Mall Dibuka, Konsumen Banyak Beli Kosmetik dan Tempat Tidur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia(Hippindo) mengatakan pembukaan mall atau pusat perbelanjaan disambut antusias oleh konsumen. Sebagai informasi pandemi Covid-19 menjadi masa paling sulit, khususnya untuk sektor ritel. Selama tiga bulan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pengusaha ritel merugi dikarenakan banyak mall dan pusat perbelanjaan tutup.
Ketua Dewan Penasihat Hippindo Handaka Santosa mengatakan, saat pembukaan pusat perbelanjaan, masyarakat banyak membeli kebutuhan rumah tangga untuk memasak dan juga perlengkapan kamar tidur hingga kosmetik.
"Kegiatan perdagangan khususnya di mal-mal ini perlu terus dibangkitkan. Apalagi melihat indikator konsumsi masyarakat yang berkontribusi 56% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Seperti banyak yang beli kosmetik, tempat tidur, pakaian dan masih banyak lagi," ujarnya di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Dia melanjutkan, pendapatan penjualan sebuah toko secara rata-rata di kondisi normal bisa mencapai Rp5 miliar. Dari jumlah tersebut, margin profitnya adalah 25% atau Rp1,25 miliar. Jumlah itu masih harus dikurangi untuk membayar gaji, pajak reklame hingga Pajak Bumi Bangunan (PBB).
"Kalau average 8% itu Rp400 juta. Kalau sales-nya tinggal 10%, tinggal Rp500 juta. Proftinya itu kita hanya dapat uang di tangan Rp125 juta, jadi untuk membayar sewa. Apalagi kalau toko hanya di Jakarta, tidak punya online. Bayangin pendapatnya nol," katanya.
Handaka menambahkan jumlah mal di Jakarta yang paling banyak dibandingkan wilayah lain juga berkontribusi 50%-60% pada pertumbuhan ritel di Indonesia. Dengan fakta ini, menurutnya menjaga kegiatan perdagangan di mal-mal Jakarta sangatlah krusial.
"Pertumbuhan ritel itu 50%-60% ada di Jakarta. Nah itu bisa diperhitungkan dengan konsumsi yang turun di pandemi. Maka saya rasa dengan dibukanya Jakarta untuk pusat perbelanjaan menjadi momentum yang baik untuk meningkatkan perekonomian negara," pungkasnya.
Ketua Dewan Penasihat Hippindo Handaka Santosa mengatakan, saat pembukaan pusat perbelanjaan, masyarakat banyak membeli kebutuhan rumah tangga untuk memasak dan juga perlengkapan kamar tidur hingga kosmetik.
"Kegiatan perdagangan khususnya di mal-mal ini perlu terus dibangkitkan. Apalagi melihat indikator konsumsi masyarakat yang berkontribusi 56% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Seperti banyak yang beli kosmetik, tempat tidur, pakaian dan masih banyak lagi," ujarnya di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Dia melanjutkan, pendapatan penjualan sebuah toko secara rata-rata di kondisi normal bisa mencapai Rp5 miliar. Dari jumlah tersebut, margin profitnya adalah 25% atau Rp1,25 miliar. Jumlah itu masih harus dikurangi untuk membayar gaji, pajak reklame hingga Pajak Bumi Bangunan (PBB).
"Kalau average 8% itu Rp400 juta. Kalau sales-nya tinggal 10%, tinggal Rp500 juta. Proftinya itu kita hanya dapat uang di tangan Rp125 juta, jadi untuk membayar sewa. Apalagi kalau toko hanya di Jakarta, tidak punya online. Bayangin pendapatnya nol," katanya.
Handaka menambahkan jumlah mal di Jakarta yang paling banyak dibandingkan wilayah lain juga berkontribusi 50%-60% pada pertumbuhan ritel di Indonesia. Dengan fakta ini, menurutnya menjaga kegiatan perdagangan di mal-mal Jakarta sangatlah krusial.
"Pertumbuhan ritel itu 50%-60% ada di Jakarta. Nah itu bisa diperhitungkan dengan konsumsi yang turun di pandemi. Maka saya rasa dengan dibukanya Jakarta untuk pusat perbelanjaan menjadi momentum yang baik untuk meningkatkan perekonomian negara," pungkasnya.
(bon)