Duh! Asia Jadi Wilayah Terbesar Ancaman Serangan Siber

Kamis, 10 Maret 2022 - 11:58 WIB
loading...
Duh! Asia Jadi Wilayah...
IBM menyatakan bahwa Asia adalah wilayah yang mendapat ancaman terbesar serangan siber. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - International Business Machines Corporation ( IBM ) merilis studi tahunan X-Force Threat Intelligence Index yang mengungkap Asia adalah wilayah yang mengalami serangan siber terbanyak. Lebih dari 1 dari 4 serangan siber terjadi di Asia dari total data global pada tahun 2021.



"Serangan siber yang terjadi di Asia lebih banyak daripada wilayah lain mana pun dalam satu tahun terakhir. Layanan keuangan dan manufaktur mengalami hampir 60% serangan di Asia," menurut data IBM yang diterima MNC Portal Indonesia, Rabu (9/3/2022).

Serangan siber inilah yang membuat sejumlah bank mengalami kerugian yang terbilang besar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepanjang periode semester I-2020 hingga semester I-2021 menyebutkan kerugian yang ditimbulkan akibat serangan siber sedikitnya Rp246 miliar.

IBM menunjukkan ransomware dan eksploitasi kerentanan dunia maya menjadi ancaman bisnis pada tahun 2021. Manufaktur merupakan industri paling ditargetkan para penjahat siber khususnya di Asia.

Phishing masih menjadi penyebab paling umum serangan siber dalam satu tahun terakhir ini. Phising adalah upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan.



IBM Security X-Force juga mengamati adanya peningkatan serangan siber sebesar 33% yang disebabkan oleh eksploitasi kerentanan perangkat lunak yang merupakan titik masuk paling diandalkan oleh pelaku ransomware selama 2021. Hal tersebut merupakan penyebab dari 44% dari serangan ransomware.

Laporan X-Force tahun 2022 menjelaskan para pelaku ransomware berusaha untuk “meretakkan” tulang punggung rantai pasokan global dengan serangan terhadap manufaktur.

Menurut laporan tersebut, penjahat siber menyadari bahwa gangguan yang diberikan pada organisasi manufaktur akan menyebabkan rantai pasokan hilir menekan organisasi untuk membayar uang tebusan.



Sebanyak 47% serangan siber terhadap manufaktur disebabkan oleh kerentanan unpatched software yang belum atau tidak bisa diatasi, sehingga hal ini menyoroti kebutuhan organisasi bisnis untuk memprioritaskan manajemen keamanan data miliknya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1953 seconds (0.1#10.140)