Kurangi Impor Tiga Komoditas, Kementan Ajak Petani Milenial Lakukan Inovasi
loading...
A
A
A
Hadir sebagai narasumber antara lain mantan Atase Pertanian Indonesia di Eropa Andriyono Kilat Adhi, Ketua Koperasi Kopling Banjar Mandiri Sumardi, praktisi kopi sekaligus Ketua LSP Kopi Edy Panggabean, K Nababan dari Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Sumatera Utara dan wirausahawan milenial gula semut Rayndra Syahdan Mahmudin.
(Baca juga:Erick Kesal, RI Negara Agraris Tapi Impor Pangan Terus)
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Kementan Idha Widi Arsanti mengharapkan Polbangtan Medan memiliki Jurusan Perkebunan berbasis Smart Farming dengan sarana Teaching Factory untuk mendukung mahasiswanya pada budidaya, pengolahan dan pemasaran kopi.
“Saat ini kita berada pada era 4.0 yang mengharuskan kita menggunakan smart farming untuk efektivitas dan efisiensi pertanian,” katanya.
Kebijakan pengembangan kopi di Indonesia, katanya, di hulu fokus pada perbaikan tanaman melalui peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi dan perluasan perkebunan kopi berbasis kawasan.
Di hilir, dilakukan peningkatan efisiensi dan efektifitas pabrik gula, rayonisasi pabrik gula kemitraan dengan petani, pengembangan industri hilir, pengembangan riset, pengetatan dan tata niaga distribusi gula impor, peningkatan investasi modal asing (PMA) dan dalam negeri (PMDN), serta pembangunan pabrik gula baru.
Direktur Polbangtan Medan Yuliana Kansrini mengatakan kopi, gula dan kedelai adalah tiga komoditas penting. Kopi bukan hanya tujuan ekspor, saat ini menjadi gaya hidup.
“Kopi tanpa gula rasanya pahit, maka gula itu menjadi komoditi penting sebagai pelengkap dan sumber tenaga bagi manusia. Kementan menargetkan kebutuhan gula konsumsi akan bisa dipenuhi dari dalam negeri pada 2023,” katanya.
(Baca juga:UU Ciptaker Andalkan PP untuk Berantas Pemburu Rente dalam Impor Pangan)
Sebagai strategi mengejar swasembada pangan, kata Yuliana, dilakukan sejak 2020 hingga 2023. Demikian pula kedelai. Beberapa wilayah mengonsumsi produk olahan kedelai menjadi prioritas pelengkap makanan. “Kementan mendorong untuk mengurangi ketergantungan impor dengan melibatkan petani milenial,” tambahnya.
(Baca juga:Erick Kesal, RI Negara Agraris Tapi Impor Pangan Terus)
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Kementan Idha Widi Arsanti mengharapkan Polbangtan Medan memiliki Jurusan Perkebunan berbasis Smart Farming dengan sarana Teaching Factory untuk mendukung mahasiswanya pada budidaya, pengolahan dan pemasaran kopi.
“Saat ini kita berada pada era 4.0 yang mengharuskan kita menggunakan smart farming untuk efektivitas dan efisiensi pertanian,” katanya.
Kebijakan pengembangan kopi di Indonesia, katanya, di hulu fokus pada perbaikan tanaman melalui peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi dan perluasan perkebunan kopi berbasis kawasan.
Di hilir, dilakukan peningkatan efisiensi dan efektifitas pabrik gula, rayonisasi pabrik gula kemitraan dengan petani, pengembangan industri hilir, pengembangan riset, pengetatan dan tata niaga distribusi gula impor, peningkatan investasi modal asing (PMA) dan dalam negeri (PMDN), serta pembangunan pabrik gula baru.
Direktur Polbangtan Medan Yuliana Kansrini mengatakan kopi, gula dan kedelai adalah tiga komoditas penting. Kopi bukan hanya tujuan ekspor, saat ini menjadi gaya hidup.
“Kopi tanpa gula rasanya pahit, maka gula itu menjadi komoditi penting sebagai pelengkap dan sumber tenaga bagi manusia. Kementan menargetkan kebutuhan gula konsumsi akan bisa dipenuhi dari dalam negeri pada 2023,” katanya.
(Baca juga:UU Ciptaker Andalkan PP untuk Berantas Pemburu Rente dalam Impor Pangan)
Sebagai strategi mengejar swasembada pangan, kata Yuliana, dilakukan sejak 2020 hingga 2023. Demikian pula kedelai. Beberapa wilayah mengonsumsi produk olahan kedelai menjadi prioritas pelengkap makanan. “Kementan mendorong untuk mengurangi ketergantungan impor dengan melibatkan petani milenial,” tambahnya.