7 Alasan Kenapa Biaya Hidup Makin Mahal di Seluruh Dunia

Jum'at, 21 Januari 2022 - 23:41 WIB
loading...
7 Alasan Kenapa Biaya...
Biaya hidup semakin mahal dari hari ke hari, dari mulai membeli bahan makanan hingga mempersiapkan hunian yang nyaman. Hal ini tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi juga pada seluruh dunia. Foto/Dok
A A A
LONDON - Biaya hidup semakin mahal dari hari ke hari, dari mulai membeli bahan makanan hingga mempersiapkan hunian yang nyaman. Hal ini tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi juga pada seluruh dunia.

Inflasi global, tingkat di mana harga -harga naik berada pada titik tertinggi sejak 2008. Berikut adalah 7 alasan mengapa biaya hidup melonjak tinggi di seluruh belahan dunia.

1. Kenaikan Harga Energi dan Bensin

Harga minyak merosot pada awal pandemi, tetapi permintaan telah meroket kembali sejak saat itu dan kini telah mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.



Di Amerika Serikat (AS), harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau bensin saat ini rata-rata pada kisaran USD3,31 per galon (sekitar Rp42.885 per USD) atau mengalami kenaikan dari sebelumnya USD2,39 per galon tahun lalu. Ini adalah cerita yang sama yang terjadi di Inggris dan Uni Eropa.

Harga gas juga melonjak, membuat orang-orang di seluruh dunia mendapatkan tagihan pemanas sentral yang lebih mahal. Permintaan dari Asia telah mendorong harga, bersama dengan musim dingin di Eropa tahun lalu, yang menghabiskan cadangan gas.

2. Kekurangan Pasokan

Harga barang konsumsi sehari-hari melonjak selama pandemi. Konsumen yang terjebak di rumah selama lockdown tahun lalu membutuhkan barang-barang rumah tangga dan perbaikan rumah karena mereka tidak bisa pergi ke restoran atau berlibur.

Produsen di tempat-tempat seperti Asia, banyak di antaranya menghadapi penutupan karena pembatasan Covid. Hal itu membuatnya banyak negara telah berjuang untuk memenuhi permintaan sejak saat itu.

Hal ini menyebabkan kekurangan pasokan barang seperti plastik, beton dan baja, hingga memicu kenaikan harga. Kayu harganya 80% lebih mahal dari biasanya pada tahun 2021 di Inggris dan mencapai lebih dari dua kali harganya di AS.

Peritel besar AS seperti Nike dan Costco telah menaikkan harga jual untuk produk mereka karena biaya pasokan yang lebih tinggi. Dan ada kekurangan microchip, yang merupakan komponen penting dalam mobil, komputer dan barang-barang rumah tangga lainnya.

3. Biaya Pengiriman

Perusahaan pelayaran global yang mengirimkan barang-barang ke seluruh dunia kewalahan seiring lonjakan permintaan setelah Pandemi Covid-19. Kondisi ini berarti peritel harus membayar lebih banyak untuk mendapatkan barang-barang itu ke toko. Akibatnya, kenaikan harga diteruskan kepada konsumen.

Mengirim satu kontainer 40ft dari Asia ke Eropa saat ini seharga USD17.000 yang setara dengan Rp243 juta (Kurs Rp14.300 per USD) atau 10 kali lebih besar dari tahun sebelumnya, ketika harganya dipatok USD1.500. Kondisi ini juga diikuti dengan kenaikan biaya angkutan udara dan diperburuk oleh kekurangan pengemudi truk di Eropa.

Kelancaran transportasi dilaporkan sejauh ini tampaknya berjalan bagus, dimana kemacetan berkurang pada bulan Desember. Tapi lonjakan kasus Omicron dan munculnya varian Covid di masa depan bisa menggerus keuntungan ini.

4. Kenaikan Upah

Banyak orang keluar dari tempat kerja atau berganti pekerjaan selama pandemi. Di AS pada bulan April tercatat lebih dari empat juta orang berhenti dari pekerjaan mereka, menurut Departemen Tenaga Kerja. Hal itu menjadi lonjakan terbesar dalam catatan.

Akibatnya, perusahaan mengalami kesulitan merekrut staf seperti pengemudi, pengolah makanan dan pelayan restoran. Sebuah survei terhadap 50 pebisnis ritel besar AS menunjukkan 94% mengalami kesulitan mengisi posisi tenaga kerja yang kosong.

Akibatnya perusahaan harus memasang upah tinggi atau menawarkan bonus untuk menarik pekerja dan mempertahankan staf. McDonald's dan Amazon menawarkan bonus perekrutan mulai dari USD200 hingga USD1.000.Biaya tambahan itu untuk kemudian diteruskan ke konsumen.

Brand pakaian global, Next menyalahkan kenaikan harga pada tahun 2022 sebagian besar akibat kenaikan biaya upah.

5. Dampak Perubahan Iklim

Cuaca ekstrem di banyak bagian dunia telah berkontribusi terhadap inflasi. Pasokan minyak global tersendat akibat badai Ida dan Nicholas yang melewati Teluk Meksiko dan merusak infrastruktur minyak AS.

Lalu krisis microchip ketika permintaan tinggi membuat konsisi memburuk setelah badai musim dingin menutup pabrik-pabrik besar di Texas tahun lalu. Biaya kopi juga melonjak setelah Brasil, produsen terbesar di dunia mengalami panen yang buruk setelah dilanda kekeringan paling parah dalam hampir satu abad.

6. Hambatan Perdagangan

Impor yang lebih mahal juga berkontribusi terhadap kenaikan harga yang lebih tinggi. Aturan perdagangan pasca-Brexit baru diperkirakan telah mengurangi impor dari Uni Eropa (UE) ke Inggris sekitar seperempat pada paruh pertama tahun 2021. Biaya roaming kembali dikenakan banyak wisatawan Inggris yang mengunjungi Eropa tahun ini.



Pada tempat terpisah, tarif impor AS untuk produk-produk China hampir seluruhnya telah diteruskan ke konsumen AS dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Raksasa telekomunikasi China Huawei mengatakan, tahun lalu bahwa sanksi yang dikenakan pada perusahaan oleh AS pada 2019, mempengaruhi pemasok di AS dan pelanggan global.

7. Akhir Stimulus dari Pemerintah

Pemerintah di seluruh dunia mulai mengurangi stimulus yang diberikan pada sektor bisnis, dimana sebelumnya sebagai upaya untuk membantu mengatasi dampak Pandemi virus corona. Pengeluaran publik dan pinjaman meningkat di seluruh dunia selama pandemi.

Hal ini menyebabkan kenaikan pajak yang telah berkontribusi pada tekanan biaya hidup, sementara upah kebanyakan orang tetap tidak berubah. Banyak negara maju memiliki kebijakan yang dirancang untuk melindungi pekerja -seperti cuti- dan kebijakan kesejahteraan untuk melindungi.

Beberapa ekonom menyarankan kebijakan ini juga dapat mendorong inflasi lebih tinggi karena langkah-langkah dukungan hampir berakhir.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1906 seconds (0.1#10.140)