5 Jurus Meramu Pangan Lokal ke Pentas Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data Kementerian Pertanian ( Kementan ) mengungkap, produksi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat nonberas mencapai 27,94 juta ton pada tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat 10,43% dibanding padatahun 2019 yang sebesar 25,3 juta ton. Peningkatan tersebut melebihi target yang ditetapkan sebelumnya, yakni sebesar 6,88%.
Jika pangan lokal semakin digemari dan populer, maka petani semakin semangat menanamnya. Contohnya adalah singkong yang bahkan kini sudah menjadi hidangan kelas atas. Tentunya upaya untuk mendorong pangan lokal naik kelas perlu dilakukan agar semakin dikenal dan tidak terjadi ketimpangan pada satu komoditas saja.
Semakin berkembangnya zaman, pangan lokal harus turut naik kelas untuk mengimbanginya. Berbagai cara bisa dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah sebagai bentuk komitmen kerja sama terhadap kemajuan pangan lokal. Upaya peningkatan bisa dilakukan agar orang awam mengenal keberagaman bahan makanan. Bahkan sangat mungkin pangan lokal Indonesia dikenal oleh dunia.
Berikut ini langkah yang bisa dilakukan agar pangan lokal bisa naik kelas.
1. Diversifikasi Pangan Lokal
Pernahkan mendengar istilah diversifikasi pangan? Diversifikasi pangan merupakan cara untuk menganekaragamkan pangan agar tidak bergantung pada satu jenis komoditas saja. Upaya diversifikasi dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan pada komoditas tertentu, misalnya beras yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Apabila masyarakat hanya bergantung pada beras sebagai makanan pokok, maka ketidakseimbangan akan terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu, diversifikasi pangan penting dilakukan guna memberi dampak yang lebih baik sehingga masyarakat lebih sehat, aktif, dan produktif. Semenjak pandemi, pemerintah semakin gencar melakukan diversifikasi yang menyasar dua aspek, yakni produksi dan aksesibilitas.
Peningkatan produksi pangan juga difokuskan pada enam komoditas sumber karbohidrat di antaranya pisang, singkong, kentang, talas, sagu, dan jagung. Dengan adanya peningkatan keenam sumber komoditas tersebut maka preferensi masyarakat terhadap pangan menjadi lebih terbuka.
2. Mendorong Konsumsi Pangan Lokal
Langkah selanjutnya adalah dengan mendorong konsumsi pangan lokal. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, seperti Anda ketahui sekarang pemasaran sayur-mayur tidak hanya dilakukan secara offline saja. Para pedagang memanfaatkan media sosial untuk memperluas akses dalam menjangkau konsumen.
Selain itu pertanian urban juga semakin digemari. Tidak dapat dipungkiri kebiasaan ini merupakan dampak pandemi berkepanjangan, aktivitas masyarakat banyak dilakukan di rumah sehingga memanfaatkan waktu luang mereka untuk bercocok tanam. Upaya terakhir adalah dengan menambah ragam olahan pangan agar makanan yang dikonsumsi masyarakat tidak berasal dari komoditas tertentu saja.
3. Memperbaiki Sarana Prasarana Pangan Lokal
Sebagai upaya meningkatkan konsumsi pangan lokal diperlukan perbaikan sarana dan prasarana terlebih dahulu. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur irigasi, penyediaan bibit, benih, kredit, dan berbagai input lainnya.
Melalui perbaikan sarana prasarana, tentu akan menghasilkan pangan lokal berkualitas dan menjadi pilihan masyarakat. Tidak lupa kebijakan dan manajemen pengelolaan pangan akan semakin meningkatkan ketahanan pangan.
Enam aspek lainnya seperti kesesuaian iklim, kecocokan topografi wilayah, pengembangan sumber daya manusia (SDM) petani, pemanfaatan teknologi, peta eksisting pangan, rencana perluasan on-farm dan off-farm ke depan, serta dukungan kebijakan daerah untuk swasembada akan semakin memperkuat ketahanan pangan.
