Puluhan Pekerja Perempuan di Rio Tinto Melaporkan Jadi Korban Serangan Seksual

Kamis, 03 Februari 2022 - 10:02 WIB
loading...
Puluhan Pekerja Perempuan...
Perusahan raksasa tambang Anglo-Australia, Rio Tinto menerangkan, 21 karyawan perempuannya melaporkan menjadi korban percobaan pemerkosaan atau kekerasan seksual di tempat kerja dalam lima tahun terakhir. Foto/Dok BBC
A A A
PERTH - Perusahan raksasa tambang Anglo-Australia, Rio Tinto menerangkan, 21 karyawan perempuannya melaporkan menjadi korban percobaan pemerkosaan atau kekerasan seksual di tempat kerja dalam lima tahun terakhir. Perusahaan tambang yang beroperasi di 35 negara tidak memberikan rincian tentang insiden atau di mana kejadian tersebut terjadi.

Tetapi angka-angka itu terungkap dalam laporan budaya tempat kerja yang justru mengungkap adanya perilaku seksisme, rasisme dan intimidasi sistemik di dalam sistem seluruh perusahaan. Laporan ini mengiringi adanya pengawasan perlakuan terhadap perempuan di kamp-kamp pertambangan.



Tahun lalu, pemerintah negara bagian Australia Barat meluncurkan penyelidikan atas masalah ini menyusul sejumlah kasus pengadilan dan laporan media. Rio Tinto menjadi salah satu operator terbesar lokasi penambangan jarak jauh di Australia Barat.

Pihak perusahaan mengatakan kepada penyelidik tahun lalu bahwa mereka menyadari masalah itu tetapi tidak memberikan rincian. Sekitar pada waktu yang sama, pesaing Rio, yakni BHP mengatakan kepada penyelidik bahwa mereka telah memecat setidaknya 48 pekerja karena melakukan serangan seksual dan pelecehan di kamp-kamp tambang sejak 2019.

Berdasarkan sumber penyelidikan parlemen Australia Barat terhadap pelecehan seksual ke perempuan di industri pertambangan mengungkap beberapa tuduhan:
91 kasus di BHP, termasuk enam serangan seksual yang dibuktikan dan 73 pelecehan (periode 2019-2021)
53 kasus di Rio Tinto, termasuk satu serangan seksual yang dibuktikan dan 29 pelecehan (2020-2021)
31 tuduhan di Fortescue Metals pelecehan seksual (2020-21)

Kedua perusahaan -di antara yang terkaya di Australia- menjalankan operasi besar di wilayah Pilbara yang terpencil di negara bagian itu, untuk menggali bijih besi, tembaga dan mineral lainnya.

Ribuan pekerja diterbangkan setiap musim dan ditempatkan di akomodasi bergaya kamp desa. Para kritikus telah lama menyuarakan keprihatinan tentang budaya yang didominasi pria pada area pertambangan ini selama bertahun-tahun.

Laporan Rio Tinto pada hari Selasa tidak menentukan apakah serangan yang dilaporkan telah terjadi di daerah-daerah yang dikenal sebagai kamp fly-in, fly-out (Fifo).

Tetapi mereka menemukan bahwa tingkat pelecehan seksual lebih tinggi di situs. Secara umum, sekitar 28% wanita dan 7% pria pernah mengalami pelecehan seksual di Rio. Tetapi angka itu meningkat menjadi 41% pada pekerja perempuan di situs Fifo.

"Beberapa wanita di tempat kerja Fifo berbicara tentang makan sendirian di dalam kamar menjadi pilihan bagi mereka untuk menghindari pelecehan di ruang makan dan gym. Mereka juga menghindari keluar setelah gelap; pencahayaan yang buruk dan keamanan yang buruk menjadi alasannya. Perilaku melecehkan dan bahkan mengancam dari rekan kerja laki-laki kerap terjadi saat berjalan ke akomodasi mereka setelah bekerja," kata laporan itu.



Laporan itu juga menyertakan kutipan anonim dari pekerja perempuan:

"Kami memiliki kontraktor yang berjalan di atas kami, di kamar mandi kami. Kami telah menuntut kunci. Kami tidak bisa mendapatkan toilet yang aman."

"Berjalan ke kamar di kamp ... Orang-orang memanggil saya untuk bergabung dengan mereka yang sedang minum-minum. Saya dengan sopan menolak. Kemudian disebut jalang dingin dll. Agresi itu menakutkan, ada 5 dari mereka, laki-laki besar dan kuat, dan mereka berada di luar pintu saya. Saya merasa diintimidasi dan tidak aman."

Laporan itu juga mencatat bahwa "budaya hierarkis yang didominasi laki-laki" di perusahaan telah menciptakan beberapa risiko. Sekitar 79% dari tenaga kerja perusahaan adalah laki-laki.

Secara keseluruhan, laporan tentang budaya tempat kerja Rio Tinto yang lebih luas menemukan bahwa intimidasi dan rasisme juga sistemik, dengan hampir setengah dari pekerja mengalami intimidasi.

"Perilaku berbahaya sering ditoleransi atau dinormalisasi. Perilaku berbahaya oleh pelaku sudah menjadi rahasia umum," kata laporan itu.

Sebagai tanggapan, Rio Tinto mengatakan: "Kami sangat terganggu oleh temuan ini, dan kami dengan tulus meminta maaf kepada setiap anggota tim, dulu atau sekarang, yang telah menderita karena perilaku ini."

Pihak perusahaan mengatakan telah menerima 26 rekomendasi laporan dan akan memfokuskan tindakan pada kepemimpinan dan keragaman, meningkatkan fasilitas kamp dan membuatnya lebih mudah bagi orang untuk "melaporkan perilaku yang tidak dapat diterima".

Tinjauan tersebut dilakukan oleh mantan komisaris diskriminasi seks nasional Australia Elizabeth Broderick pada Maret tahun lalu. Sekitar 10.000 orang -seperempat dari angkatan kerja- menanggapi penyelidikan dan mengambil bagian dalam survei.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1615 seconds (0.1#10.140)