi dan Apresiasi Santri Digitalpreneur Indonesia, di Darunnajah Islamic Bording School, Jakarta Selatan, Sabtu (4/12/2021).
“Santri Digitalpreneur Indonesia” sendiri merupakan program Kemenparekraf/Baparekraf yang telah berlangsung selama dua bulan, mulai dari Oktober hingga November 2021. Para santri yang tergabung telah menjalani berbagai jenis jenis pelatihan, yakni animasi 2 dimensi, animasi 3 dimensi, dan audio creative production.
Menparekraf mengatakan, digitalisasi yang dimaksud bukan hanya berjualan online tapi juga menciptakan konten-konten kreatif dan ikut mengambil peran sebagai pelaku ekonomi kreatif.
“Saya ingin para santri bukan mencari lapangan kerja, tapi justru menciptakan lapangan kerja. Saya ingin para santri yang mengikuti pelatihan ini bisa menginisiasi kreasi digital, seperti film Nussa dan juga Rico the Series,” ujarnya, dikutip Minggu (5/12/2021).
Menparekraf menyebutkan bahwa program Santri Digitalpreneur Indonesia ini akan dilanjutkan pada tahun 2022 dan akan lebih banyak lagi jenis pelatihannya seperti coding, games, web development, digital marketing, dan pelatihan program kewirausahaan lainnya dengan target peserta sebanyak 1.000 pondok pesantren.
“Kita harus cetak para santri yang betul-betul memiliki daya saing, berkualitas, berkelas dunia, dan saya bermimpi santri-santri ini bukan hanya memiliki ilmu pendidikan digital, iman, dan takwa, tapi mereka juga jago berdagang menjadi para ahli pembiayaan, investasi, bukan hanya di Indonesia tapi mampu bersaing di internasional,” tuturnya.
Menparekraf pun turut mengajak para santri untuk mulai berfikir konten kreatif seperti apa yang bisa diciptakan untuk berdakwah, bagaimana bisa menebar kebaikan yang berlandaskan empat sifat wajib bagu rasul, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
Salah satu mentor Santri Digitalpreneur Indonesia Yuda Wirafianto menyampaikan, antusiasme dari para santri sangat baik. Secara umum para santri sangat berminat dengan dunia digital dan pada saat proses pelatihan pun para santri sangat kritis karena sering melontarkan pertanyaan.
“Saya berharap ke depan santri-santri ini bisa mewarnai zaman bukan diwarnai. Semoga santri kita bisa menjaga nilai keislaman dan memperkuat karakter bangsa,” ujar Yuda yang juga seorang pelaku industri kreatif subsektor animasi.
Sementara itu, pendakwah digital Habib Husein Ja'far Al Hadar mengatakan, santri merupakan salah satu generasi yang unggul. Santri memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh banyak orang seperti ilmu agama, kemandirian, dan yang paling penting adalah keberkahan dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, mereka harus difasilitasi dalam berperan di kalangan masyarakat baik secara nasional maupun global.
“Karena itu saya senang sekali Kemenparekraf memberikan kesempatan melalui pembekalan keilmuan bagi santri ini agar santri memiliki peluang lain yaitu berdakwah melalui media digital,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, konten konten Atta Halilintar memberikan tips untuk membuat konten yang menarik di platform digital. Menurut dia, para santri dapat mengangkat cerita kesehariannya yang dikemas dalam video pendek atau serial berdurasi satu menit dan dibalut dengan humor yang ringan dan sarat akan ilmu yang telah dipelajari karena itu akan memberikan warna pada platform digital tersebut. “Karena kalau misalnya yang masuk ke FYP (For You Page dalam Tiktok) banyak konten kreator dari santri, kita jadi bisa banyak belajar,” kata Atta.
Salah satu peserta terbaik dalam program Santri Digitalpreneur Indonesia, Riki Permana mengucapkan terima kasih kepada Menparekraf beserta jajarannya yang telah memberikan program pendampingan ini.
“Harapannya kegiatan seperti ini terus berlanjut dan terus membina para santri, khususnya santri di pondok pesantren yang ada di pelosok. Dengan adanya kegiatan ini sangat membantu kami dalam mengembangkan media dakwah,” paparnya.
