Berpotensi Migrasi ke Pertalite, Pertamina Yakin Pelanggan Pertamax Loyal
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Harga Pertamax di sejumlah wilayah di Indonesia resmi naik, Jumat (1/4/2022). Khusus di Sulawesi, harga BBM Non Subsidi Gasoline RON 92 itu naik menjadi Rp12.750 per liter dari harga sebelumnya Rp9.200 per liter.
Naiknya harga Pertamax berpotensi memicu migrasi pelanggan sehingga berdampak pada melonjaknya konsumsi pada produk Pertalite . Di mana saat ini, konsumsi Pertamax sebesar 14 persen dari total konsumsi secara nasional. PT Pertamina pun cukup yakin pada loyalitas pelanggan Pertamax.
Hal itu terungkap usai Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) , Emma Sri Martini bersama Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Eduward Adolof Kawi dan Executive GM PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Agus Dwi Jatmoko, memantau pelayanan ketersediaan BBM di sejumlah SPBU di Kota Makassar, Sabtu (2/4/2022).
Pada kesempatan itu, Emma Sri Martini menemui sejumlah pelanggan yang menggunakan Pertamax. "Kita sudah survei di beberapa SPBU khususnya di Kota Makassar, kita lihat ada beberapa konsumen yang sangat loyal menggunakan Pertamax, kita lakukan wawancara, kira-kira apa penyebabnya," jelasnya.
Menurut Emma, fakta di lapangan sangat menarik karena bahkan pengendara roda dua pun tetap menggunakan Pertamax meski harganya sudah naik. Ada sejumlah alasan pelanggan tetap mengonsumsi BBM Non Subsidi itu, utamanya karena mereka merasakan manfaatnya, mulai dari tarikan mesin lebih baik hingga jarak tempuh yang lebih jauh.
"Tak hanya itu, BBM ini kan ramah lingkungan karena RON 92 sehingga secara tidak langsung mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon," katanya.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tetap ada potensi sejumlah pelanggan akan bermigrasi dari Pertamax ke Pertalite. Sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), pemerintah akan mengatur lebih detail terkait penggunaan Pertalite agar peruntukannya tepat sasaran dan tidak membebani negara untuk anggaran subsidi.
"Pada saatnya, pemerintah akan mengatur lebih detail lagi terkait penggunaan Pertalite. Karena menggantikan Premium. RON-nya lebih baik dari Premium yang RON 88, Pertalite RON 90. Sehingga secara emisi lebih baik," beber Emma.
Terkait stok Pertalite, lanjut dia, Pertamina Patra Niaga Sulawesi memastikan bahwa pasokan aman dan suplai terjaga untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, utamanya menjelang bulan suci Ramadhan dan Idulfitri.
"Dari holding dan subholding (Pertamina), semua memastikan bahwa (Pertalite) terkontrol dengan baik, dari sisi stok, ketersediaan suplai, dan distribusi. Tinggal nanti dari sisi penggunaan konsumennya diatur sehingga lebih tepat sasaran," sebutnya.
Executive GM PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Agus Dwi Jatmoko menambahkan, meski ada kekhawatiran terjadi migrasi pelanggan Pertamax yang memicu lonjakan konsumsi Pertalite, pihaknya memastikan stok aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Agus menguraikan, secara nasional, stok Pertalite yang tersedia sebesar 750 ribu Kilo Liter (KL), sementara Daily Objective Throughput (DOT) atau konsumsi harian mencapai 66 ribu KL. Selanjutnya, khusus di wilayah Sulawesi, tersedia stok sebesar 66 ribu KL dengan DOT 6.900 KL.
"Produk Pertalite itu seluruhnya diproduksi oleh kilang dalam negeri, baik yang terdekat di Balikpapan, artinya dari sisi kesiapan suplai tidak ada masalah, setiap saat diperlukan atau nanti ada kenaikan konsumsi, secara produk siap. Namun sekali lagi, karena JBKP, akan dilakukan pengendalian," jelas Agus.
Sementara itu, Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Eduward Adolof Kawi mengungkapkan Pertalite merupakan produk JBKP sehingga pihak Pertamina akan mengusulkan penyusunan regulasi yang mengatur lebih spesifik terkait sasaran yang berhak menggunakan Gasoline RON 90 itu.
"Dengan disparitas harga (Pertalite) yang cukup lebar dengan Pertamax, artinya harus diatur kembali dan kita lihat tadi di lapangan ada beberapa kendaraan yang harusnya secara teknis tidak boleh mengonsumsi Pertalite tapi kenyataannya beberapa mobil ada," tukasnya.
Lanjut Eduward, pihaknya juga sudah mengantisipasi potensi lonjakan konsumsi Pertalite dengan menyiapkan stok yang cukup sehingga kebutuhan secara nasional dipastikan dapat terpenuhi.
