4 Negara Penadah CPO Indonesia, Bagaimana Nasibnya Usai RI Larang Ekspor Minyak Sawit?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menyandang status sebagai salah satu negara eksportir minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) terbesar di dunia, Indonesia ternyata masih berkutat dengan masalah minyak goreng. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai turun tangan dengan menerapkan kebijakan larang ekspor CPO demi mengamankan pasokan dalam negeri.
Bila melihat data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) terkait Kinerja Industri Sawit 2021 dan Prospek 2022, disebutkan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia yang mencakup CPO, olahan CPO, PKO, oleokimia, serta biodiesel mencapai 34,2 juta ton atau naik 0,6% dari ekspor 2020.
Volume ekspor minyak sawit pada periode 2016-2019 cenderung mengalami peningkatan. Namun pada 2020, volume ekspor minyak sawit mengalami penurunan. Peningkatan ekspor minyak sawit terbesar terjadi pada 2017.
Pada tahun 2017, volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai 29,07 juta ton atau meningkat 19,45% dibanding 2016. Meski volume ekspor cenderung meningkat, peningkatan tersebut tidak sejalan dengan nilai ekspor minyak sawit yang fluktuatif.
Di sisi lain untuk harga minyak sawit, tercatat pada tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan. Pada 2018, harga minyak sawit menjadi USD639/mt. Sedangkan pada 2019, harga minyak sawit USD601/mt.
Kemudian pada 2020, harga minyak sawit di dunia kembali naik yang mencapai USD752/mt. Kenaikan ini menyebabkan peningkatan nilai ekspor sebesar 16,94% dibanding 2019. Sementara untuk harga minyak sawit pada 2021, per Oktober mencapai USD1.368/mt, lebih tinggi dari harga pada September sebesar USD1.235/mt.
1. China
Tercatat, China dan India merupakan pangsa pasar terbesar ekspor minyak sawit nasional. Ekspor CPO ke kedua negara tersebut mencapai 29% dari total nilai ekspor sawit Indonesia.
Berdasarkan data badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO ke Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai USD4,55 miliar sepanjang Januari-November 2021. Nilai tersebut mencapai 17,47% dari total nilai ekspor minyak sawit Indonesia.
Bila melihat data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) terkait Kinerja Industri Sawit 2021 dan Prospek 2022, disebutkan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia yang mencakup CPO, olahan CPO, PKO, oleokimia, serta biodiesel mencapai 34,2 juta ton atau naik 0,6% dari ekspor 2020.
Volume ekspor minyak sawit pada periode 2016-2019 cenderung mengalami peningkatan. Namun pada 2020, volume ekspor minyak sawit mengalami penurunan. Peningkatan ekspor minyak sawit terbesar terjadi pada 2017.
Pada tahun 2017, volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai 29,07 juta ton atau meningkat 19,45% dibanding 2016. Meski volume ekspor cenderung meningkat, peningkatan tersebut tidak sejalan dengan nilai ekspor minyak sawit yang fluktuatif.
Di sisi lain untuk harga minyak sawit, tercatat pada tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan. Pada 2018, harga minyak sawit menjadi USD639/mt. Sedangkan pada 2019, harga minyak sawit USD601/mt.
Kemudian pada 2020, harga minyak sawit di dunia kembali naik yang mencapai USD752/mt. Kenaikan ini menyebabkan peningkatan nilai ekspor sebesar 16,94% dibanding 2019. Sementara untuk harga minyak sawit pada 2021, per Oktober mencapai USD1.368/mt, lebih tinggi dari harga pada September sebesar USD1.235/mt.
1. China
Tercatat, China dan India merupakan pangsa pasar terbesar ekspor minyak sawit nasional. Ekspor CPO ke kedua negara tersebut mencapai 29% dari total nilai ekspor sawit Indonesia.
Berdasarkan data badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO ke Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai USD4,55 miliar sepanjang Januari-November 2021. Nilai tersebut mencapai 17,47% dari total nilai ekspor minyak sawit Indonesia.