Soal Kenaikan Harga LPG Non-Subsidi, Sekjen DEN: Supaya Pertamina Tak Terlalu Rugi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Energi Nasional ( DEN ) membeberkan alasan di balik kenaikan harga LPG non-subsidi. Diketahui, harga LPG non-subsidi naik menjadi Rp15.500 per kg dan merupakan kenaikan yang kedua kalinya.
Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengatakan, Indonesia masih mengimpor LPG sebanyak 75-85%. Oleh karenanya ketika harga LPG dunia naik, maka harga LPG dalam negeri juga terdampak.
"Pertamina terpaksa melakukan itu karena memang 75-80% untuk memenuhi kebutuhan LPG Tanah Air, Pertamina impor. Harga impornya naik jadi terpaksa. Bisa disebut corporate action supaya Pertamina enggak terlampau rugi," ujar Djoko dalam IDX Channel Market Review, Rabu (2/3/2022).
Djoko melanjutkan, naiknya harga LPG dunia beriringan dengan kenaikan harga minyak yang sudah mencapai USD106 per barel. Hal ini dikarenakan eskalasi konflik antara Rusia dengan Ukraina masih berlanjut.
"Kondisi suplai terganggu karena perang, sehingga harga minyak tinggi. Harga LPG ini mengikuti harga minyak di Aramco," kata Djoko.
Lanjutnya, kondisi ini diharapkan mengalami pemulihan karena menteri-menteri yang tergabung dalam International Energy Agency memutuskan akan menyuplai 60 juta barel minyak dunia untuk menstabilkan kembali agar tidak memberatkan negara pengimpor LPG.
Djoko menilai, kenaikan harga LPG ini harusnya tidak menjadi beban bagi masyarakat mampu. Jika tidak mampu, mereka dapat beralih ke kompor listrik.
"Di apartemen dan beberapa rumah juga sudah ada kompor listrik, jadi saya kira ini enggak jadi masalah," katanya.
Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto mengatakan, Indonesia masih mengimpor LPG sebanyak 75-85%. Oleh karenanya ketika harga LPG dunia naik, maka harga LPG dalam negeri juga terdampak.
"Pertamina terpaksa melakukan itu karena memang 75-80% untuk memenuhi kebutuhan LPG Tanah Air, Pertamina impor. Harga impornya naik jadi terpaksa. Bisa disebut corporate action supaya Pertamina enggak terlampau rugi," ujar Djoko dalam IDX Channel Market Review, Rabu (2/3/2022).
Djoko melanjutkan, naiknya harga LPG dunia beriringan dengan kenaikan harga minyak yang sudah mencapai USD106 per barel. Hal ini dikarenakan eskalasi konflik antara Rusia dengan Ukraina masih berlanjut.
"Kondisi suplai terganggu karena perang, sehingga harga minyak tinggi. Harga LPG ini mengikuti harga minyak di Aramco," kata Djoko.
Lanjutnya, kondisi ini diharapkan mengalami pemulihan karena menteri-menteri yang tergabung dalam International Energy Agency memutuskan akan menyuplai 60 juta barel minyak dunia untuk menstabilkan kembali agar tidak memberatkan negara pengimpor LPG.
Djoko menilai, kenaikan harga LPG ini harusnya tidak menjadi beban bagi masyarakat mampu. Jika tidak mampu, mereka dapat beralih ke kompor listrik.
"Di apartemen dan beberapa rumah juga sudah ada kompor listrik, jadi saya kira ini enggak jadi masalah," katanya.
(uka)