Stasiun Gambir Bakal Pensiun Layani Rute Jarak Jauh, Begini Sejarahnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah akan mengalihfungsikan Stasiun Gambir menjadi stasiun khusus KRL Commuter Line. Hal tersebut telah sesuai dengan master plan pembangunan Stasiun Manggarai untuk program Double Double Track (DDT).
Mengutip laman resmi heritage PT KAI, Stasiun Gambir merupakan stasiun kelas besar yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Letaknya persis di sebelah timur Tugu Monas terletak di ketinggian kurang lebih 16 meter di bawah Daerah Operasional 1 DKI Jakarta.
Stasiun Gambir bermula dari lahirnya Halte Koningsplein. Di mana gagasan pembangunan jalur kerata api di Batavia pada 1846. Kala itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda J. J. Rochussen mengusulkan pemerintah untuk membangun jalur kereta api dari Jakarta menuju ke Buitenzorg atau sekarang dengan Bogor.
Tujuan pembangunan jalur tersebut guna mendorong ekonomi, politik serta mendukung kelancaran komunikasi pemerintahan. Ditinjau dari segi ekonomi, keberadaan layanan kereta api sebagai pengangkutan komoditas, utamanya perkebunan dari pedalaman Priangan ke Pelabuhan Jakarta.
jalur tersebut terhubung dengan Istana Bogor, yang kala itu bernama Algemeene Secretarie sebagai tempat Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pusat administrasi pemerintahan.
Pada 1864, perusahaan kereta api swasta, Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschapij (NISM) mendapatkan konsensi pembangunan berdasar surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Gouvernement atau GB) Nomor 1 tanggal 27 Maret 1864 dan Nomor 1 tnggal 19 Juni 1865 serta surat keputusan Raja Belanda (Koningklijk Besluit) tanggal 22 Juli 1868.
Jumat, 15 Oktober 1869 dimulai pembukaan pembangunan jalur kereta api Jakarta-Bogor. Pembukaan ditandai melalui upacara yang dihadiri Gubernur Jenderal P. Myer. Proyek sepanjang 56 km tersebut dipimpin oleh Ir. J. P. Bordes yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni Jakarta-Weltevreden, Weltevreden-Meester Cornelis, dan Meester Cornelis-Bogor.
Dalam perkembangannya, pada 1976 Gambir telah menjadi Stasiun Layang, Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan Gubernur Jawa Barat Solihin GP melaksanakan kerja sama pembangunan Kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi). Pengembangan Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek) diharapkan mampu menjadi pemukiman baru untuk menampung penduduk Jakarta yang sudah overload.
Untuk menarik minat penduduk Jakarta menetap di Botabek pemerintah meningkatkan layanan transportasi yang memadai sehingga penduduk tidak ragu untuk menetap di Botabek. Pemerintah melalui Departeman Perhubungan Darat bersinergi dengan Jepang meningkatkan pelayanan transportasi di Jabotabek.
Kerja sama tersebut membangun Sistem Kereta Api Komuter Modern guna menumbuhkan peran kereta api di wilayah Jabotabek. Salah satunya adalah proyek pembangunan jalur layang kereta api Jakarta-Manggarai.
Dalam pelaksanaan proyek jalan layang Jakarta-Manggarai Jepang menunjuk tim dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Rencana pembangunan tercatat dalam rencana induk kereta api Jabotabek tahun 1981.
Jalur layang sepanjang 8,5 kilometer tersebut akan dibangun 5,1 meter di atas permukaan tanah. Nantinya, jalur layang akan memiliki jalur ganda yang dilengkapi dengan elektrifikasi dan sinyal otomatais sehingga KRL, KRD, dan kereta jarak jauh dapat melintas.
Sebagai tempat perhentian di jalur layang dibangun pula stasiun baru, termasuk Stasiun Gambir. Pelaksanaan pembangunan Stasiun Gambir dibarengi dengan pemangunan jalur layang segmen B, dari Gondangdia sampai ke Jalan Ir. H. Juanda.
Pembangunan ditandai dengan pemancangan tiang pertama di segmen B, tepatnya di sebelah selatan Stasiun Gambir yang lama pada 17 Desember 1986. Pemancangan tiang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dengan disaksikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, Gubernur Jakarta dan Dirjen Perhubungan Laut.
Stasiun Gambir yang baru dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat, 6 Juni 1922. Presiden Soeharto meresmikannya, dengan ditandai dioperasikan Kereta Api Listrik (KRL). Sebelumnya, presiden terlebih dahulu membeli karcis di loket Stasiun Gambir.
Sebagai catatan, stasiun baru ini memiliki tiga lantai, lantai pertama untuk loket penjualan tiket, lantai kedua sebagai ruang tunggu penumpang yang dilengkapi toilet, pertokaan serta restoran dan beberapa kantor pegawai, sedang lantai merupakan peron bagi para penumpang.
