Stasiun Gambir Bakal Pensiun Layani Rute Jarak Jauh, Begini Sejarahnya
loading...
A
A
A
Kerja sama tersebut membangun Sistem Kereta Api Komuter Modern guna menumbuhkan peran kereta api di wilayah Jabotabek. Salah satunya adalah proyek pembangunan jalur layang kereta api Jakarta-Manggarai.
Dalam pelaksanaan proyek jalan layang Jakarta-Manggarai Jepang menunjuk tim dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Rencana pembangunan tercatat dalam rencana induk kereta api Jabotabek tahun 1981.
Jalur layang sepanjang 8,5 kilometer tersebut akan dibangun 5,1 meter di atas permukaan tanah. Nantinya, jalur layang akan memiliki jalur ganda yang dilengkapi dengan elektrifikasi dan sinyal otomatais sehingga KRL, KRD, dan kereta jarak jauh dapat melintas.
Sebagai tempat perhentian di jalur layang dibangun pula stasiun baru, termasuk Stasiun Gambir. Pelaksanaan pembangunan Stasiun Gambir dibarengi dengan pemangunan jalur layang segmen B, dari Gondangdia sampai ke Jalan Ir. H. Juanda.
Pembangunan ditandai dengan pemancangan tiang pertama di segmen B, tepatnya di sebelah selatan Stasiun Gambir yang lama pada 17 Desember 1986. Pemancangan tiang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dengan disaksikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, Gubernur Jakarta dan Dirjen Perhubungan Laut.
Stasiun Gambir yang baru dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat, 6 Juni 1922. Presiden Soeharto meresmikannya, dengan ditandai dioperasikan Kereta Api Listrik (KRL). Sebelumnya, presiden terlebih dahulu membeli karcis di loket Stasiun Gambir.
Sebagai catatan, stasiun baru ini memiliki tiga lantai, lantai pertama untuk loket penjualan tiket, lantai kedua sebagai ruang tunggu penumpang yang dilengkapi toilet, pertokaan serta restoran dan beberapa kantor pegawai, sedang lantai merupakan peron bagi para penumpang.
Dalam pelaksanaan proyek jalan layang Jakarta-Manggarai Jepang menunjuk tim dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Rencana pembangunan tercatat dalam rencana induk kereta api Jabotabek tahun 1981.
Jalur layang sepanjang 8,5 kilometer tersebut akan dibangun 5,1 meter di atas permukaan tanah. Nantinya, jalur layang akan memiliki jalur ganda yang dilengkapi dengan elektrifikasi dan sinyal otomatais sehingga KRL, KRD, dan kereta jarak jauh dapat melintas.
Sebagai tempat perhentian di jalur layang dibangun pula stasiun baru, termasuk Stasiun Gambir. Pelaksanaan pembangunan Stasiun Gambir dibarengi dengan pemangunan jalur layang segmen B, dari Gondangdia sampai ke Jalan Ir. H. Juanda.
Pembangunan ditandai dengan pemancangan tiang pertama di segmen B, tepatnya di sebelah selatan Stasiun Gambir yang lama pada 17 Desember 1986. Pemancangan tiang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dengan disaksikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, Gubernur Jakarta dan Dirjen Perhubungan Laut.
Stasiun Gambir yang baru dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat, 6 Juni 1922. Presiden Soeharto meresmikannya, dengan ditandai dioperasikan Kereta Api Listrik (KRL). Sebelumnya, presiden terlebih dahulu membeli karcis di loket Stasiun Gambir.
Sebagai catatan, stasiun baru ini memiliki tiga lantai, lantai pertama untuk loket penjualan tiket, lantai kedua sebagai ruang tunggu penumpang yang dilengkapi toilet, pertokaan serta restoran dan beberapa kantor pegawai, sedang lantai merupakan peron bagi para penumpang.
(nng)