Lepas Saham di Rosneft Saat Perang Ukraina Pecah, Raksasa Migas BP Kehilangan Rp38,8 Triliun

Senin, 28 Februari 2022 - 10:38 WIB
loading...
A A A
"Saya yakin bahwa keputusan yang telah kami ambil sebagai dewan bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, tetapi juga untuk kepentingan jangka panjang BP," katanya.

Kwarteng menyambut baik langkah itu, dengan mengatakan: "Invasi Rusia yang tidak beralasan ke Ukraina harus menjadi peringatan bagi bisnis Inggris dengan kepentingan komersial di Rusia."

Laporan tahunan terbaru BP, yang diterbitkan dua minggu lalu, mengungkapkan Rosneft menyumbang USD2,7 miliar yang setara Rp38,8 triliun (Kurs Rp14,369 per USD) dari keuntungannya, sekitar seperlima dari total yang didapatkan perusahaan.

Perusahaan multinasional, yang berkantor pusat di London, mengakui tahun lalu bahwa sanksi terhadap Rusia bisa menjadi masalah bagi bisnisnya dan pelepasan saham Rosneft diambil setelah negara-negara barat memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Rusia. Termasuk beberapa bank yang dikeluarkan dari sistem pembayaran internasional Swift.

BP mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana atau kepada siapa sahamnya di Rosneft akan diturunkan. Perusahaan akan membayar biaya USD11 miliar untuk menghapus kerugian valuta asing yang telah terakumulasi selama beberapa tahun terakhir dan biaya lain yang berkaitan dengan nilai sahamnya.

Rosneft telah berada di bawah sanksi dari AS dan Uni Eropa sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014. Dana kekayaan negara Norwegia senilai USD1,3 triliun yang merupakan yang terbesar di dunia, juga mengumumkan akan membekukan dan mendivestasikan aset Rusia pada hari Minggu.

"Kami telah memutuskan untuk membekukan investasi dana dan telah memulai proses penjualan," kata Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Stoere.



Aset Dana Rusia bernilai USD2,83 miliar pada akhir 2021. Ini adalah pemegang saham terbesar keempat di bank Rusia Sberbank dan memiliki saham di perusahaan energi Rusia Gazprom dan Lukoil.

Sebagai informasi harga minyak dunia telah melonjak melewati USD100 per barel untuk mencapai level tertinggi selama lebih dari tujuh tahun setelah Rusia meluncurkan invasinya ke Ukraina.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1414 seconds (0.1#10.140)