Mengutip laman resmi heritage PT KAI, Stasiun Gambir merupakan stasiun kelas besar yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Letaknya persis di sebelah timur Tugu Monas terletak di ketinggian kurang lebih 16 meter di bawah Daerah Operasional 1 DKI Jakarta.
Stasiun Gambir bermula dari lahirnya Halte Koningsplein. Di mana gagasan pembangunan jalur kerata api di Batavia pada 1846. Kala itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda J. J. Rochussen mengusulkan pemerintah untuk membangun jalur kereta api dari Jakarta menuju ke Buitenzorg atau sekarang dengan Bogor.
Tujuan pembangunan jalur tersebut guna mendorong ekonomi, politik serta mendukung kelancaran komunikasi pemerintahan. Ditinjau dari segi ekonomi, keberadaan layanan kereta api sebagai pengangkutan komoditas, utamanya perkebunan dari pedalaman Priangan ke Pelabuhan Jakarta.
jalur tersebut terhubung dengan Istana Bogor, yang kala itu bernama Algemeene Secretarie sebagai tempat Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan pusat administrasi pemerintahan.
Pada 1864, perusahaan kereta api swasta, Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschapij (NISM) mendapatkan konsensi pembangunan berdasar surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Gouvernement atau GB) Nomor 1 tanggal 27 Maret 1864 dan Nomor 1 tnggal 19 Juni 1865 serta surat keputusan Raja Belanda (Koningklijk Besluit) tanggal 22 Juli 1868.
Jumat, 15 Oktober 1869 dimulai pembukaan pembangunan jalur kereta api Jakarta-Bogor. Pembukaan ditandai melalui upacara yang dihadiri Gubernur Jenderal P. Myer. Proyek sepanjang 56 km tersebut dipimpin oleh Ir. J. P. Bordes yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni Jakarta-Weltevreden, Weltevreden-Meester Cornelis, dan Meester Cornelis-Bogor.
Dalam perkembangannya, pada 1976 Gambir telah menjadi Stasiun Layang, Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan Gubernur Jawa Barat Solihin GP melaksanakan kerja sama pembangunan Kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi). Pengembangan Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek) diharapkan mampu menjadi pemukiman baru untuk menampung penduduk Jakarta yang sudah overload.
Untuk menarik minat penduduk Jakarta menetap di Botabek pemerintah meningkatkan layanan transportasi yang memadai sehingga penduduk tidak ragu untuk menetap di Botabek. Pemerintah melalui Departeman Perhubungan Darat bersinergi dengan Jepang meningkatkan pelayanan transportasi di Jabotabek.
Kerja sama tersebut membangun Sistem Kereta Api Komuter Modern guna menumbuhkan peran kereta api di wilayah Jabotabek. Salah satunya adalah proyek pembangunan jalur layang kereta api Jakarta-Manggarai.
Dalam pelaksanaan proyek jalan layang Jakarta-Manggarai Jepang menunjuk tim dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Rencana pembangunan tercatat dalam rencana induk kereta api Jabotabek tahun 1981.
Jalur layang sepanjang 8,5 kilometer tersebut akan dibangun 5,1 meter di atas permukaan tanah. Nantinya, jalur layang akan memiliki jalur ganda yang dilengkapi dengan elektrifikasi dan sinyal otomatais sehingga KRL, KRD, dan kereta jarak jauh dapat melintas.
Sebagai tempat perhentian di jalur layang dibangun pula stasiun baru, termasuk Stasiun Gambir. Pelaksanaan pembangunan Stasiun Gambir dibarengi dengan pemangunan jalur layang segmen B, dari Gondangdia sampai ke Jalan Ir. H. Juanda.
Pembangunan ditandai dengan pemancangan tiang pertama di segmen B, tepatnya di sebelah selatan Stasiun Gambir yang lama pada 17 Desember 1986. Pemancangan tiang dilakukan oleh Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dengan disaksikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, Gubernur Jakarta dan Dirjen Perhubungan Laut.
Stasiun Gambir yang baru dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat, 6 Juni 1922. Presiden Soeharto meresmikannya, dengan ditandai dioperasikan Kereta Api Listrik (KRL). Sebelumnya, presiden terlebih dahulu membeli karcis di loket Stasiun Gambir.
Sebagai catatan, stasiun baru ini memiliki tiga lantai, lantai pertama untuk loket penjualan tiket, lantai kedua sebagai ruang tunggu penumpang yang dilengkapi toilet, pertokaan serta restoran dan beberapa kantor pegawai, sedang lantai merupakan peron bagi para penumpang.
(nng)