Kenaikan Harga Minyak Momentum Gunakan BBM Berkualitas Tinggi

Senin, 14 Maret 2022 - 12:52 WIB
loading...
Kenaikan Harga Minyak Momentum Gunakan BBM Berkualitas Tinggi
Penggunaan BBM berkualitas dinilai perlu semakin didorong demi efisiensi dan menekan polusi. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kenaikan harga minyak dunia dinilai bisa menjadi momentum menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas tinggi. Pemakaian BBM dengan nilai research octane number (RON) tinggi penting untuk mendukung udara yang lebih bersih dan lingkungan yang lebih sehat.

"BBM berkualitas juga memiliki nilai fuel economy lebih baik sehingga jika digunakan akan memiliki jarak tempuh yang lebih jauh," kata Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin dalam keterangannya, Senin (14/3/2022).



Di luar itu, kata Ahmad, masyarakat memang seharusnya juga memperhatikan fuel engine requirement. Artinya, melihat persyaratan kualitas BBM yang ditentukan oleh produsen kendaraan bermotor. Dia menjelaskan, pada kendaraan berbahan bakar bensin, dengan konsekuensi penerapan Standar Euro 2, semua varian sepeda motor dan mobil memiliki compression ratio minimal 9:1.

Sebagai contoh, sepeda motor matik kecil memiliki compression ratio 9,2:1. Kemudian mobil LCGC dan MPV kelas 1.500 cc ke bawah memiliki compression ratio 10:1. Sedangkan Mobil kelas menengah 11:1, mobil mewah 11:1 atau 12:1. "Kendaraan dengan compression ratio 9:1 membutuhkan bensin dengan RON minimal 91. Sedangkan kendaraan dengan compression ratio 10:1 ke atas membutuhkan bensin dengan RON minimal 95," jelasnya.

Jika dipaksakan menggunakan mengonsumsi BBM berkualitas rendah, lanjut Ahmad, mesin akan ngelitik (knocking) dengan beberapa konsekuensi. Pertama, mobil menjadi tidak bertenaga karena bensin dengan RON lebih rendah dari kebutuhan mesinnya (engine requirement) akan terbakar oleh kompresi piston di ruang pembakaran mesin (self ignition) tanpa didahului percikan api busi.

Kedua, self ignition akan menyebabkan bensin lebih boros sekitar 20% karena terbakar percuma tanpa menghasilkan tenaga sehingga untuk menempuh jarak tertentu membutuhkan bensin lebih banyak. Ketiga, dengan borosnya bahan bakar maka hal ini akan meningkatkan emisi baik emisi rumah kaca (CO2) maupun emisi pencemaran udara seperti PM, HC, CO, NOx, Sox.

"Belum lagi terjadinya detonasi yang menyebabkan keretakan piston, kerusakan ring-piston, busi, dan lainnya karena efek self ignition," ujarnya.

Pada kendaraan berbahan bakar solar, tambah Ahmad, kendaraan Standar Euro 2 membutuhkan BBM dengan kadar belerang max 500 ppm. Sebagai contoh, solar 48 memiliki kadar sulfur rata-rata 1.378 ppm (2019).
Menurut dia, jika dipaksakan, Diesel Particulate Filter (DPF) akan mengalami kerusakan karena sulfur. Dan karena dikendalikan secara elektronik, kerusakan DPF akan menghentikan fungsi kendaraan secara keseluruhan.

"Praktis sejak 2007 tidak ada lagi kendaraan yang membutuhkan bensin dengan RON di bawah 91 dan Solar dengan CN di bawah 51. Selain Bensin maupun Solar harus dengan kadar sulfur tidak lebih dari 500 ppm (Standard 2/II) dan tidak lebih dari 50 ppm sejak Oktober 2018 (Standard Euro 4/IV)," paparnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1460 seconds (0.1#10.140)