Perusahaan Energi Jerman, Uniper Siap Memenuhi Syarat Pembayaran Gas Rusia
loading...
A
A
A
BERLIN - Salah satu perusahaan energi terbesar Jerman mengatakan, sedang bersiap untuk membeli gas Rusia menggunakan sistem pembayaran yang menurut para kritikus akan melemahkan sanksi Uni Eropa (UE). Uniper mengatakan, bakal membayar dalam euro yang akan dikonversi menjadi rubel untuk memenuhi permintaan Kremlin agar semua transaksi dilakukan dalam mata uang Rusia.
Perusahaan energi Eropa lainnya dilaporkan bersiap untuk melakukan hal yang sama di tengah kekhawatiran tentang pengurangan pasokan. Uniper mengatakan, tidak punya pilihan selain masih mematuhi sanksi UE.
"Kami menganggap konversi pembayaran yang sesuai dengan undang-undang sanksi dan dekrit Rusia dimungkinkan," kata seorang juru bicara kepada BBC.
"Bagi perusahaan kami dan untuk Jerman secara keseluruhan, tidak mungkin mencari pengganti gas Rusia dalam jangka pendek. Ini akan memiliki konsekuensi dramatis bagi perekonomian kita," sambungnya.
Sementara itu pemasok energi terbesar Jerman, RWE menolak berkomentar tentang bagaimana mereka akan membayar untuk gas Rusia.
Pada akhir Maret, Rusia mengatakan, negara-negara yang tidak bersahabat harus mulai membayar minyak dan gasnya dalam rubel untuk menopang mata uangnya setelah sekutu Barat membekukan miliaran dolar yang dipegangnya dalam mata uang asing di luar negeri.
Berdasarkan dekrit tersebut, importir Eropa harus membayar euro atau dolar ke rekening di Gazprombank, cabang perdagangan Gazprom yang berbasis di Swiss, dan kemudian mengubahnya menjadi rubel pada rekening kedua di Rusia.
Komisi Eropa mengatakan pada pekan lalu bahwa jika pembeli gas Rusia dapat melakukan pembayaran dalam euro dan mendapatkan konfirmasi sebelum konversi ke rubel terjadi, itu tidak akan melanggar sanksi.
Namun ada pandangan yang berbeda di antara negara-negara tentang bagaimana menafsirkan panduan awalnya, dan minggu ini bos EC Ursula von der Leyen memicu kebingungan ketika dia mengatakan perusahaan melanggar aturan.
Pada hari Kamis, seorang pejabat UE mengkonfirmasi bahwa setiap upaya untuk mengubah uang tunai menjadi rubel di Rusia akan menjadi bentuk tindakan penghindaran sanksi yang jelas karena transaksi tersebut akan melibatkan bank sentral Rusia.
"Apa yang tidak dapat kami terima adalah bahwa perusahaan diwajibkan untuk membuka rekening kedua dan antara rekening pertama dan kedua, jumlah euro berada penuh di tangan otoritas Rusia dan Bank Sentral Rusia, dan pembayaran hanya selesai ketika diubah menjadi rubel."
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Perusahaan energi Eropa lainnya dilaporkan bersiap untuk melakukan hal yang sama di tengah kekhawatiran tentang pengurangan pasokan. Uniper mengatakan, tidak punya pilihan selain masih mematuhi sanksi UE.
"Kami menganggap konversi pembayaran yang sesuai dengan undang-undang sanksi dan dekrit Rusia dimungkinkan," kata seorang juru bicara kepada BBC.
"Bagi perusahaan kami dan untuk Jerman secara keseluruhan, tidak mungkin mencari pengganti gas Rusia dalam jangka pendek. Ini akan memiliki konsekuensi dramatis bagi perekonomian kita," sambungnya.
Sementara itu pemasok energi terbesar Jerman, RWE menolak berkomentar tentang bagaimana mereka akan membayar untuk gas Rusia.
Pada akhir Maret, Rusia mengatakan, negara-negara yang tidak bersahabat harus mulai membayar minyak dan gasnya dalam rubel untuk menopang mata uangnya setelah sekutu Barat membekukan miliaran dolar yang dipegangnya dalam mata uang asing di luar negeri.
Berdasarkan dekrit tersebut, importir Eropa harus membayar euro atau dolar ke rekening di Gazprombank, cabang perdagangan Gazprom yang berbasis di Swiss, dan kemudian mengubahnya menjadi rubel pada rekening kedua di Rusia.
Komisi Eropa mengatakan pada pekan lalu bahwa jika pembeli gas Rusia dapat melakukan pembayaran dalam euro dan mendapatkan konfirmasi sebelum konversi ke rubel terjadi, itu tidak akan melanggar sanksi.
Namun ada pandangan yang berbeda di antara negara-negara tentang bagaimana menafsirkan panduan awalnya, dan minggu ini bos EC Ursula von der Leyen memicu kebingungan ketika dia mengatakan perusahaan melanggar aturan.
Pada hari Kamis, seorang pejabat UE mengkonfirmasi bahwa setiap upaya untuk mengubah uang tunai menjadi rubel di Rusia akan menjadi bentuk tindakan penghindaran sanksi yang jelas karena transaksi tersebut akan melibatkan bank sentral Rusia.
"Apa yang tidak dapat kami terima adalah bahwa perusahaan diwajibkan untuk membuka rekening kedua dan antara rekening pertama dan kedua, jumlah euro berada penuh di tangan otoritas Rusia dan Bank Sentral Rusia, dan pembayaran hanya selesai ketika diubah menjadi rubel."
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(akr)