Swasembada tercapai, kok harga bawang merah meroket?

Sabtu, 16 Maret 2013 - 10:23 WIB
Swasembada tercapai, kok harga bawang merah meroket?
Swasembada tercapai, kok harga bawang merah meroket?
A A A
Sindonews.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim Indonesia telah mencapai swasembada dalam pemenuhan kebutuhan bawang merah nasional. Produksi bawang merah di dalam negeri telah menyentuh angka satu juta ton, sementara kebutuhannya hanya sekitar 660 ribu ton.

Meski telah swasembada, harga bawang merah kini meroket hingga 300 persen hanya dalam waktu tiga minggu. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Sekretaris Ditjen P2HP Kementan, Yasin Taufik dalam acara Polemik Sindo Radio di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (16/3/2013) menjelaskan, produksi bawang merah setiap tahun mengalami penurunan terutama pada Oktober hingga Maret. Panen raya bawang merah terjadi pada April sampai September.

Menurutnya, pada Oktober-Maret saat musim hujan, sebagian besar lahan pertanian digunakan untuk menanam padi yang membutuhkan banyak air di musim hujan. Sedangkan, bawang merah tidak bisa ditanam di musim hujan.

Akibatnya, ada siklus stok bawang merah menurun setiap Januari sampai Maret dan mengakibatkan kenaikan harga. "Oktober-Maret itu sebagian besar lahan pertanian digunakan untuk menanam padi, hanya sebagian kecil yang dipakai untuk bawang. Ini siklus tahunan, Januari-Maret harganya sedikit meningkat," paparnya.

Disamping itu, kata dia, kenaikan harga bawang merah saat ini juga merupakan efek psikologis dari meroketnya harga bawang putih. Gangguan distribusi semakin memperparah kekurangan stok bawang merah. Sehingga, harga bawang merah melonjak hingga lebih dari 300 persen saat ini.

"Ini disebabkan faktor psikologis yang disebabkan kenaikan bawang putih, gagal panen di beberapa daerah, mungkin masalah distribusi juga berpengaruh," ujar Yasin.

Sebelumnya diberitakan, konsumsi bawang merah sebanyak 2,5 kg per kapita per tahun. "Kalau bawang merah sebetulnya posisi kita sudah swasembada, 90 persen dari dalam negeri. Konsumsi bawang merah 2,5 kg per kapita per tahun. Kalau dikali 245 juta penduduk 660 ribu ton. Produksi kita lebih dari 900 ribu sampai satu juta ton, jadi surplus," jelasnya.

Seperti diketahui, dalam sepekan terakhir, harga komoditas bawang putih dan bawang merah benar-benar menghimpit masyarakat. Harga dua komoditi bawah putih dan bawang merah naik hingga 100 persen. Akibatnya, omzet pedagang menurun hingga 25 persen.

Jika dalam kondisi normal bawang putih dijual dengan harga Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kg. Namun, saat ini bawang putih dijual dengan harga Rp44 ribu sampai Rp50 ribu per kg, bahkan di beberapa daerah sudah ada yang menyentuh Rp80 ribu per kg. Sementara, harga bawang merah yang awalnya dijual Rp20 ribu sampai Rp23 ribu per kg, kini naik mencapai Rp50 ribu hingga Rp55 ribu per kg.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0080 seconds (0.1#10.140)