Roadmap Pengembangan EBT Disusun, Transisi Energi Butuh Langkah Konkret Bukan Retorika
loading...
A
A
A
Peningkatan penggunaan geothermal itu juga untuk menekan impor BBM nasional. Sebab, saat ini, konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,2 juta barel per hari. Kebutuhan BBM tersebut sebanyak 40% dipasok dari impor.
Pahala mengatakan, pihaknya mendorong BUMN untuk mengoptimalkan pengembangan geothermal di wilayah kerjanya sendiri. Apalagi, saat ini baru 9% wilayah kerja geothermal yang berproduksi dengan kapasitas hanya 1.900 MW. ‘’Kita masih punya potensi 19 GW, kita dorong bagaimana agar Pertamina Geothermal Energy mengembangkan area geothermal,’’tukasnya.
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengelola 15 wilayah kerja dengan kapasitas 1.877 MW. Dengan rincian 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW merupakan kontrak operasi bersama. Untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, saat ini PGE sedang mengembangkan teknologi baru dengan menggunakan binary cycle.
Indonesia memiliki kekuatan sangat besar atas renewable energy, bersumber dari energy hydropower, geothermal, bayu, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan yang lain-lainnya. Dengan aset besar itu, Indonesia saat ini juga tengah mengejar ketersediaan energi baru dan terbarukan. Salah satunya lewat panas bumi yang sangat berlimpah di Tanah Air.
Kementerian BUMN juga akan terus mendorong BUMN sektor energi memiliki kontribusi terhadap pencapaian dekarbonisasi agar Indonesia yang ditargetkan mampu menurunkan emisi 29% pada tahun 2030, sesuai Paris Agreement. PT Pertamina melalui Subholding Pertamina New Renewable Energy (PNRE) resmi terbentuk awal Agustus 2021. Lewat subholding ini, Pertamina akan pemimpin transisi energi di Indonesia.
Harapannya, Subholding PNRE bisa mewujudkan visi sebagai Indonesia Green Energy Champion, mencapai aspirasi kapasitas terpasang 10 GW di 2026, serta mendukung visi Pertamina menuju global green energy company.
Apalagi, PNRE melalui PGE juga tengah mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia. “Bukan hanya untuk pembangkit listrik, tapi juga panas bumi yang mampu mengurangi emisi karbon yang mampu meningkakan kualitas lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Pahala.
Kata Pahala, PGE dengan visi beyond geothermal-nya ditargetkan bisa menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia (World Class Green Energy Company). Ini memungkinkan karena PGE bisa menjadi tiga pemain besar geothermal dunia.
Pahala menyakini, potensi energi hijau sangat besar. Sebagai gambaran, Energy Market Authority (EMA) Singapura telah mengumumkan akan melakukan diversifikasi sumber listriknya lewat pembangkit energi terbarukan hingga 4 gigawatt (GW) non-intermiten pada tahun 2035. “Ini juga potensi yang bagus untuk ekspor, dengan faktor kedekatan Indonesia dengan Singapura. Peluang ini harus ditangkap cepat (fast response) dan dimanfaatkan,” papar Pahala.
Pahala mengatakan, pihaknya mendorong BUMN untuk mengoptimalkan pengembangan geothermal di wilayah kerjanya sendiri. Apalagi, saat ini baru 9% wilayah kerja geothermal yang berproduksi dengan kapasitas hanya 1.900 MW. ‘’Kita masih punya potensi 19 GW, kita dorong bagaimana agar Pertamina Geothermal Energy mengembangkan area geothermal,’’tukasnya.
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengelola 15 wilayah kerja dengan kapasitas 1.877 MW. Dengan rincian 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW merupakan kontrak operasi bersama. Untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, saat ini PGE sedang mengembangkan teknologi baru dengan menggunakan binary cycle.
Indonesia memiliki kekuatan sangat besar atas renewable energy, bersumber dari energy hydropower, geothermal, bayu, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan yang lain-lainnya. Dengan aset besar itu, Indonesia saat ini juga tengah mengejar ketersediaan energi baru dan terbarukan. Salah satunya lewat panas bumi yang sangat berlimpah di Tanah Air.
Kementerian BUMN juga akan terus mendorong BUMN sektor energi memiliki kontribusi terhadap pencapaian dekarbonisasi agar Indonesia yang ditargetkan mampu menurunkan emisi 29% pada tahun 2030, sesuai Paris Agreement. PT Pertamina melalui Subholding Pertamina New Renewable Energy (PNRE) resmi terbentuk awal Agustus 2021. Lewat subholding ini, Pertamina akan pemimpin transisi energi di Indonesia.
Harapannya, Subholding PNRE bisa mewujudkan visi sebagai Indonesia Green Energy Champion, mencapai aspirasi kapasitas terpasang 10 GW di 2026, serta mendukung visi Pertamina menuju global green energy company.
Apalagi, PNRE melalui PGE juga tengah mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia. “Bukan hanya untuk pembangkit listrik, tapi juga panas bumi yang mampu mengurangi emisi karbon yang mampu meningkakan kualitas lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Pahala.
Kata Pahala, PGE dengan visi beyond geothermal-nya ditargetkan bisa menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia (World Class Green Energy Company). Ini memungkinkan karena PGE bisa menjadi tiga pemain besar geothermal dunia.
Pahala menyakini, potensi energi hijau sangat besar. Sebagai gambaran, Energy Market Authority (EMA) Singapura telah mengumumkan akan melakukan diversifikasi sumber listriknya lewat pembangkit energi terbarukan hingga 4 gigawatt (GW) non-intermiten pada tahun 2035. “Ini juga potensi yang bagus untuk ekspor, dengan faktor kedekatan Indonesia dengan Singapura. Peluang ini harus ditangkap cepat (fast response) dan dimanfaatkan,” papar Pahala.