Ramalan Bos JPMorgan: Perang Rusia Ukraina Bakal Berkepanjangan, Sarankan Ini ke AS
loading...
A
A
A
NEW YORK - CEO JPMorgan, Jamie Dimon memperingatkan, bahwa bank dapat kehilangan sekitar USD1 miliar atau setara Rp14,3 triliun (Kurs Rp14.304 per USD) terkait eksposur Rusia . Ini menjadi pertama kalinya bagi JPMorgan untuk merinci sejauh mana potensi kerugian yang dihasilkan dari konflik di Ukraina .
Dalam surat tahunannya yang diawasi para pemegang saham, Chairman dan Kepala Eksekutif bank terbesar di Amerika Serikat (AS) berdasarkan aset juga mendesak pemerintah Joe Biden untuk meningkatkan kehadiran militernya di Eropa. Serta mengulangi seruan untuk mengembangkan rencana dalam memastikan keamanan energi untuk dirinya sendiri dan sekutu-sekutunya.
Dimon tidak memberikan, rincian tentang potensi kerugian JPMorgan atau kerangka waktu, tetapi Ia mengemukankan bank khawatir tentang dampak sekunder dari invasi Rusia ke Ukraina pada perusahaan dan negara. Sementara itu Rusia menyebut tindakannya sebagai 'operasi khusus'.
Di sisi lain bank-bank global telah merinci eksposur mereka ke Rusia dalam beberapa pekan terakhir, tetapi Dimon sebagai pemimpin bisnis dunia paling terkenal belum mengomentari dampak konflik Ukraina secara lebih luas.
"Amerika harus siap untuk kemungkinan perang yang berkepanjangan di Ukraina dengan hasil yang tidak dapat diprediksi. Kita harus bersiap untuk yang terburuk dan berharap yang terbaik," tulis Dimon.
Selain itu Dimon juga membahas hubungan antara Amerika Serikat dan China, dimana terang dia AS harus mengubah rantai pasokan untuk membatasi ruang lingkupnya ke pemasok di Amerika Serikat atau hanya memasukkan 'sekutu yang sepenuhnya ramah.
Dia juga mendesak Amerika Serikat untuk bergabung kembali dengan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), salah satu kesepakatan perdagangan multinasional terbesar di dunia.
Lalu Ia juga menyinggung kondisi makroekonomi, dimana Dimon mengatakan,kenaikan suku bunga Federal Reserve "bisa jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar." Dia juga merinci kenaikan biaya bank, sebagian karena investasi teknologi dan biaya akuisisi.
Surat itu menjadi yang ke ke-17 bagi Dimon sebagai CEO. Sementara Dimon bukan satu-satunya CEO bank top AS yang menulis surat-surat seperti itu, hal serupa telah dibaca di antara elit dan pembuat kebijakan Wall Street terkait pandangan mereka dan juga menyumbang ide-ide politik dan ekonominya.
Neraca Benteng
Surat tahun ini dirilis ketika perang Rusia-Ukraina dan inflasi tinggi merugikan sektor ekonomi, dan ketika Dimon menghadapi skeptisisme baru dari investor atas biaya tinggi.
Beberapa mempertanyakan rencananya meningkatkan pengeluaran untuk teknologi informasi bank dan kampanye mengambil pangsa pasar dalam bisnis dan geografi di mana JPMorgan saat ini membuntuti pesaingnya di Jerman dan Inggris.
JPMorgan memutuskan awal tahun ini untuk menggelar hari investor pertamanya sejak pandemi sebagai upaya mengurangi keraguan tentang rencana pengeluarannya. Pertemuan akan digelar pada 23 Mei mendatang.
Dimon telah menghabiskan lebih dari satu dekade membangun apa yang dia sebut 'neraca benteng' bank, dan dia mengatakan sekarang JPMorgan cukup kuat dan dapat menahan kerugian USD10 miliar atau lebih dan "masih dalam kondisi yang sangat baik."
Sementara Dimon menulis bahwa dia tidak khawatir tentang eksposur bank ke Rusia, namun Ia mengatakan perang di Ukraina akan memperlambat ekonomi global dan berdampak pada geopolitik selama beberapa dekade.
"Kami menghadapi tantangan di setiap kesempatan: pandemi, tindakan pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemulihan yang kuat setelah resesi global yang tajam dan dalam, pemilihan AS yang sangat terpolarisasi, meningkatnya inflasi, perang di Ukraina dan sanksi ekonomi dramatis terhadap Rusia," katanya.
Soal akuisisi, Dimon menerangkan, bahwa bank akan mengurangi pembelian kembali saham selama beberapa tahun depan untuk memenuhi peningkatan modal sesuai aturan federal "dan karena kami telah melakukan beberapa akuisisi yang baik yang kami percaya akan meningkatkan masa depan perusahaan," paparnya.
