Sumbangan Devisa Minyak Sawit RI Capai Rp429,7 Triliun di 2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan sumbangan devisa ekspor minyak sawit di tahun 2021 bisa mencapai sekitar USD30 miliar atau sekitar Rp429,7 triliun.
Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi mengatakan, kontribusi devisa dari sektor kelapa sawit didorong oleh harga sawit yang terus merangkak naik.
"Kontribusi ekspor sawit di tahun 2020 mencapai USD22,9 miliar dan diperkirakan tahun 2021 ini sumbangan devisa ekspor minyak sawit bisa mencapai USD30 miliar. Ini sesuatu yang menggembirakan bagi kita semua karena harga minyak sawit sepanjang tahun 2021 secara rata-rata memang berada di atas level USD1000 per ton," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (13/12/2021).
Dia melanjutkan, kenaikan harga sawit sepanjang 2021 dan bertahan dalam posisi yang cukup lama tidak saja memberikan dampak positif bagi pelaku usaha di sektor kelapa sawit, tetapi juga bagi pemerintah, petani, dan semua pemangku kepentingan yang ada dalam mata rantai industri kelapa sawit nasional.
Menurut dia, ada banyak faktor yang menyebabkan harga sawit bertahan di level tinggi. Salah satunya adalah permintaan yang sangat tinggi terhadap minyak sawit.
"Tentu karena memang permintaan sangat tinggi tetapi juga ada strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintah termasuk ketika pemerintah merencanakan program mandatori biodiesel yang sekarang baurannya mencapai 30% itu secara signifikan meningkatkan permintaan minyak sawit di pasar domestik. Itu sangat berpengaruh terhadap posisi harga minyak sawit di pasar dunia," tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang memprediksi harga CPO hingga akhir tahun 2021 masih akan tetap tinggi. Sementara di tahun 2022, harga CPO akan berkisar antara USD1.000 hingga USD1.250 per ton. "Harga CPO masih akan tinggi pada kisaran USD1.000 hingga USD1.250 per ton hingga semester I/2022," ujarnya.
Menurut dia, harga yang tinggi tersebut akan memberikan dampak positif terhadap ekspor produk sawit. Namun bagi konsumen dalam negeri, harga CPO yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga minyak goreng. "Kenaikan harga ini harus memberikan manfaat terutama bagi pendapatan petani kecil dan pendapatan negara dari devisa ekspor," ungkapnya.
Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi mengatakan, kontribusi devisa dari sektor kelapa sawit didorong oleh harga sawit yang terus merangkak naik.
"Kontribusi ekspor sawit di tahun 2020 mencapai USD22,9 miliar dan diperkirakan tahun 2021 ini sumbangan devisa ekspor minyak sawit bisa mencapai USD30 miliar. Ini sesuatu yang menggembirakan bagi kita semua karena harga minyak sawit sepanjang tahun 2021 secara rata-rata memang berada di atas level USD1000 per ton," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (13/12/2021).
Dia melanjutkan, kenaikan harga sawit sepanjang 2021 dan bertahan dalam posisi yang cukup lama tidak saja memberikan dampak positif bagi pelaku usaha di sektor kelapa sawit, tetapi juga bagi pemerintah, petani, dan semua pemangku kepentingan yang ada dalam mata rantai industri kelapa sawit nasional.
Menurut dia, ada banyak faktor yang menyebabkan harga sawit bertahan di level tinggi. Salah satunya adalah permintaan yang sangat tinggi terhadap minyak sawit.
"Tentu karena memang permintaan sangat tinggi tetapi juga ada strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintah termasuk ketika pemerintah merencanakan program mandatori biodiesel yang sekarang baurannya mencapai 30% itu secara signifikan meningkatkan permintaan minyak sawit di pasar domestik. Itu sangat berpengaruh terhadap posisi harga minyak sawit di pasar dunia," tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang memprediksi harga CPO hingga akhir tahun 2021 masih akan tetap tinggi. Sementara di tahun 2022, harga CPO akan berkisar antara USD1.000 hingga USD1.250 per ton. "Harga CPO masih akan tinggi pada kisaran USD1.000 hingga USD1.250 per ton hingga semester I/2022," ujarnya.
Menurut dia, harga yang tinggi tersebut akan memberikan dampak positif terhadap ekspor produk sawit. Namun bagi konsumen dalam negeri, harga CPO yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga minyak goreng. "Kenaikan harga ini harus memberikan manfaat terutama bagi pendapatan petani kecil dan pendapatan negara dari devisa ekspor," ungkapnya.
(nng)