"Dari sisi kesiapan, kita di nasional sudah mengantisipasi karena mau tidak mau pasti terjadi pergeseran dalam waktu seminggu atau dua minggu ke depan. Kami menjamin dari sisi kesiapan stok untuk Pertalite," pungkasnya.
Naiknya harga Pertamax berpotensi memicu migrasi pelanggan sehingga berdampak pada melonjaknya konsumsi pada produk Pertalite . Di mana saat ini, konsumsi Pertamax sebesar 14 persen dari total konsumsi secara nasional. PT Pertamina pun cukup yakin pada loyalitas pelanggan Pertamax.
Hal itu terungkap usai Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) , Emma Sri Martini bersama Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Eduward Adolof Kawi dan Executive GM PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Agus Dwi Jatmoko, memantau pelayanan ketersediaan BBM di sejumlah SPBU di Kota Makassar, Sabtu (2/4/2022).
Pada kesempatan itu, Emma Sri Martini menemui sejumlah pelanggan yang menggunakan Pertamax. "Kita sudah survei di beberapa SPBU khususnya di Kota Makassar, kita lihat ada beberapa konsumen yang sangat loyal menggunakan Pertamax, kita lakukan wawancara, kira-kira apa penyebabnya," jelasnya.
Menurut Emma, fakta di lapangan sangat menarik karena bahkan pengendara roda dua pun tetap menggunakan Pertamax meski harganya sudah naik. Ada sejumlah alasan pelanggan tetap mengonsumsi BBM Non Subsidi itu, utamanya karena mereka merasakan manfaatnya, mulai dari tarikan mesin lebih baik hingga jarak tempuh yang lebih jauh.
"Tak hanya itu, BBM ini kan ramah lingkungan karena RON 92 sehingga secara tidak langsung mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon," katanya.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tetap ada potensi sejumlah pelanggan akan bermigrasi dari Pertamax ke Pertalite. Sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), pemerintah akan mengatur lebih detail terkait penggunaan Pertalite agar peruntukannya tepat sasaran dan tidak membebani negara untuk anggaran subsidi.
"Pada saatnya, pemerintah akan mengatur lebih detail lagi terkait penggunaan Pertalite. Karena menggantikan Premium. RON-nya lebih baik dari Premium yang RON 88, Pertalite RON 90. Sehingga secara emisi lebih baik," beber Emma.
Terkait stok Pertalite, lanjut dia, Pertamina Patra Niaga Sulawesi memastikan bahwa pasokan aman dan suplai terjaga untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, utamanya menjelang bulan suci Ramadhan dan Idulfitri.
"Dari holding dan subholding (Pertamina), semua memastikan bahwa (Pertalite) terkontrol dengan baik, dari sisi stok, ketersediaan suplai, dan distribusi. Tinggal nanti dari sisi penggunaan konsumennya diatur sehingga lebih tepat sasaran," sebutnya.
Executive GM PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Agus Dwi Jatmoko menambahkan, meski ada kekhawatiran terjadi migrasi pelanggan Pertamax yang memicu lonjakan konsumsi Pertalite, pihaknya memastikan stok aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Agus menguraikan, secara nasional, stok Pertalite yang tersedia sebesar 750 ribu Kilo Liter (KL), sementara Daily Objective Throughput (DOT) atau konsumsi harian mencapai 66 ribu KL. Selanjutnya, khusus di wilayah Sulawesi, tersedia stok sebesar 66 ribu KL dengan DOT 6.900 KL.
"Produk Pertalite itu seluruhnya diproduksi oleh kilang dalam negeri, baik yang terdekat di Balikpapan, artinya dari sisi kesiapan suplai tidak ada masalah, setiap saat diperlukan atau nanti ada kenaikan konsumsi, secara produk siap. Namun sekali lagi, karena JBKP, akan dilakukan pengendalian," jelas Agus.
Sementara itu, Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Eduward Adolof Kawi mengungkapkan Pertalite merupakan produk JBKP sehingga pihak Pertamina akan mengusulkan penyusunan regulasi yang mengatur lebih spesifik terkait sasaran yang berhak menggunakan Gasoline RON 90 itu.
"Dengan disparitas harga (Pertalite) yang cukup lebar dengan Pertamax, artinya harus diatur kembali dan kita lihat tadi di lapangan ada beberapa kendaraan yang harusnya secara teknis tidak boleh mengonsumsi Pertalite tapi kenyataannya beberapa mobil ada," tukasnya.
Lanjut Eduward, pihaknya juga sudah mengantisipasi potensi lonjakan konsumsi Pertalite dengan menyiapkan stok yang cukup sehingga kebutuhan secara nasional dipastikan dapat terpenuhi.
"Dari sisi kesiapan, kita di nasional sudah mengantisipasi karena mau tidak mau pasti terjadi pergeseran dalam waktu seminggu atau dua minggu ke depan. Kami menjamin dari sisi kesiapan stok untuk Pertalite," pungkasnya.
(agn)