Sanksi ke Rusia Punya Konsekuensi Besar Bagi Industri Penerbangan Global
loading...
A
A
A
MOSKOW - Label Rusia sebagai negara terluas di dunia dan hubungan erat ke dalam industri penerbangan global sejak akhir Perang Dingin, membuat sanksi terhadap pemerintahan Vladimir Putin atas invasinya ke Ukrainamemiliki konsekuensi besar. Dampak sanksi yang diterapkan kepada Moskow disebut relatif lebih besar dari pembekuan atau embargo yang pernah dilakukan terhadap Iran dan Korea Utara (Korut).
Produsen, lessor, perusahaan asuransi dan penyedia pemeliharaan pesawat bagi maskapai Rusia seperti Aeroflot, S7 Airlines dan AirBridgeCargo termasuk di antara mereka yang berada di luar Rusia yang terkena sanksi langsung.
Sementara itu maskapai penerbangan asing yang terhuyung-huyung akibat lonjakan harga minyak dunia, dipaksa mengambil rute yang lebih panjang untuk menghindari wilayah udara di atas Rusia. Efeknya diperkirakan akan menaikkan harga tiket dan tarif angkutan udara.
Sebagai informasi Rusia merupakan negara terluas di dunia dengan total luas wilayah mencapai 17.098.242 kilometer persegi (km²). Dari total luas wilayah tersebut, luas daratan Rusia sebesar 16.376.870 km².
Sebagai negara terluas di dunia, total wilayah Rusia bahkan mencapai 11% dari total luas daratan dunia. Sehingga, selain menjadi negara terluas di dunia, Rusia juga menjadi negara terbesar di dunia.
Penyewaan Pesawat dan Asuransi Kena dampak
Maskapai penerbangan Rusia telah sangat bergantung pada industri penyewaan pesawat global untuk memodernisasi armada mereka dengan pesawat Airbus dan Boeing terbaru. Maskapai Rusia tercatat memiliki 980 jet penumpang yang beroperasi, 777 di antaranya disewa, menurut perusahaan analisis Cirium.
Dari jumlah tersebut, 515 jet dengan perkiraan nilai pasar sekitar USD10 miliar disewa dari perusahaan asing seperti AerCap dan Air Lease. Sementara itu Uni Eropa telah memberi batas waktu buat perusahaan leasing hingga 28 Maret untuk mengakhiri kontrak sewa di Rusia.
Tetapi mendapatkan pesawat kembali bisa menjadi tantangan lebih berat karena larangan wilayah udara, potensi masalah transfer pembayaran SWIFT dan kekhawatiran industri bahwa pemerintah Rusia dapat menasionalisasi armada untuk mempertahankan kapasitas domestik menjadi dampak yang harus dibayar.
Otoritas penerbangan negara Rusia sendiri telah merekomendasikan agar maskapai penerbangan dengan pesawat sewaan asing berhenti menerbangkannya ke luar negeri. Menurut analis, bahkan jika pesawat dikembalikan dengan cepat, jumlah besar yang diperlukan untuk menampungnya dapat menekan harga sewa secara global.
Maskapai penerbangan Rusia juga telah terputus dari pasar asuransi dan reasuransi di Uni Eropa dan Inggris. Sumber dari industri asuransi mengatakan, tidak jelas apakah lessor yang tidak dapat mengambil alih pesawat akan ditanggung kerugiannya.
Berdasarkan kebijakan mereka sendiri, biasanya berisi klausul yang membatalkan pertanggungan jika terjadi sanksi. Tindakan hukum mungkin diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini, kata sumber itu yang tidak ingin disebutkan namanya.
Larangan Penjualan, Pemeliharaan, Perbaikan dan Suku Cadang
Maskapai penerbangan Rusia memiliki 62 pesawat yang dipesan dari Airbus dan Boeing, menurut perusahaan konsultan penerbangan IBA, dan pengiriman tersebut akan dilarang. Produsen dan perusahaan pemeliharaan juga dilarang menyediakan suku cadang dan layanan bagi armada Rusia.
Lufthansa Technik Jerman mengatakan, telah berhenti melayani pelanggan asal Rusia, yang melibatkan ratusan pesawat.
