Dorong Industri Perikanan Indonesia, ASHA GO Public
loading...
A
A
A
Henry Sutioso, direktur Perseroan, menambahkan “Perseroan melakukan kerjasama dengan salah satu start up perikanan terkemuka di Indonesia, dalam rangka “DATA PLATFORM” untuk membangun komunitas “Perikanan”, sehingga dapat menjamin ketersediaan supply ikan/sea food, Digitalisasi, ERP / MRP, dan pengembangan Super Apps. Industry perikanan.
Kesemuanya dalam kaitan Big Data Sektor Perikanan. Project Data Platform ini melibatkan, pemilik kapal, local trader, dan nelayan, yang telah di kembangkan di Jawa, Sorong, Banda Aceh, Sibolga dan Padang sebagai titik-titik supply ikan. Project ini akan dikembangkan ke titik-titk lainnya di Indonesia.”
Henry, juga menekankan bahwa start up perikanan ini, memiliki konsep ESG (Environmental, Social and Governance) sebagai filosofi dasar, hal ini selaras dengan keinginan perseroan membangun usaha perikanannya.
Dalam Penawaran umum ini, kisaran harga yang ditawarkan adalah Rp.100 – 125 dengan jumlah saham yang ditawarkan sebanyak – banyaknya 1,250,000,000 lembar merepresentasikan 25% kepemilikian Publik. Sehingga raihan dana diperkirakan antara Rp. 125 miliar – Rp. 156.25 miliar.
Book Building diperkirakan pada Tanggal 22 – 27 April 2022, penawaran umum pada tanggal 13 – 18 Mei 2022 dan listing diperkiran pada tanggal 20 Mei 2022. Hari Kebangkitan Nasional. Adapun Penjamin Emisi merupakan Joint Lead Korea Investment sekuritas Indonsesia dan KGI Sekuritas.
William, menerangkan bahwa P/E yang ditawarkan relative murah, berdasarkan kaidah investasi: maka P/E 2022 berkisar antara 14 X – 18 kali, namun karena diperkirakan listing akhir Mei 2022, maka investasi akan lebih fair menggunakan P/E 2023 yaitu antara 11 kali – 14 kali.
Sementara Komisaris Independen Perseroan, Eko Teguh Santoso menegaskan, bahwa “ Industri perikanan indonesia, sangat menarik, dimana pertumbuhan PDB perikanan dari tahun 2014 – 2021, di atas 5% dan di atas pertumbuhan PDB Nasional. Meskipun demikian, miris bahwa meskipun Indonesia berdasarkan laporan FAO (2020) – merupakan produsen nomor 3 dunia, namun baik eksport maupun import tidak masuk dalam 10 besar. Bahkan sebagai patokan harga ikan seringkali mengacu pada Bangkok Index.”
Lebih jauh, Eko Teguh Santoso menjelaskan bahwa “ Enforcement, Governance, tekmologi dan Manajemen merupakan factor-faktor yang perlu diperhatikan. Perseroan, aware terhadap perkembangan Teknologi, oleh karenanya Kerjasama Perseroan dengan IPB ataupun dengan start-up perikanan dapat mengurangi “gap” terhadap negara maju di perikanan. Diharapkan CSFI dapat menjadi role model di Industry perikanan Indonesia, sehingga meningkatkan shareholder value Perseroan”.
Kesemuanya dalam kaitan Big Data Sektor Perikanan. Project Data Platform ini melibatkan, pemilik kapal, local trader, dan nelayan, yang telah di kembangkan di Jawa, Sorong, Banda Aceh, Sibolga dan Padang sebagai titik-titik supply ikan. Project ini akan dikembangkan ke titik-titk lainnya di Indonesia.”
Henry, juga menekankan bahwa start up perikanan ini, memiliki konsep ESG (Environmental, Social and Governance) sebagai filosofi dasar, hal ini selaras dengan keinginan perseroan membangun usaha perikanannya.
Dalam Penawaran umum ini, kisaran harga yang ditawarkan adalah Rp.100 – 125 dengan jumlah saham yang ditawarkan sebanyak – banyaknya 1,250,000,000 lembar merepresentasikan 25% kepemilikian Publik. Sehingga raihan dana diperkirakan antara Rp. 125 miliar – Rp. 156.25 miliar.
Book Building diperkirakan pada Tanggal 22 – 27 April 2022, penawaran umum pada tanggal 13 – 18 Mei 2022 dan listing diperkiran pada tanggal 20 Mei 2022. Hari Kebangkitan Nasional. Adapun Penjamin Emisi merupakan Joint Lead Korea Investment sekuritas Indonsesia dan KGI Sekuritas.
William, menerangkan bahwa P/E yang ditawarkan relative murah, berdasarkan kaidah investasi: maka P/E 2022 berkisar antara 14 X – 18 kali, namun karena diperkirakan listing akhir Mei 2022, maka investasi akan lebih fair menggunakan P/E 2023 yaitu antara 11 kali – 14 kali.
Sementara Komisaris Independen Perseroan, Eko Teguh Santoso menegaskan, bahwa “ Industri perikanan indonesia, sangat menarik, dimana pertumbuhan PDB perikanan dari tahun 2014 – 2021, di atas 5% dan di atas pertumbuhan PDB Nasional. Meskipun demikian, miris bahwa meskipun Indonesia berdasarkan laporan FAO (2020) – merupakan produsen nomor 3 dunia, namun baik eksport maupun import tidak masuk dalam 10 besar. Bahkan sebagai patokan harga ikan seringkali mengacu pada Bangkok Index.”
Lebih jauh, Eko Teguh Santoso menjelaskan bahwa “ Enforcement, Governance, tekmologi dan Manajemen merupakan factor-faktor yang perlu diperhatikan. Perseroan, aware terhadap perkembangan Teknologi, oleh karenanya Kerjasama Perseroan dengan IPB ataupun dengan start-up perikanan dapat mengurangi “gap” terhadap negara maju di perikanan. Diharapkan CSFI dapat menjadi role model di Industry perikanan Indonesia, sehingga meningkatkan shareholder value Perseroan”.