Lepas Saham di Rosneft Saat Perang Ukraina Pecah, Raksasa Migas BP Kehilangan Rp38,8 Triliun

Senin, 28 Februari 2022 - 10:38 WIB
loading...
Lepas Saham di Rosneft Saat Perang Ukraina Pecah, Raksasa Migas BP Kehilangan Rp38,8 Triliun
BP akan melepas 19,75% saham miliknya di perusahaan minyak milik negara Rusia, Rosneft setelah tindakan agresi Rusia di Ukraina. Seperti diketahui, BP plc sendiri adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di London dan salah satu 4 besar. Foto/Dok Re
A A A
LONDON - BP akan melepas 19,75% saham miliknya di perusahaan minyak milik negara Rusia, Rosneft setelah tindakan agresi Rusia di Ukraina . Seperti diketahui, BP plc sendiri adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di London dan salah satu 4 besar perusahaan minyak di seluruh dunia (bersama dengan Shell, ExxonMobil, dan Total).

Raksasa minyak dan migas (migas) itu mendapat tekanan dari pemerintah Inggris untuk bergerak sejak invasi Rusia dilakukan pada Kamis (24/2) lalu. BP telah memegang kepemilikan saham di perusahaan Rusia sejak 2013.



Kepala eksekutif BP, Bernard Looney secara cepat telah mengundurkan diri dari dewan Rosneft. Hal serupa juga dilakukan sesama direktur yang dinominasikan BP yaitu Bob Dudley.

Rosneft mengatakan, tiga puluh tahun kerja sama yang sukses telah hancur dan menyalahkan keputusan BP pada "tekanan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya", menurut laporan dari kantor berita Rusia.

Looney telah berada di dewan Rosneft sejak 2020, bersama Chairman Igor Sechin, yang merupakan teman dekat dan sekutu Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kantor Berita PA melaporkan, Looney berada di Rusia baru-baru ini pada bulan Oktober, ketika ia muncul di panel diskusi dengan Putin, yang kemudian ia gambarkan sebagai 'hak istimewa'.

Sekretaris bisnis Kwasi Kwarteng berbicara dengan Bos BP pada hari Jumat dan mengatakan, "tidak diragukan lagi tentang keseriusan, kekhawatiran pemerintah tentang paparan BP yang berlebihan terhadap kepentingan Rusia" menurut seorang pejabat.

Chairman BP, Helge Lund mengatakan, bahwa sementara BP telah beroperasi di Rusia selama lebih dari 30 tahun dan memiliki "rekan-rekan Rusia yang brilian", serangan Rusia terhadap Ukraina "memiliki konsekuensi tragis di seluruh wilayah" dan mewakili perubahan mendasar.

"Ini telah menyebabkan dewan BP menyimpulkan, setelah proses menyeluruh, bahwa keterlibatan kami dengan Rosneft, sebuah perusahaan milik negara, tidak dapat dilanjutkan," terangnya.

Sementara Looney mengatakan, bahwa dia "sangat terkejut dan sedih" dengan situasi di Ukraina dan itu telah menyebabkan BP secara fundamental memikirkan kembali posisinya dengan Rosneft.

"Saya yakin bahwa keputusan yang telah kami ambil sebagai dewan bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, tetapi juga untuk kepentingan jangka panjang BP," katanya.

Kwarteng menyambut baik langkah itu, dengan mengatakan: "Invasi Rusia yang tidak beralasan ke Ukraina harus menjadi peringatan bagi bisnis Inggris dengan kepentingan komersial di Rusia."

Laporan tahunan terbaru BP, yang diterbitkan dua minggu lalu, mengungkapkan Rosneft menyumbang USD2,7 miliar yang setara Rp38,8 triliun (Kurs Rp14,369 per USD) dari keuntungannya, sekitar seperlima dari total yang didapatkan perusahaan.

Perusahaan multinasional, yang berkantor pusat di London, mengakui tahun lalu bahwa sanksi terhadap Rusia bisa menjadi masalah bagi bisnisnya dan pelepasan saham Rosneft diambil setelah negara-negara barat memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Rusia. Termasuk beberapa bank yang dikeluarkan dari sistem pembayaran internasional Swift.

BP mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana atau kepada siapa sahamnya di Rosneft akan diturunkan. Perusahaan akan membayar biaya USD11 miliar untuk menghapus kerugian valuta asing yang telah terakumulasi selama beberapa tahun terakhir dan biaya lain yang berkaitan dengan nilai sahamnya.

Rosneft telah berada di bawah sanksi dari AS dan Uni Eropa sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014. Dana kekayaan negara Norwegia senilai USD1,3 triliun yang merupakan yang terbesar di dunia, juga mengumumkan akan membekukan dan mendivestasikan aset Rusia pada hari Minggu.

"Kami telah memutuskan untuk membekukan investasi dana dan telah memulai proses penjualan," kata Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Stoere.



Aset Dana Rusia bernilai USD2,83 miliar pada akhir 2021. Ini adalah pemegang saham terbesar keempat di bank Rusia Sberbank dan memiliki saham di perusahaan energi Rusia Gazprom dan Lukoil.

Sebagai informasi harga minyak dunia telah melonjak melewati USD100 per barel untuk mencapai level tertinggi selama lebih dari tujuh tahun setelah Rusia meluncurkan invasinya ke Ukraina.

Perusahaan pengiriman FedEx dan UPS juga telah menangguhkan semua layanan mereka masuk dan keluar dari Rusia. United Parcel Service Inc (UPS) mengatakan bahwa paket yang transit ke Ukraina dan Rusia akan dikembalikan ke pengirim mereka tanpa biaya tambahan jika memungkinkan.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)