4. Memperbaiki Akses Masyarakat Terhadap Pangan Lokal
Perbaikan akses menjadi langkah konkret untuk membuat pangan lokal semakin naik kelas. Langkah ini bisa dimulai dengan memperhatikan akses bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang khususnya bergerak di bidang makanan minuman. Apalagi kini UMKM sektor konsumsi semakin banyak sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan pembukaan pasar demi kesejahteraan UMKM.
Pembukaan gerai fisik bisa menjadi langkah pertama dalam hal perbaikan akses pangan lokal. Gerai fisik tersebut dikhususkan sebagai penyedia bahan pokok langsung dari petani. Selain itu, kerja sama dengan platform online juga bisa dilakukan untuk mendukung pasar pangan lokal secara daring.
5. Promosi Secara Formal dan Informal
Terakhir yang tak kalah penting adalah melakukan promosi, kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat luas semakin mengenal pangan lokal tersebut. Promosi dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara formal dan informal. Promosi formal bisa dilakukan melalui aparat seperti Kementerian Dalam Negeri dan kepala daerah. Mereka akan memberi dorongan kepada masyarakat agar mau mengonsumsi pangan lokal.
Selanjutnya adalah promosi secara informal melalui media sosial yang bisa semakin luas menjangkau masyarakat. Tidak dapat dipungkiri jika media sosial membawa pengaruh besar terhadap gaya hidup. Pengaruh tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan sosialisasi mengenai pangan lokal.
Promosi juga bisa dilakukan dengan menggandeng tenaga kesehatan yang berfokus pada perbaikan gizi masyarakat. Demikian cara yang bisa dilakukan agar pangan lokal bisa naik kelas, bukan tidak mungkin komoditas asli Indonesia dikenal oleh dunia.
Bahkan kini sudah banyak masakan Indonesia yang dijual di luar negeri. Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat semakin sadar untuk mengonsumsi keanekaragaman pangan yang tubuh di bumi pertiwi ini.
Untuk menjadikan komoditas pangan lokal naik kelas, pastinya harus ada kerja sama dari semua pihak. Mulai dari pemerintah, pengusaha kuliner, pakar teknologi pangan, dan juga masyarakat umum. Jika masyarakat semakin sadar, tentu akan berdampak positif bagi petani dan hasil bumi.
Jika pangan lokal semakin digemari dan populer, maka petani semakin semangat menanamnya. Contohnya adalah singkong yang bahkan kini sudah menjadi hidangan kelas atas. Tentunya upaya untuk mendorong pangan lokal naik kelas perlu dilakukan agar semakin dikenal dan tidak terjadi ketimpangan pada satu komoditas saja.
Semakin berkembangnya zaman, pangan lokal harus turut naik kelas untuk mengimbanginya. Berbagai cara bisa dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah sebagai bentuk komitmen kerja sama terhadap kemajuan pangan lokal. Upaya peningkatan bisa dilakukan agar orang awam mengenal keberagaman bahan makanan. Bahkan sangat mungkin pangan lokal Indonesia dikenal oleh dunia.
Berikut ini langkah yang bisa dilakukan agar pangan lokal bisa naik kelas.
1. Diversifikasi Pangan Lokal
Pernahkan mendengar istilah diversifikasi pangan? Diversifikasi pangan merupakan cara untuk menganekaragamkan pangan agar tidak bergantung pada satu jenis komoditas saja. Upaya diversifikasi dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan pada komoditas tertentu, misalnya beras yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Apabila masyarakat hanya bergantung pada beras sebagai makanan pokok, maka ketidakseimbangan akan terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu, diversifikasi pangan penting dilakukan guna memberi dampak yang lebih baik sehingga masyarakat lebih sehat, aktif, dan produktif. Semenjak pandemi, pemerintah semakin gencar melakukan diversifikasi yang menyasar dua aspek, yakni produksi dan aksesibilitas.
Peningkatan produksi pangan juga difokuskan pada enam komoditas sumber karbohidrat di antaranya pisang, singkong, kentang, talas, sagu, dan jagung. Dengan adanya peningkatan keenam sumber komoditas tersebut maka preferensi masyarakat terhadap pangan menjadi lebih terbuka.