JPMorgan telah melakukan pembelian, menghabiskan hampir USD5 miliar untuk akuisisi selama 18 bulan terakhir. Dimon mengatakan, langkah itu akan meningkatkan "biaya investasi tambahan" sekitar USD700 juta tahun ini. "Investasi dalam teknologi akan menambah USD2 miliar untuk biaya tahun ini," kata Dimon.
Dalam surat tahunannya yang diawasi para pemegang saham, Chairman dan Kepala Eksekutif bank terbesar di Amerika Serikat (AS) berdasarkan aset juga mendesak pemerintah Joe Biden untuk meningkatkan kehadiran militernya di Eropa. Serta mengulangi seruan untuk mengembangkan rencana dalam memastikan keamanan energi untuk dirinya sendiri dan sekutu-sekutunya.
Dimon tidak memberikan, rincian tentang potensi kerugian JPMorgan atau kerangka waktu, tetapi Ia mengemukankan bank khawatir tentang dampak sekunder dari invasi Rusia ke Ukraina pada perusahaan dan negara. Sementara itu Rusia menyebut tindakannya sebagai 'operasi khusus'.
Di sisi lain bank-bank global telah merinci eksposur mereka ke Rusia dalam beberapa pekan terakhir, tetapi Dimon sebagai pemimpin bisnis dunia paling terkenal belum mengomentari dampak konflik Ukraina secara lebih luas.
"Amerika harus siap untuk kemungkinan perang yang berkepanjangan di Ukraina dengan hasil yang tidak dapat diprediksi. Kita harus bersiap untuk yang terburuk dan berharap yang terbaik," tulis Dimon.
Selain itu Dimon juga membahas hubungan antara Amerika Serikat dan China, dimana terang dia AS harus mengubah rantai pasokan untuk membatasi ruang lingkupnya ke pemasok di Amerika Serikat atau hanya memasukkan 'sekutu yang sepenuhnya ramah.
Dia juga mendesak Amerika Serikat untuk bergabung kembali dengan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), salah satu kesepakatan perdagangan multinasional terbesar di dunia.
Lalu Ia juga menyinggung kondisi makroekonomi, dimana Dimon mengatakan,kenaikan suku bunga Federal Reserve "bisa jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar." Dia juga merinci kenaikan biaya bank, sebagian karena investasi teknologi dan biaya akuisisi.
Surat itu menjadi yang ke ke-17 bagi Dimon sebagai CEO. Sementara Dimon bukan satu-satunya CEO bank top AS yang menulis surat-surat seperti itu, hal serupa telah dibaca di antara elit dan pembuat kebijakan Wall Street terkait pandangan mereka dan juga menyumbang ide-ide politik dan ekonominya.
Neraca Benteng
Surat tahun ini dirilis ketika perang Rusia-Ukraina dan inflasi tinggi merugikan sektor ekonomi, dan ketika Dimon menghadapi skeptisisme baru dari investor atas biaya tinggi.
Beberapa mempertanyakan rencananya meningkatkan pengeluaran untuk teknologi informasi bank dan kampanye mengambil pangsa pasar dalam bisnis dan geografi di mana JPMorgan saat ini membuntuti pesaingnya di Jerman dan Inggris.
JPMorgan memutuskan awal tahun ini untuk menggelar hari investor pertamanya sejak pandemi sebagai upaya mengurangi keraguan tentang rencana pengeluarannya. Pertemuan akan digelar pada 23 Mei mendatang.
Dimon telah menghabiskan lebih dari satu dekade membangun apa yang dia sebut 'neraca benteng' bank, dan dia mengatakan sekarang JPMorgan cukup kuat dan dapat menahan kerugian USD10 miliar atau lebih dan "masih dalam kondisi yang sangat baik."
Sementara Dimon menulis bahwa dia tidak khawatir tentang eksposur bank ke Rusia, namun Ia mengatakan perang di Ukraina akan memperlambat ekonomi global dan berdampak pada geopolitik selama beberapa dekade.
"Kami menghadapi tantangan di setiap kesempatan: pandemi, tindakan pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemulihan yang kuat setelah resesi global yang tajam dan dalam, pemilihan AS yang sangat terpolarisasi, meningkatnya inflasi, perang di Ukraina dan sanksi ekonomi dramatis terhadap Rusia," katanya.
Soal akuisisi, Dimon menerangkan, bahwa bank akan mengurangi pembelian kembali saham selama beberapa tahun depan untuk memenuhi peningkatan modal sesuai aturan federal "dan karena kami telah melakukan beberapa akuisisi yang baik yang kami percaya akan meningkatkan masa depan perusahaan," paparnya.
JPMorgan telah melakukan pembelian, menghabiskan hampir USD5 miliar untuk akuisisi selama 18 bulan terakhir. Dimon mengatakan, langkah itu akan meningkatkan "biaya investasi tambahan" sekitar USD700 juta tahun ini. "Investasi dalam teknologi akan menambah USD2 miliar untuk biaya tahun ini," kata Dimon.
(akr)