Hal tersebut disampaikan Sandiaga dalam kegiatan Silaturahmi dan Apresiasi Santri Digitalpreneur Indonesia, di Darunnajah Islamic Bording School, Jakarta Selatan, Sabtu (4/12/2021).
“Santri Digitalpreneur Indonesia” sendiri merupakan program Kemenparekraf/Baparekraf yang telah berlangsung selama dua bulan, mulai dari Oktober hingga November 2021. Para santri yang tergabung telah menjalani berbagai jenis jenis pelatihan, yakni animasi 2 dimensi, animasi 3 dimensi, dan audio creative production.
Baca Juga
Menparekraf mengatakan, digitalisasi yang dimaksud bukan hanya berjualan online tapi juga menciptakan konten-konten kreatif dan ikut mengambil peran sebagai pelaku ekonomi kreatif.
“Saya ingin para santri bukan mencari lapangan kerja, tapi justru menciptakan lapangan kerja. Saya ingin para santri yang mengikuti pelatihan ini bisa menginisiasi kreasi digital, seperti film Nussa dan juga Rico the Series,” ujarnya, dikutip Minggu (5/12/2021).
Menparekraf menyebutkan bahwa program Santri Digitalpreneur Indonesia ini akan dilanjutkan pada tahun 2022 dan akan lebih banyak lagi jenis pelatihannya seperti coding, games, web development, digital marketing, dan pelatihan program kewirausahaan lainnya dengan target peserta sebanyak 1.000 pondok pesantren.
“Kita harus cetak para santri yang betul-betul memiliki daya saing, berkualitas, berkelas dunia, dan saya bermimpi santri-santri ini bukan hanya memiliki ilmu pendidikan digital, iman, dan takwa, tapi mereka juga jago berdagang menjadi para ahli pembiayaan, investasi, bukan hanya di Indonesia tapi mampu bersaing di internasional,” tuturnya.
Menparekraf pun turut mengajak para santri untuk mulai berfikir konten kreatif seperti apa yang bisa diciptakan untuk berdakwah, bagaimana bisa menebar kebaikan yang berlandaskan empat sifat wajib bagu rasul, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
Salah satu mentor Santri Digitalpreneur Indonesia Yuda Wirafianto menyampaikan, antusiasme dari para santri sangat baik. Secara umum para santri sangat berminat dengan dunia digital dan pada saat proses pelatihan pun para santri sangat kritis karena sering melontarkan pertanyaan.
“Saya berharap ke depan santri-santri ini bisa mewarnai zaman bukan diwarnai. Semoga santri kita bisa menjaga nilai keislaman dan memperkuat karakter bangsa,” ujar Yuda yang juga seorang pelaku industri kreatif subsektor animasi.
Sementara itu, pendakwah digital Habib Husein Ja'far Al Hadar mengatakan, santri merupakan salah satu generasi yang unggul. Santri memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh banyak orang seperti ilmu agama, kemandirian, dan yang paling penting adalah keberkahan dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, mereka harus difasilitasi dalam berperan di kalangan masyarakat baik secara nasional maupun global.
“Karena itu saya senang sekali Kemenparekraf memberikan kesempatan melalui pembekalan keilmuan bagi santri ini agar santri memiliki peluang lain yaitu berdakwah melalui media digital,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, konten konten Atta Halilintar memberikan tips untuk membuat konten yang menarik di platform digital. Menurut dia, para santri dapat mengangkat cerita kesehariannya yang dikemas dalam video pendek atau serial berdurasi satu menit dan dibalut dengan humor yang ringan dan sarat akan ilmu yang telah dipelajari karena itu akan memberikan warna pada platform digital tersebut. “Karena kalau misalnya yang masuk ke FYP (For You Page dalam Tiktok) banyak konten kreator dari santri, kita jadi bisa banyak belajar,” kata Atta.
Salah satu peserta terbaik dalam program Santri Digitalpreneur Indonesia, Riki Permana mengucapkan terima kasih kepada Menparekraf beserta jajarannya yang telah memberikan program pendampingan ini.
“Harapannya kegiatan seperti ini terus berlanjut dan terus membina para santri, khususnya santri di pondok pesantren yang ada di pelosok. Dengan adanya kegiatan ini sangat membantu kami dalam mengembangkan media dakwah,” paparnya.
(ind)