Kantor berita Tass melaporkan, kementerian transportasi Rusia telah menyusun rancangan undang-undang untuk membantu maskapai penerbangan hingga September 2022 yang akan memungkinkan pemeliharaan pesawat oleh perusahaan pihak ketiga dan menangguhkan semua inspeksi operator.
Beberapa eksekutif penerbangan khawatir bahwa sanksi tersebut mencegah pembuat pesawat berbagi buletin layanan dan arahan kelaikan udara yang merupakan kunci untuk keselamatan.
Wakil presiden penasihat keuangan penerbangan di ACC Aviation, Viktor Berta mengatakan, ada juga risiko tinggi bahwa maskapai penerbangan Rusia perlu melucuti suku cadang dari armada mereka yang ada setelah suku cadang habis.
Harga Minyak Naik, Waktu Penerbangan Lebih Lama
Harga minyak telah melonjak ke level tertinggi sejak 2008 karena Amerika Serikat melarang impor minyak Rusia. Biaya tambahan untuk bahan bakar dan kenaikan tarif adalah salah satu langkah yang diambil maskapai penerbangan untuk mengimbangi beberapa tekanan pada saat permintaan tetap rendah karena pandemi.
Harga minyak yang tinggi dalam beberapa kasus diperparah oleh jalur penerbangan memutar yang diperlukan untuk menghindari wilayah udara Rusia setelah adanya larangan yang dapat menambahkan waktu hingga 3,5 jam terbang.
Dampak terbesar bakal dirasakan penerbangan antara Eropa dengan tujuan Asia Utara seperti Jepang, Korea Selatan dan China. Tetapi rute lain yang juga terkena dampak termasuk antara Asia Tenggara dan Eropa serta Amerika Serikat hingga India.
Waktu penerbangan yang lebih lama juga menyebabkan biaya staf yang lebih tinggi, kemampuan membawa kargo yang lebih sedikit dan biaya pemeliharaan makin mahal pada kontrak yang dibebankan pada jam penerbangan, kata Brendan Sobie, seorang analis penerbangan independen yang berbasis di Singapura.
"Kekhawatiran lain adalah dampak pada permintaan penumpang internasional di beberapa pasar, yang mengakibatkan kemunduran dalam pemulihan keseluruhan perjalanan udara internasional," tambahnya.
Produsen, lessor, perusahaan asuransi dan penyedia pemeliharaan pesawat bagi maskapai Rusia seperti Aeroflot, S7 Airlines dan AirBridgeCargo termasuk di antara mereka yang berada di luar Rusia yang terkena sanksi langsung.
Sementara itu maskapai penerbangan asing yang terhuyung-huyung akibat lonjakan harga minyak dunia, dipaksa mengambil rute yang lebih panjang untuk menghindari wilayah udara di atas Rusia. Efeknya diperkirakan akan menaikkan harga tiket dan tarif angkutan udara.
Sebagai informasi Rusia merupakan negara terluas di dunia dengan total luas wilayah mencapai 17.098.242 kilometer persegi (km²). Dari total luas wilayah tersebut, luas daratan Rusia sebesar 16.376.870 km².
Sebagai negara terluas di dunia, total wilayah Rusia bahkan mencapai 11% dari total luas daratan dunia. Sehingga, selain menjadi negara terluas di dunia, Rusia juga menjadi negara terbesar di dunia.
Penyewaan Pesawat dan Asuransi Kena dampak
Maskapai penerbangan Rusia telah sangat bergantung pada industri penyewaan pesawat global untuk memodernisasi armada mereka dengan pesawat Airbus dan Boeing terbaru. Maskapai Rusia tercatat memiliki 980 jet penumpang yang beroperasi, 777 di antaranya disewa, menurut perusahaan analisis Cirium.
Dari jumlah tersebut, 515 jet dengan perkiraan nilai pasar sekitar USD10 miliar disewa dari perusahaan asing seperti AerCap dan Air Lease. Sementara itu Uni Eropa telah memberi batas waktu buat perusahaan leasing hingga 28 Maret untuk mengakhiri kontrak sewa di Rusia.