2. Mendorong Konsumsi Pangan Lokal
Langkah selanjutnya adalah dengan mendorong konsumsi pangan lokal. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, seperti Anda ketahui sekarang pemasaran sayur-mayur tidak hanya dilakukan secara offline saja. Para pedagang memanfaatkan media sosial untuk memperluas akses dalam menjangkau konsumen.
Selain itu pertanian urban juga semakin digemari. Tidak dapat dipungkiri kebiasaan ini merupakan dampak pandemi berkepanjangan, aktivitas masyarakat banyak dilakukan di rumah sehingga memanfaatkan waktu luang mereka untuk bercocok tanam. Upaya terakhir adalah dengan menambah ragam olahan pangan agar makanan yang dikonsumsi masyarakat tidak berasal dari komoditas tertentu saja.
3. Memperbaiki Sarana Prasarana Pangan Lokal
Sebagai upaya meningkatkan konsumsi pangan lokal diperlukan perbaikan sarana dan prasarana terlebih dahulu. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur irigasi, penyediaan bibit, benih, kredit, dan berbagai input lainnya.
Melalui perbaikan sarana prasarana, tentu akan menghasilkan pangan lokal berkualitas dan menjadi pilihan masyarakat. Tidak lupa kebijakan dan manajemen pengelolaan pangan akan semakin meningkatkan ketahanan pangan.
Enam aspek lainnya seperti kesesuaian iklim, kecocokan topografi wilayah, pengembangan sumber daya manusia (SDM) petani, pemanfaatan teknologi, peta eksisting pangan, rencana perluasan on-farm dan off-farm ke depan, serta dukungan kebijakan daerah untuk swasembada akan semakin memperkuat ketahanan pangan.
4. Memperbaiki Akses Masyarakat Terhadap Pangan Lokal
Perbaikan akses menjadi langkah konkret untuk membuat pangan lokal semakin naik kelas. Langkah ini bisa dimulai dengan memperhatikan akses bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang khususnya bergerak di bidang makanan minuman. Apalagi kini UMKM sektor konsumsi semakin banyak sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan pembukaan pasar demi kesejahteraan UMKM.
Pembukaan gerai fisik bisa menjadi langkah pertama dalam hal perbaikan akses pangan lokal. Gerai fisik tersebut dikhususkan sebagai penyedia bahan pokok langsung dari petani. Selain itu, kerja sama dengan platform online juga bisa dilakukan untuk mendukung pasar pangan lokal secara daring.
5. Promosi Secara Formal dan Informal
Terakhir yang tak kalah penting adalah melakukan promosi, kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat luas semakin mengenal pangan lokal tersebut. Promosi dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara formal dan informal. Promosi formal bisa dilakukan melalui aparat seperti Kementerian Dalam Negeri dan kepala daerah. Mereka akan memberi dorongan kepada masyarakat agar mau mengonsumsi pangan lokal.
Selanjutnya adalah promosi secara informal melalui media sosial yang bisa semakin luas menjangkau masyarakat. Tidak dapat dipungkiri jika media sosial membawa pengaruh besar terhadap gaya hidup. Pengaruh tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan sosialisasi mengenai pangan lokal.
Promosi juga bisa dilakukan dengan menggandeng tenaga kesehatan yang berfokus pada perbaikan gizi masyarakat. Demikian cara yang bisa dilakukan agar pangan lokal bisa naik kelas, bukan tidak mungkin komoditas asli Indonesia dikenal oleh dunia.
Bahkan kini sudah banyak masakan Indonesia yang dijual di luar negeri. Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat semakin sadar untuk mengonsumsi keanekaragaman pangan yang tubuh di bumi pertiwi ini.
Untuk menjadikan komoditas pangan lokal naik kelas, pastinya harus ada kerja sama dari semua pihak. Mulai dari pemerintah, pengusaha kuliner, pakar teknologi pangan, dan juga masyarakat umum. Jika masyarakat semakin sadar, tentu akan berdampak positif bagi petani dan hasil bumi.
(uka)