Kena Gembok Lagi, Bagaimana Prospek ADMR? Ini Kata Analis

Selasa, 25 Januari 2022 - 15:27 WIB
loading...
Kena Gembok Lagi, Bagaimana Prospek ADMR? Ini Kata Analis
Harga saham PT Adaro Mineral Tbk (ADMR) terus melesat pasca-IPO mencatatkan kenaikan 950%. Foto/Dok. Adaro Minerals
A A A
JAKARTA - Saham PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) mendapatkan suspensi yang kedua dari Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat aktivitas peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Sebelumnya, BEI juga sempat menghentikan perdagangan saham ADMR dalam rangka cooling down sementara pada 13 Januari 2022.

Regulator bursa mengambil langkah itu karena saham emiten milik Garibaldi "Boy" Thohir itu sempat masuk dalam radar unusual market activity (UMA) pada 10 Januari 2022. Semenjak mengawali debut perdananya sebagai penghuni baru bursa, sebagian besar penutupan harga ADMR berakhir di zona hijau dan hanya dua hari ditutup koreksi, yakni pada 17-18 Januari 2022.

Setelah melalui auto rejection atas (ARA) berjilid-jilid pasca-IPO di harga Rp100 per saham, emiten pertambangan metalurgi itu bertengger di Rp1.050, alias melesat hingga 950% dalam 15 hari bursa.



Mencermati penguatan beruntun tersebut, pengamat Pasar Modal Riska Afriani menilai hal itu sebagai gambaran wajar bagi emiten yang baru saja IPO. Kendati tak semua emiten seberuntung ADMR, Riska menilai saham emiten yang baru IPO cenderung diburu investor ritel.

"Saya lihat untuk ADMR ini seperti halnya saham yang baru IPO, relatif dikejar (investor) ritel karena harganya yang terus naik," kata Riska saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (25/1/2022).

Namun, menyusul kenaikan yang sudah berlipat ganda tersebut, Riska menilai investor perlu mewaspadai aksi profit taking. Terlebih perseroan juga telah melaporkan penggunaan dana hasil IPO sejak 14 Januari 2022 yang lalu.

Lebih lanjut, dari sisi teknikal, Riska melihat saham ADMR sudah jenuh beli. Berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI) per 24 Januari 2022, ADMR memiliki nilai 75,37, yang menunjukkan berada di area jenuh beli (overbought) dan memiliki kecenderungan untuk mengalami koreksi.

"Sama halnya jika memakai indikator Williams Percent Range yang berada di level -11, yang artinya pergerakan bullish ADMR telah jenuh," imbuhnya.

Kendati demikian, Riska menilai tren bullish masih terlihat dalam indikator teknikal Moving Average. Ada peluang investor untuk melakukan buy ADMR dalam jangka pendek dengan strategi buy on weakness di area Rp850 - Rp988. "Tapi untuk harga sekarang saya rasa sudah kemahalan," beber Riska. Karenanya, Riska pun meminta investor lebih berhati-hati terhadap tekanan aksi profit taking untuk perdagangannya ke depan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1901 seconds (0.1#10.140)