Sri Mulyani: Kupon Surat Utang Kita Lebih Baik Dibanding Brazil
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa indikator keuangan dari yield government bonds sudah membaik. Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara lain seperti, negara di Amerika latin yang naik tinggi, semisal Brazil yang yield-nya ada di kisaran 16,62%.
"Indonesia mulai membaik ke 10,4%," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (16/6/2020. ( Baca: IHSG Ditutup Menguat Dekati Level 5.000 Saat Bursa Asia Terkerek Naik )
Selain itu, Sri juga memandang bahwa kondisi nilai tukar rupiah saat ini lebih baik dibanding sebelumnya. Saat ini, rupiah sudah menyentuh level Rp14.000.
Menurut Sri, penguatan rupiah bisa dijadikan momen untuk memulihkan perekonomian. Mengingat, pertumbuhan ekonomi bakal terkoreksi di kuaratal II dan III.
"Ini kondisi yang kita coba gunakan sentimen positif untuk bisa membalikkan pemulihan ekonomi, terutama di kuartal ketiga karena kuartal kedua hampir mau selesai," kata Sri Mulyani.
Dia mengatakan, meskipun masih ada koreksi pada nilai tukar rupiah , itu masih dalam batas kewajaran. Hal ini dikarenakan pemerintah terus menyusun skema untuk pemulihan ekonomi Indonesia.
"Untuk nilai tukar Indonesia, koreksi sangat wajar jika dibandingkan negara lain. Jadi stabilitas makro dan confidence bisa membalikkan pemulihan ekonomi, terutama di kuartal III," jelasnya.
"Indonesia mulai membaik ke 10,4%," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (16/6/2020. ( Baca: IHSG Ditutup Menguat Dekati Level 5.000 Saat Bursa Asia Terkerek Naik )
Selain itu, Sri juga memandang bahwa kondisi nilai tukar rupiah saat ini lebih baik dibanding sebelumnya. Saat ini, rupiah sudah menyentuh level Rp14.000.
Menurut Sri, penguatan rupiah bisa dijadikan momen untuk memulihkan perekonomian. Mengingat, pertumbuhan ekonomi bakal terkoreksi di kuaratal II dan III.
"Ini kondisi yang kita coba gunakan sentimen positif untuk bisa membalikkan pemulihan ekonomi, terutama di kuartal ketiga karena kuartal kedua hampir mau selesai," kata Sri Mulyani.
Dia mengatakan, meskipun masih ada koreksi pada nilai tukar rupiah , itu masih dalam batas kewajaran. Hal ini dikarenakan pemerintah terus menyusun skema untuk pemulihan ekonomi Indonesia.
"Untuk nilai tukar Indonesia, koreksi sangat wajar jika dibandingkan negara lain. Jadi stabilitas makro dan confidence bisa membalikkan pemulihan ekonomi, terutama di kuartal III," jelasnya.
(uka)