Tetapi mendapatkan pesawat kembali bisa menjadi tantangan lebih berat karena larangan wilayah udara, potensi masalah transfer pembayaran SWIFT dan kekhawatiran industri bahwa pemerintah Rusia dapat menasionalisasi armada untuk mempertahankan kapasitas domestik menjadi dampak yang harus dibayar.
Otoritas penerbangan negara Rusia sendiri telah merekomendasikan agar maskapai penerbangan dengan pesawat sewaan asing berhenti menerbangkannya ke luar negeri. Menurut analis, bahkan jika pesawat dikembalikan dengan cepat, jumlah besar yang diperlukan untuk menampungnya dapat menekan harga sewa secara global.
Maskapai penerbangan Rusia juga telah terputus dari pasar asuransi dan reasuransi di Uni Eropa dan Inggris. Sumber dari industri asuransi mengatakan, tidak jelas apakah lessor yang tidak dapat mengambil alih pesawat akan ditanggung kerugiannya.
Berdasarkan kebijakan mereka sendiri, biasanya berisi klausul yang membatalkan pertanggungan jika terjadi sanksi. Tindakan hukum mungkin diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini, kata sumber itu yang tidak ingin disebutkan namanya.
Larangan Penjualan, Pemeliharaan, Perbaikan dan Suku Cadang
Maskapai penerbangan Rusia memiliki 62 pesawat yang dipesan dari Airbus dan Boeing, menurut perusahaan konsultan penerbangan IBA, dan pengiriman tersebut akan dilarang. Produsen dan perusahaan pemeliharaan juga dilarang menyediakan suku cadang dan layanan bagi armada Rusia.
Lufthansa Technik Jerman mengatakan, telah berhenti melayani pelanggan asal Rusia, yang melibatkan ratusan pesawat.
Kantor berita Tass melaporkan, kementerian transportasi Rusia telah menyusun rancangan undang-undang untuk membantu maskapai penerbangan hingga September 2022 yang akan memungkinkan pemeliharaan pesawat oleh perusahaan pihak ketiga dan menangguhkan semua inspeksi operator.
Beberapa eksekutif penerbangan khawatir bahwa sanksi tersebut mencegah pembuat pesawat berbagi buletin layanan dan arahan kelaikan udara yang merupakan kunci untuk keselamatan.
Wakil presiden penasihat keuangan penerbangan di ACC Aviation, Viktor Berta mengatakan, ada juga risiko tinggi bahwa maskapai penerbangan Rusia perlu melucuti suku cadang dari armada mereka yang ada setelah suku cadang habis.
Harga Minyak Naik, Waktu Penerbangan Lebih Lama
Harga minyak telah melonjak ke level tertinggi sejak 2008 karena Amerika Serikat melarang impor minyak Rusia. Biaya tambahan untuk bahan bakar dan kenaikan tarif adalah salah satu langkah yang diambil maskapai penerbangan untuk mengimbangi beberapa tekanan pada saat permintaan tetap rendah karena pandemi.
Harga minyak yang tinggi dalam beberapa kasus diperparah oleh jalur penerbangan memutar yang diperlukan untuk menghindari wilayah udara Rusia setelah adanya larangan yang dapat menambahkan waktu hingga 3,5 jam terbang.
Dampak terbesar bakal dirasakan penerbangan antara Eropa dengan tujuan Asia Utara seperti Jepang, Korea Selatan dan China. Tetapi rute lain yang juga terkena dampak termasuk antara Asia Tenggara dan Eropa serta Amerika Serikat hingga India.
Waktu penerbangan yang lebih lama juga menyebabkan biaya staf yang lebih tinggi, kemampuan membawa kargo yang lebih sedikit dan biaya pemeliharaan makin mahal pada kontrak yang dibebankan pada jam penerbangan, kata Brendan Sobie, seorang analis penerbangan independen yang berbasis di Singapura.
"Kekhawatiran lain adalah dampak pada permintaan penumpang internasional di beberapa pasar, yang mengakibatkan kemunduran dalam pemulihan keseluruhan perjalanan udara internasional," tambahnya.
(akr)