Perang Rusia-Ukraina dan Larangan Ekspor India Tak Ganggu Suplai Gandum Sulsel
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Perang antara Rusia dan Ukraina yang terjadi beberapa bulan belakangan ini ditambah kebijakan baru dari India yang melarang ekspor gandum diproyeksi akan berdampak pada stabilitas pangan dalam negeri.
Diketahui, kebutuhan gandum Indonesia cukup besar untuk memenuhi permintaan industri makanan sebagai bahan baku pangan olahan seperti mi instan dan roti.
Meski demikian, khusus di Sulsel, perang Rusia-Ukraina dan kebijakan larangan eskpor gandum India disebut tidak memberikan dampak terhadap suplai atau ketersediaan gandum untuk industri makanan.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Sulsel, Dewa Nyoman Mahendra menyampaikan, aktivitas impor gandum Sulsel untuk memenuhi kebutuhan pabrik terigu sejauh ini tidak ada kendala.
Menurut Nyoman, larangan ekspor gandum yang dilakukan oleh negara India dan konflik Rusia-Ukraina tidak berpengaruh karena kebutuhan gandum di Sulsel selama ini disuplai dari Australia dan beberapa negara Amerika Selatan.
"Jadi kita mengimpor gandum itu untuk kebutuhan pabrik tepung kita, tapi bukan dari Ukraina. Kita impornya ada dari Australia dan ada juga beberapa dari negara Amerika Selatan," tegasnya.
Lanjut dia, India bukan negara pemasok gandum terbesar ke Indonesia melainkan paling banyak berasal dari Australia selama 2021 dengan nilai 1,2 miliar AS Dollar atau setara dengan Rp12,2 triliun.
Kendati demikian, dengan larangan ekspor yang dilakukan India tentu berdampak pada kestabilan harga gandum dunia yang saat ini naik hingga 60 persen.
Hal itu dinilai akan berpengaruh pada penyesuaian harga pokok produksi atau HPP produk makanan olahan berbahan baku gandum pada Mei 2022.
Nyoman Mahendra menambahkan, perang Ukraina-Rusia yang berakibat pada blokade laut hitam yang dilakukan Rusia juga berpengaruh pada ekspor gandum Ukraina. Pasalnya, laut hitam merupakan jalur ekspor gandum Ukraina ke Eropa dan beberapa negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor gandum Ukraina.
"Bisa jadi ada kenaikan harga karena Ukraina termasuk penghasil gandum tidak bisa lagi melakukan ekspor gandum, karena jalur untuk ekspor Ukraina melalui laut hitam itu sudah diblokade oleh Rusia," sebut Nyoman.
"Sehingga otomatis berpengaruh kepada pasokan dan juga kebutuhan gandum juga tinggi, pasti akan ada kekurangan yang mengakibatkan kenaikan harga," paparnya.
Diketahui, kebutuhan gandum Indonesia cukup besar untuk memenuhi permintaan industri makanan sebagai bahan baku pangan olahan seperti mi instan dan roti.
Meski demikian, khusus di Sulsel, perang Rusia-Ukraina dan kebijakan larangan eskpor gandum India disebut tidak memberikan dampak terhadap suplai atau ketersediaan gandum untuk industri makanan.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Sulsel, Dewa Nyoman Mahendra menyampaikan, aktivitas impor gandum Sulsel untuk memenuhi kebutuhan pabrik terigu sejauh ini tidak ada kendala.
Menurut Nyoman, larangan ekspor gandum yang dilakukan oleh negara India dan konflik Rusia-Ukraina tidak berpengaruh karena kebutuhan gandum di Sulsel selama ini disuplai dari Australia dan beberapa negara Amerika Selatan.
"Jadi kita mengimpor gandum itu untuk kebutuhan pabrik tepung kita, tapi bukan dari Ukraina. Kita impornya ada dari Australia dan ada juga beberapa dari negara Amerika Selatan," tegasnya.
Lanjut dia, India bukan negara pemasok gandum terbesar ke Indonesia melainkan paling banyak berasal dari Australia selama 2021 dengan nilai 1,2 miliar AS Dollar atau setara dengan Rp12,2 triliun.
Kendati demikian, dengan larangan ekspor yang dilakukan India tentu berdampak pada kestabilan harga gandum dunia yang saat ini naik hingga 60 persen.
Hal itu dinilai akan berpengaruh pada penyesuaian harga pokok produksi atau HPP produk makanan olahan berbahan baku gandum pada Mei 2022.
Nyoman Mahendra menambahkan, perang Ukraina-Rusia yang berakibat pada blokade laut hitam yang dilakukan Rusia juga berpengaruh pada ekspor gandum Ukraina. Pasalnya, laut hitam merupakan jalur ekspor gandum Ukraina ke Eropa dan beberapa negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor gandum Ukraina.
"Bisa jadi ada kenaikan harga karena Ukraina termasuk penghasil gandum tidak bisa lagi melakukan ekspor gandum, karena jalur untuk ekspor Ukraina melalui laut hitam itu sudah diblokade oleh Rusia," sebut Nyoman.
"Sehingga otomatis berpengaruh kepada pasokan dan juga kebutuhan gandum juga tinggi, pasti akan ada kekurangan yang mengakibatkan kenaikan harga," paparnya.
(agn)