Transaksi Tunai Masih Diminati

Jum'at, 27 Mei 2022 - 07:24 WIB
loading...
Transaksi Tunai Masih Diminati
Di tengah gencarnya kampanye uang digital dan pembayaran cashless, ternyata transaksi dengan uang tunai masih diminati. FOTO/WIN CAHYONO
A A A
JAKARTA - Ketika ekspansi keuangan digital semakin kuat dan merata, penggunaan uang tunai ternyata masih banyak diminati masyarakat. Alasan lebih aman dari serangan peretasan hingga keamanan data pribadi menjadikan transaksi uang tunai tetap menjadi pertimbangan utama kalangan masyarakat global.

Survei CompoSecure menunjukkan layanan pembayaran dan keuangan dengan uang tunai masih cukup tinggi di dunia. Satu dari dua orang masih menggunakan uang tunai di dunia. Misalnya, penggunaan uang tunai masih banyak digunakan di Turki (42%), Jerman (41%), Indonesia (37%), Meksiko (35%) dan Jepang (3%).

Bahkan, lembaga akuntansi profesional CPA Australia pernah melakukan kajian terhadap perilaku keuangan Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Asia Pasifik dan menemukan tren penggunaan uang tunai masih tinggi.



Survei itu juga menyatakan bahwa perusahaan masih menerima lebih dari 50% transaksi dengan uang tunai. Filipina menjadi negara paling tinggi penggunaan uang tunai di mana 80% pelaku UMKM. sedangkan di Indonesia, 60% pelaku UMKM melakukan transaksi tunai pada 2021. Berbeda dengan Malaysia dan Singapura yang mengalami tren penurunan penggunaan uang tunai.

Mengapa uang tunai masih dominan, terutama di Tanah Air? Master Financial Planner Galad Indonesia, Aidil Akbar Madjid menuturkan, hingga kini masih banyak penduduk Indonesia yang belum mengakses keuangan digital karena ternyata masih banyak penduduk yang belum memiliki rekening bank.

Hal ini tentu berpengaruh pada perkembangan keuangan digital yang sedang massif terjadi. “Kondisi demografi Indonesia mempengaruhi transaksi keuangan digital. Jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan hanya 51%,” katanya.

Kondisi demografi ini salah satunya berpengaruh pada penetrasi institusi keuangan. Sebagaimana diketahui penetrasi tersebut saat ini belum sampai ke pelosok. Institusi keuangan saat ini baru menjangkau hingga wilayah tingkat II. “Kalaupun ada satu level di bawahnya itu sangat jarang. Artinya, akses terhadap institusi keuangan masih kurang,” ungkapnya.



Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar membenarkan penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran oleh masyarakat memang masih dominan. Tetapi, ke depan diprediksi akan semakin berkurang seiring meluasnya digitalisasi dan berubahnya pola hidup masyarakat.

Menurut Alexandra, masyarakat perkotaan akan berangsur beralih ke mata uang non tunai, seperti electronic money, karena lebih praktis, efisien dan juga untuk alasan kebersihan. "Adanya pandemi turut mengubah pola aktivitas ekonomi dan mendorong berbagai pelaku usaha dan konsumen untuk beralih pada penggunaan uang non tunai," ujar Alexandra kepada KORAN SINDO.

Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini membeberkan, sejumlah data terakhir menunjukkan bahwa dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang mengakses internet semakin tinggi penggunaan transaksi digital non-tunai. Data dari Statista menyebutkan bahwa sekitar 210.16 juta penduduk Indonesia mengakses internet. Dari dari angka tersebut, sekitar 80 % penduduk Indonesia, menurut kajian Google 2021, pernah berbelanja secara online, yang tentunya sebagian dari mereka melakukan transaksi dan pembayaran secara digital.

Uang Beredar Meningkat
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), jumlah uang kartal yang diedarkan (UYD) pada April 2022 meningkat 23,2 % (yoy) mencapai Rp1.039,1 triliun. Sepanjang momentum Ramadan dan libur Idul Fitri 2022 ini terjadi realisasi penarikan uang tunai meningkat 16,6 % dibandingkan realisasi tahun 2021 (yoy) dari sebesar Rp154,5 triliun menjadi Rp180,2 triliun.

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelum kondisi pandemi (Mei 2019) yang sebesar 9,21 % (perbandingan dengan tahun lalu). Realisasi tersebut masih dalam kisaran alokasi uang tunai yang telah dipersiapkan BI guna mengantisipasi kebutuhan transaksi masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, pada April 2022 transaksi ekonomi dan keuangan digital di Indonesia berkembang pesat. Perkembangan ini terjadi karena beberapa faktor. Masing-masing yakni yakni meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan, dan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking.

Wakil Ketua Komisi XI DPR M Amir Uskara menilai, peredaran uang tunai menjadi tantangan dalam digitalisasi ekonomi termasuk di Indosiar. Pasalnya kata Amir, potensi transaksi yang jauh lebih besar, aman dan inklusif menjadi terhalang. Dengan masuk pada era cashless, tentu berbagai bidang usaha terbantu dengan kecepatan transaksi, perluasan pasar begitu juga masyarakat sebagai konsumen menikmati sistem yang lebih aman.

"Masalah dominasi uang tunai perlu segera diatasi dengan berbagai strategi dan kehadiran regulasi yang mendukung," ujar Amir.

Baca Juga: Koran SINDO
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1297 seconds (0.1#10.140)