5 Negara Penghasil Minyak Sawit Terbesar Dunia, Nomor Satu Penuh Kejanggalan
loading...
A
A
A
Inpres tersebut memperintahkan kepada instansi pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi kembali izin pelepasan kawasan serta menunda pembukaan kebun sawit selama masa tiga tahun. Artinya, jika mengacu pada beleid itu seharusnya perkebunan sawit tak boleh mengalami penambahan luas. Inpres itu sendiri berlaku hingga 19 September 2021. Janggal kan?
Kejanggalan--atau kita bisa berikan istilah lainnnya, seperti ironi atau anomali--belum berhenti. Nah ini kejanggalan yang paling menyesakkan dada. Sebagai produsen CPO paling melimpah di dunia, Indonesia justru dihajar kelangkaan minyak goreng yang terjadi di rentang akhir 2021 hingga awal 2022, ketika kebijakan harga eceran tertinggi minyak goreng dan kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DMO) dirilis oleh Kementerian Perdagangan.
Hampir setiap hari masyarakat Indonesia disuguhkan informasi dan tayangan televisi yang mengangkat kelangkaan minyak goreng. Antrean yang berjubel-jubel kerap kita baca dan saksikan jika operasi pasar minyak goreng digelar.
Makin menyesakkan dada ketika ada warga yang menjadi martir dan meninggal gara-gara kelelahan mengantre minyak goreng, seperti di Samarinda, Kalimantan Timur. Padahal Kalimantan Timur duduk di peringkat keenam sebagai provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan jumlah 3,98 juta ton.
2. Malaysia
Jiran ini menjadi negara kedua penghasil CPO terbesar di dunia. Berdasarkan data index mundi.com, tahun 2021 produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan mencapai 18,7 juta ton. Luas perkebunan sawit Malaysia mencapai 5,35 juta hektare. Meski memiliki jumlah yang cukup tinggi, angka rata-rata pertumbuhan produksi Malaysia sangat rendah, yaitu hanya 0,96% per tahunnya.
3. Thailand
Negeri Gajah Putih ini berada di peringkat ketiga sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Minyak CPO yang diproduksi Thailand sebanyak 3,12 juta ton. Memang sangat jauh jika dibandingkan dengan Malaysia, apalagi Indonesia. Maklumlah, luas lahan sawitnya juga tak seberapa, hanya 810 ribu hektare. Sedangkan untuk angka rata-rata pertumbuhan produksinya lebih tinggi dari Malaysia, yaitu mencapai 3,45%.
4. Kolombia
Kejanggalan--atau kita bisa berikan istilah lainnnya, seperti ironi atau anomali--belum berhenti. Nah ini kejanggalan yang paling menyesakkan dada. Sebagai produsen CPO paling melimpah di dunia, Indonesia justru dihajar kelangkaan minyak goreng yang terjadi di rentang akhir 2021 hingga awal 2022, ketika kebijakan harga eceran tertinggi minyak goreng dan kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri (DMO) dirilis oleh Kementerian Perdagangan.
Hampir setiap hari masyarakat Indonesia disuguhkan informasi dan tayangan televisi yang mengangkat kelangkaan minyak goreng. Antrean yang berjubel-jubel kerap kita baca dan saksikan jika operasi pasar minyak goreng digelar.
Makin menyesakkan dada ketika ada warga yang menjadi martir dan meninggal gara-gara kelelahan mengantre minyak goreng, seperti di Samarinda, Kalimantan Timur. Padahal Kalimantan Timur duduk di peringkat keenam sebagai provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan jumlah 3,98 juta ton.
2. Malaysia
Jiran ini menjadi negara kedua penghasil CPO terbesar di dunia. Berdasarkan data index mundi.com, tahun 2021 produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan mencapai 18,7 juta ton. Luas perkebunan sawit Malaysia mencapai 5,35 juta hektare. Meski memiliki jumlah yang cukup tinggi, angka rata-rata pertumbuhan produksi Malaysia sangat rendah, yaitu hanya 0,96% per tahunnya.
3. Thailand
Negeri Gajah Putih ini berada di peringkat ketiga sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Minyak CPO yang diproduksi Thailand sebanyak 3,12 juta ton. Memang sangat jauh jika dibandingkan dengan Malaysia, apalagi Indonesia. Maklumlah, luas lahan sawitnya juga tak seberapa, hanya 810 ribu hektare. Sedangkan untuk angka rata-rata pertumbuhan produksinya lebih tinggi dari Malaysia, yaitu mencapai 3,45%.
4. Kolombia