Pakar Manajemen Konstruksi Soroti Insiden Perobohan Tiang Pancang Kereta Cepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perobohan tiang pancang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang kemudian menimpa eskavator mendapat sorotan dari Prof. Manlian Ronald A. Simanjuntak, pakar manajemen konstruksi Universitas Pelita Harapan (UPH). Menurutnya, kejadian tersebut disebabkan oleh lemahnya pengawasan.
Manlian Ronald melihat kegagalan konstruksi serupa juga pernah terjadi sebelumnya, misalnya yang terjadi pada tahun 2016 maupun 2017 di Pulomas atau Kampung Melayu, serta tol becak kayu yang ambruk pada 2018.
"Pertama saya mencermati kegagalan pada waktu tier itu dengan alat konstruksi. Saya menyebutnya sebagai kegagalan procurement system, proses pengadaan material dan bahan di lapangan," ujarnya kepada MNC Portal Minggu (12/12/2021).
Selanjutnya, enurut Ronald, insiden tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika ada pengawas dan operator profesional yang memiliki sertifikat dalam proyek tersebut.
"Jangan cuma operator pencabutan, karena dia harus mampu mengukur presisinya sehingga tidak mengalami kegagalan. Jadi seluruh proses konstruksi harus dilakukan oleh ahlinya, ahli perancang, ahli pembangun dan juga ahli operatornya, karena kalau dilakukan oleh orang yang kurang tepat tidak bisa," sambungnya.
Makanya, Ronald melihat insiden perobohan tiang beton yang sempat menimpa eskavator karena minim pengawasan. Siapa yang harus mengawasi, menurut Ronald, adalah konsultan pengawas, konsultasi PMCM (Program and Construction Management) atau dari sisi owner.
"Oke kita tarik, oke kita tarik atau geser, itu harus ada komando. Nah yang mengomandoi itu siapa, kegagalan 2016 dan 2017 waktu di Pulo Mas, Kampung Melayu, sama itu, tapi tidak disalahkan juga operatornya. Operatornya bener komandonya gak bener juga masalah," pungkasnya.
Manlian Ronald melihat kegagalan konstruksi serupa juga pernah terjadi sebelumnya, misalnya yang terjadi pada tahun 2016 maupun 2017 di Pulomas atau Kampung Melayu, serta tol becak kayu yang ambruk pada 2018.
"Pertama saya mencermati kegagalan pada waktu tier itu dengan alat konstruksi. Saya menyebutnya sebagai kegagalan procurement system, proses pengadaan material dan bahan di lapangan," ujarnya kepada MNC Portal Minggu (12/12/2021).
Selanjutnya, enurut Ronald, insiden tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika ada pengawas dan operator profesional yang memiliki sertifikat dalam proyek tersebut.
"Jangan cuma operator pencabutan, karena dia harus mampu mengukur presisinya sehingga tidak mengalami kegagalan. Jadi seluruh proses konstruksi harus dilakukan oleh ahlinya, ahli perancang, ahli pembangun dan juga ahli operatornya, karena kalau dilakukan oleh orang yang kurang tepat tidak bisa," sambungnya.
Makanya, Ronald melihat insiden perobohan tiang beton yang sempat menimpa eskavator karena minim pengawasan. Siapa yang harus mengawasi, menurut Ronald, adalah konsultan pengawas, konsultasi PMCM (Program and Construction Management) atau dari sisi owner.
"Oke kita tarik, oke kita tarik atau geser, itu harus ada komando. Nah yang mengomandoi itu siapa, kegagalan 2016 dan 2017 waktu di Pulo Mas, Kampung Melayu, sama itu, tapi tidak disalahkan juga operatornya. Operatornya bener komandonya gak bener juga masalah," pungkasnya.
(uka)