Jurus Rubel untuk Gas Rusia Bikin Sekutu AS di Eropa dan Asia Kelabakan

Jum'at, 25 Maret 2022 - 09:04 WIB
loading...
A A A
Permintaan Rusia, yang masih perlu didukung oleh mekanisme konkret, menghadirkan dilema bagi pelanggan Eropa: menolak membayar dalam rubel dan berisiko tidak mendapatkan gas, atau mematuhi dan mengambil risiko dikenai harga yang lebih tinggi karena kontrak akan dinegosiasi ulang di mana kesepakatan jangka panjang yang lebih menguntungkan mereka kemungkinan akan disisihkan oleh Rusia.

"Rusia (belum) mematikan keran gas. Tapi itu bisa secara signifikan meningkatkan harga yang haris kami bayar untuk itu," kata analis di Commerzbank.

Terpisah, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Washington sedang berkonsultasi dengan sekutunya terkait kebijakan tubel untuk gas yang diambil Rusia. Belum jelas apakah AS akan mengizinkan negara-negara Eropa yang tidak dapat hidup tanpa gas Rusia, dibolehkan untuk memproses pembayaran gasnya dalam rubel tanpa melanggar sanksi.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setuju, dan mengatakan langkah itu merupakan upaya untuk menghindari sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. "Kami tidak akan membiarkan sanksi kami dielakkan. Waktu di mana energi dapat digunakan untuk memeras kami sudah berakhir," katanya.

Gelombang kebingungan juga melanda Jepang sebagai importir gasa alam Rusia terbesar di Asia. Tokyo Gas dan Osaka Gas, dua pemasok gas lokal terbesar di negara itu, menyatakan mereka sedang mempelajari rincian tentang persyaratan rubel, senada dengan pernyataan dari VNG Jerman dan pembeli Eropa lainnya.

Korea Selatan, importir LNG Rusia terbesar ketiga di Asia, berharap dapat melanjutkan impor. Komisi Jasa Keuangan Korea bahkan telah menyatakan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memfasilitasi perdagangan.



Di Polandia, CEO PGNiG Pawel Majewski mengatakan perusahaan - yang memiliki kontrak dengan Gazprom hingga akhir tahun ini - tidak bisa begitu saja beralih ke pembayaran dalam rubel. "Mitra kontrak kita tidak bisa seenaknya mengubah cara pembayaran yang diatur dalam kontrak," ujarnya.

Raksasa energi Denmark, Orsted, yang juga memiliki kontrak take-or-pay jangka panjang dengan Gazprom, mengatakan kemungkinan dampak dari langkah tersebut tidak jelas.

RWE dan Uniper, klien Gazprom terbesar di Jerman, tidak segera berkomentar pada hari Kamis, sementara Naturgy Spanyol, yang memiliki kontrak dengan Yamal LNG, juga menolak berkomentar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2689 seconds (0.1#10.140)