Genjot Ekspor, Afrika Pasar Potensial Sawit Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia perlu mengembangkan pasar baru yang potensial di tengah pelemahan permintaan minyak sawit di berbagai negara tujuan ekspor. Pasar negara-negara di Afrika menjadi sangat potensial untuk menggenjot ekspor kelapa sawit.
“Menjaga pasar ekspor kelapa sawit dan turunannya saat pandemi Covid-19 tidak mudah. Untuk itu, perlu mengembangkan pasar baru yang potensial,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono pada diskusi virtual di Jakarta kemarin. (Baca: Industri Sawit Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid-19)
Joko melanjutkan, pasar Afrika menjadi potensial karena pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia sepanjang 2017 hingga 2019 mengalami peningkatan. Berdasarkan kode HS, ada 32 produk minyak sawit CPO, PKO, dan turunannya yang diekspor ke Afrika. Adapun kontribusi 8 HS utama produk minyak sawit telah mencapai 92%.
“Pertumbuhannya cukup bagus setiap tahun dan yang menarik justru HS code tertentu ada yang mencapai 41% dari total ekspor minyak sawit ke Afrika,” jelasnya.
Menurut dia, pasar Afrika hanya menerima dalam bentuk partai kecil, berbeda dengan negara lainnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menggenjot ekspor ke Afrika.
“Jadi Afrika ini butuhnya partai kecil yang tidak mungkin bisa diberlakukan seperti pasar sebelumnya. Ini mesti menjadi catatan bagaimana kita ingin mengarah ke pasar nontradisional yang tidak mungkin diberlakukan seperti pasar lainnya,” tuturnya. (Baca juga: Takut Dirampas Israel, Dinas Keamanan Palestina Musnahkan Dokumen Rahasia)
Selain itu, Indonesia juga harus menjaga pasar utama ekspor minyak sawit seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan China, di tengah pandemi Covid-19 dan ketidakpastian global. “Kalau bisa hambatan-hambatan ekspor diminimalkan seperti kewajiban menggunakan kapal nasional, infrastruktur pelabuhan, dan penurunan daya saing karena logistik yang mahal. Kalau bisa ditunda dulu agar tidak menjadi beban baru karena tidak mudah juga menemukan kapal nasional untuk ekspor,” ungkap Joko.
Joko menambahkan, ekspor minyak sawit Indonesia masih bisa berkontribusi positif di tengah pandemi Covid-19. Selama pandemi ini, operasional kelapa sawit berjalan normal dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan tidak ada kasus Covid-19 di sektor sawit.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga optimistis terhadap prospek ekspor minyak sawit dan turunannya masih akan positif di tengah pandemi Covid-19 dan tantangan global lainnya.
“Kalau melihat data, sebetulnya ini trennya positif dan secara umum ekspor kita dilihat dari kacamata global masih optimistis. Secara umum kondisi ini masih relatif aman dan kondusif,” ujarnya.
“Menjaga pasar ekspor kelapa sawit dan turunannya saat pandemi Covid-19 tidak mudah. Untuk itu, perlu mengembangkan pasar baru yang potensial,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono pada diskusi virtual di Jakarta kemarin. (Baca: Industri Sawit Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid-19)
Joko melanjutkan, pasar Afrika menjadi potensial karena pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia sepanjang 2017 hingga 2019 mengalami peningkatan. Berdasarkan kode HS, ada 32 produk minyak sawit CPO, PKO, dan turunannya yang diekspor ke Afrika. Adapun kontribusi 8 HS utama produk minyak sawit telah mencapai 92%.
“Pertumbuhannya cukup bagus setiap tahun dan yang menarik justru HS code tertentu ada yang mencapai 41% dari total ekspor minyak sawit ke Afrika,” jelasnya.
Menurut dia, pasar Afrika hanya menerima dalam bentuk partai kecil, berbeda dengan negara lainnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menggenjot ekspor ke Afrika.
“Jadi Afrika ini butuhnya partai kecil yang tidak mungkin bisa diberlakukan seperti pasar sebelumnya. Ini mesti menjadi catatan bagaimana kita ingin mengarah ke pasar nontradisional yang tidak mungkin diberlakukan seperti pasar lainnya,” tuturnya. (Baca juga: Takut Dirampas Israel, Dinas Keamanan Palestina Musnahkan Dokumen Rahasia)
Selain itu, Indonesia juga harus menjaga pasar utama ekspor minyak sawit seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan China, di tengah pandemi Covid-19 dan ketidakpastian global. “Kalau bisa hambatan-hambatan ekspor diminimalkan seperti kewajiban menggunakan kapal nasional, infrastruktur pelabuhan, dan penurunan daya saing karena logistik yang mahal. Kalau bisa ditunda dulu agar tidak menjadi beban baru karena tidak mudah juga menemukan kapal nasional untuk ekspor,” ungkap Joko.
Joko menambahkan, ekspor minyak sawit Indonesia masih bisa berkontribusi positif di tengah pandemi Covid-19. Selama pandemi ini, operasional kelapa sawit berjalan normal dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan tidak ada kasus Covid-19 di sektor sawit.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga optimistis terhadap prospek ekspor minyak sawit dan turunannya masih akan positif di tengah pandemi Covid-19 dan tantangan global lainnya.
“Kalau melihat data, sebetulnya ini trennya positif dan secara umum ekspor kita dilihat dari kacamata global masih optimistis. Secara umum kondisi ini masih relatif aman dan kondusif,” ujarnya.