Perang Rusia Ukraina Tak Kunjung Reda, Apa Efeknya ke Realisasi Investasi RI?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan, dampak Perang Rusia Ukraina tidak terlalu berdampak terhadap realisasi investasi di Indonesia. Sebab Bahlil menyampaikan Rusia dan Ukraina bukanlah negara tujuan investasi yang paling besar.
“Terkait dengan ivestasi di luar sektor keuangan dan hulu migas, untuk tahun ini meski ada perang, kami masih optimis realisasinya masih mencapai target Rp1.200 triliun. Kenapa ? Karena Rusia dan Ukraina bukan jadi negara investasi yang paling besar atau 10 besar,” kata Menteri Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, Senin (25/4/2022).
Bahlil mengatakan, dampak Perang Rusia Ukraina terasa kepada inflasi dan perdagangan hingga lonjakan beberapa bahan pokok. “Jadi otomatis, secara ekonomi keseluruhan ada dampaknya. Rusia adalah supply ekspor minyak salah satu yang terbesar di dunia. Kurang lebih 20-30 persen,” bebernya.
Efek lainnya terang Bahlik, seperti pada sejumlah pasokan komoditas lain seperti gandum yang berasal dari Ukraina dan juga Rusia. “Terus juga bahan baku pupuk sebagian dari Ukraina dan Rusia. Kalau harga pupuknya melonjak karena naik itu akan berdampak pada harga pokok produksi petani. Ujung-ujungnya harga komoditas yang dihasilkan petani akan naik,” tambahnya.
Sehingga kejadian tersebut dapat memicu terjadinya sejumlah inflasi, maka dari itu Pemerintah terus mendorong investasi dalam sektor makanan.
“Kenapa, karena negara yang akan memenangkan daya tahan dalam menghadapi pandemi, selain kekuatan di gas dan juga pangan. Dan daya beli masyarakat harus dijaga,” pungkasnya.
“Terkait dengan ivestasi di luar sektor keuangan dan hulu migas, untuk tahun ini meski ada perang, kami masih optimis realisasinya masih mencapai target Rp1.200 triliun. Kenapa ? Karena Rusia dan Ukraina bukan jadi negara investasi yang paling besar atau 10 besar,” kata Menteri Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, Senin (25/4/2022).
Baca Juga
Bahlil mengatakan, dampak Perang Rusia Ukraina terasa kepada inflasi dan perdagangan hingga lonjakan beberapa bahan pokok. “Jadi otomatis, secara ekonomi keseluruhan ada dampaknya. Rusia adalah supply ekspor minyak salah satu yang terbesar di dunia. Kurang lebih 20-30 persen,” bebernya.
Efek lainnya terang Bahlik, seperti pada sejumlah pasokan komoditas lain seperti gandum yang berasal dari Ukraina dan juga Rusia. “Terus juga bahan baku pupuk sebagian dari Ukraina dan Rusia. Kalau harga pupuknya melonjak karena naik itu akan berdampak pada harga pokok produksi petani. Ujung-ujungnya harga komoditas yang dihasilkan petani akan naik,” tambahnya.
Sehingga kejadian tersebut dapat memicu terjadinya sejumlah inflasi, maka dari itu Pemerintah terus mendorong investasi dalam sektor makanan.
“Kenapa, karena negara yang akan memenangkan daya tahan dalam menghadapi pandemi, selain kekuatan di gas dan juga pangan. Dan daya beli masyarakat harus dijaga,” pungkasnya.
(akr)